Chereads / Dunia Monster : Kehidupan Manusia Serigala dimulai / Chapter 91 - Gadis kecil, Qita Blanc

Chapter 91 - Gadis kecil, Qita Blanc

"Arya, bukankah kami menyuruhmu untuk membeli kue, tapi kenapa kau malah membawa pulang seorang gadis? Dari mana kau menculiknya?"

Itu adalah perkataan pertama yang dilayangkan oleh Meister saat dia melihat Arya membawa pulang seorang gadis kecil yang baru saja dia temui di jalan.

"Jika kue, Aku sudah membelinya di sini!"

Arya menyerahkan kotak pendingin yang dia bawa kepada Meister.

"Kenapa kau membawa kue di dalam kotak pendingin?"

Meister menatap bingung pada kotak pendingin yang sekarang berada di tangannya. Dia kemudian membuka kotak pendingin itu untuk melihat apa isi di dalamnya.

Dia menemukan Kue yang terbungkus di dalam kotak kertas khusus kue. Dia juga menemukan beberapa kotak es krim dan kukis di dalam pendingin itu.

Meskipun dia menemukan banyak makanan manis di dalam sana, tapi dia tidak merasa senang sama sekali. Dia merasakan firasat buruk saat melihat isi dari kotak pendingin itu.

"Nah, Arya... katakan padaku, kau tidak menghabiskan semua uangku, kan?!"

Arya menganggukan kepalanya, lalu menyerahkan dompet coklat yang berada di kantong celananya kepada pemilik aslinya.

"Aku masih menyisahkan beberapa koin di dalamnya, jadi Aku tidak menghabiskan semua uangmu!"

"BUKANKAH ITU SAMA SAJA DENGAN MENGHABISKAN UANGKU!?!"

Meister berteriak sambil menangisi isi dompetnya yang kosong. Teriakan Meister membuat takut gadis kecil yang sedari tadi memegang ujung baju Arya dengan kuat. Dia kemudian menyembunyikan dirinya di balik tubuh Arya.

"Lupakan saja soal uangnya yang tidak seberapa itu... ada apa dengan gadis kecil ini?"

Ageha bertanya sambil berjongkok di depan gadis kecil itu, dia tak lupa memberikan senyuman agar gadis kecil itu tidak takut dengannya.

"Bukankah kau juga adalah gadis kecil?!"

Bugh!

Komentar tidak perlu dari Meister langsung dihadiahi oleh Ageha dengan pukulan tepat ke perutnya. Hal tersebut tentu membuat gadis kecil yang dibawa oleh Arya ketakutan dan semakin menutupi dirinya dengan tubuh Arya.

Arya hanya menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia tidak tahu harus mengatakan apa pada Ageha dan yang lain untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Dia telah menaruh payung yang dia gunakan tadi di atas salah satu meja dan dia tadi juga telah menyerahkan kotak pendinginnya pada Meister, jadi kedua tangannya saat ini bebas. Dia kemudian memutuskan untuk mendorong gadis kecil yang menempel padanya ke arah Ageha.

"Tenang saja, kakak yang satu ini hanya galak pada orang bodoh dan anak nakal, jadi selama kau bertingkah seperti anak baik, maka kakak ini tak akan galak kepadamu!"

Dia langkah perlahan si gadis kecil mencoba mendekati Ageha yang sedang mengulurkan tangannya padanya.

Dengan perasaan ragu dan tangan yang bergetar, gadis kecil itu menggenggam tangan Ageha. Ageha sama sekali tidak masalah dengan tangan kotor milik si gadis, dia hanya memberikan senyuman hangat pada si gadis kecil itu.

"Jadi, Arya... bisakah kau menjelaskannya?"

"Hmmm... bagaimana caraku menjelaskannya, ya?"

Arya kembali menggaruk kepalanya, lalu melihat ke arah gadis itu dan Ageha secara bergantian, sebelum memulai ceritanya setelah dia bertemu dengan gadis itu.

Gadis kecil yang berada di hadapan Arya dengan ragu-ragu mengulurkan tangannya, lalu mengambil kue di tangannya. Dia melihat ke arah Arya untuk memastikan bahwa tak apa-apa baginya mengambil kue tersebut. Setelah memastikan bahwa Arya tidak marah, dia kemudian memakan kue itu dengan ragu-ragu, tapi setelah satu gigitan, gadis itu menghabiskan kue yang berada di tangannya.

Gadis kecil itu kembali melihat ke arah Arya, tapi kali ini dia nampak malu. Sepertinya dia sadar bahwa tindakannya tadi adalah sesuatu yang tak pantas dilakukan oleh seorang gadis.

"Tak apