Chiara menatap perih pada ponselnya. Benda mahal itu tidak menampilkan notifikasi apa pun. Bahkan Mia pun tak mencari Chiara sama sekali.
Tentu saja, Mia sedang sibuk dengan puber kedua. Tak ada yang dilakukan selain menikmati kesenangan bersama Januari. Mereka berdua menempel seperti lintah.
Tanpa perlu menunggu persetujuan Chiara, Mia bahkan melangsungkan ijab kabul. Sepasang pengantin baru itu sedang sibuk mereguk kenikmatan di berbagai tempat.
"Mami, apa Janu jauh lebih berharga ketimbang anak kandungmu ini?" Chiara menangis lagi.
Kondisi tubuh Chiara memang masih lemah. Tak hanya itu, ia menolak untuk makan. Gadis itu benar-benar putus asa karena dicampakkan oleh dua orang yang sangat ia cintai.
"Aku harus apa, Janu? Kenapa kamu tega?" Lagi-lagi hanya ratapan yang meluncur dari bibir sensual itu.
Mendadak, Chiara meratapi kebodohannya. Sebelum memergoki Januari hendak bercinta dengan Mia, Chiara mendapatkan undangan kencan.
Januari memintanya untuk membuktikan cinta. Tak hanya itu, di kamar hotel yang sudah dipesan, di atas ranjang, Januari sudah menaburkan kelopak mawar begitu indahnya. Bahkan bathub pun dihiasi dengan begitu sensualnya.
Januari ingin menyatu dengan Chiara. Meminta Chiara untuk menjadi miliknya utuh. Sayangnya, mobil Chiara mogok ketika hendak menuju hotel itu.
Januari mengirimkan semua foto tempat yang batal menjadi saksi penyatuan diri mereka dengan sederet kalimat kecewa. Chiara merasa bersalah karena dianggap tidak berhasil menyakinkan Januari kalau ia sudah siap menyerahkan diri sepenuhnya.
Sejak saat itu, Januari menjaga jarak. Tak hanya itu. Januari pun menghilang selama seminggu. Tanpa sepengetahuan Chiara, kamar yang dipesan itu sebenarnya dimanfaatkan Januari untuk melenguh bersama Mia.
Kala itu, Januari belum tahu kalau wanita yang tengah menempel bersamanya adalah ibu kandung Chiara. Jadi Januari memang hanya ingin bernostalgia bersama Mia dan hendak menikah dengan Chiara.
Ketika kenyataan terungkap, semuanya tentu tak lagi sama. Januari tidak bisa mundur karena janjinya pada Mia. Maka Chiara yang menjadi korban di sini.
Di satu sisi, Chiara merasa Tuhan sangat sayang padanya. Karena peristiwa mobil mogok yang sempat menjadi bahan kekesalan itu ternyata adalah jalan penolong.
Chiara tidak bisa membayangkan seandainya ia benar-benar menyerahkan diri seutuhnya kepada Januari. Lalu mendapati kenyataan kalau Januari ternyata juga meniduri Mia.
Hal yang lebih mengerikan lagi, jika Chiara misalnya mengandung. Apa yang harus ia lakukan? Terpaksa menikah dengan laki-laki yang meniduri mertuanya sendiri?
Gila. Chiara menggeleng berkali-kali sembari menutup mata dan telinga. "Tidak. Tidak. Tidak."
Mentalnya sedang terganggu. Chiara patah hati akut. Tiba-tiba, Chiara merasa marah. Ingin menonjok hidung Januari.
Maka gadis itu pun mencabut selang infusnya. Sembari menahan sakit, Chiara mempersiapkan diri untuk kabur dari kamar rawat itu.
Setelah berhasil kabur, tujuan utama Chiara adalah rumah. Ide-ide gila muncul di kepala Chiara. Berperang dengan Mia dan Januari butuh strategi, hal yang dipikirkan oleh gadis yang tengah patah hati dan kecewa berat itu.
Begitu sampai di rumah, tampak mobil Januari terparkir rapi. Tandanya lelaki bejat itu sedang ada di rumah.
Begitu Chiara menjejakkan kaki tepat di kamar sang Mami, terdengar suara lenguhan dan desah napas yang menggila.
Chiara limbung. Terpaksa ia menopangkan sebelah tangan pada dinding. Segala racauan mesum terdengar dari bibir sepasang manusia itu. Pintu kamar yang tidak tertutup rapat membuat Chiara bisa mendengar jelas semuanya.
Merasa ingin muntah, Chiara berjalan menjauh. Gadis itu memilih untuk ke kamarnya sendiri. Sambil menahan sakit dan getar yang cukup hebat, Chiara mengeluarkan koper. Lalu ia mengisi dengan barang-barang yang terlintas di pikiran saja.
Pelan-pelan Chiara menyeret koper itu melewati kamar Mia. Kedua insan itu masih belum selesai juga.
"Selamat tinggal, Mami, Janu. Nikmati saja permainan busuk kalian." Chiara berdecih.
Tak ada yang bisa ia lakukan. Menerjang Januari dalam kondisi lelaki itu tak berpakaian bukan hal yang tepat. Chiara takut kalau Januari malah akan melakukan hal tak senonoh kepadanya.
Chiara memilih untuk menepi dan menghilang dari kehidupan dua manusia egois itu. Ketika melewati sofa ruang tengah, Chiara melihat lingerie seksi teronggok sembarangan.
"Mereka bercinta di mana saja. Tua bangka tak tau diri." Chiara mengumpat.
Tekadnya semakin bulat. Karena tidak mungkin bertahan di rumah sayang sama. Siapa tahu Januari punya rencana licik untuk memperdaya Chiara lagi.
Chiara pergi. Tanpa tujuan pasti. Di tengah perjalanan, Chiara merasa tubuhnya lemah. Gadis itu tidak ingin mengambil risiko. Maka mobil pun melaju ke hotel yang berada tak jauh dari tempatnya berhenti tadi.
Di dalam kamar, Chiara memesan layanan antar makanan. Gadis itu enggan beranjak. Namun, menu yang ia pesan lebih dari tiga jenis.
Chiara makan dengan kalap. Chicken cordon blue, spaghetti bolognese, sirloin steak, french fries dan beberapa dessert. Patah hati membuatnya menjadi sosok yang berbeda.
Tak hanya itu, Chiara juga memesan rokok. Pertama kalinya ia mencoba untuk merokok dan terbatuk-batuk.
"Tidak enak ternyata. Tapi kenapa ketika melihat orang melakukannya tampak keren?" Chiara menelengkan kepala.
Rokok itu diletakkan begitu saja. Chiara tidak ingin menyentuhnya lagi. Terlebih ketika gadis itu membaui telapak tangan. Ia tidak suka.
Chiara memutuskan untuk berendam di bathtub. Cukup lama bagi gadis itu karena melakukannya sembari menangis. Puas menangis, Chiara membilas tubuh di bawah kucuran air shower.
Ketika tubuhnya sudah cukup menggigil, Chiara menyudahi kegiatan di kamar mandi. Dikenakannya bathrobe milik hotel lalu keluar dan duduk di tepi cermin rias.
Chiara tersenyum perih ketika melihat pantulan wajah di cermin rias itu. "Kau tampak mengerikan, Chiara Karina. Buruk. Pantas saja Januari mencampakkanmu!"
Lalu tawa Chiara terdengar memilukan. Kepalanya menelungkup di atas meja rias. Chiara kembali menangis.
Entah sudah berapa lama, akhirnya gadis itu membuka mata. Tubuhnya terasa kaku dan pegal.
"Astaga, aku tertidur di meja." Chiara menggeliatkan tubuh.
Pelan-pelan Chiara berjalan menuju koper yang teronggok di lantai. Dibukanya untuk mencari pakaian.
Jemari lentik Chiara memilih sehelai gaun yang memamerkan lekuk keindahan tubuh. Tak hanya mengenakan gaun, Chiara lalu memoles wajah secantik mungkin. Sebagai pelengkap, parfum beraroma sensual disemprot ke titik-titik penampilan.
"Kau akan menyesal telah mencampakkan aku, Januari Prakasa!"
Chiara menyambar mini sling bag lalu berjalan keluar kamar. Ketukan sepatu hak tinggi menambah kesan seksi pada gadis itu. Koridor hotel memang sepi, sehingga bunyi sepatu itu menggema.
Ketika Chiara memasuki restoran mewah yang terletak di area roof top, beberapa pasang mata pengunjung mendadak teralih padanya.
Chiara tampak tak peduli. Ia hanya berniat untuk mulai menjalani hidup tanpa Mami dan Januari. Dengan dagu terangkat tinggi, Chiara melangkah penuh percaya diri.
Ia duduk di tengah-tengah ruangan. Sehingga siapa saja yang sedang berkunjung ke restoran itu, bisa menatap langsung.
Senyum cantik Chiara mengembang sempurna. Hal itu membuat beberapa pasang mata laki-laki bertipe buaya mulai berpikir untuk menjerat mangsa.
"Ah, gadis itu lagi. Kondisinya tampak jauh lebih baik. Baguslah."
***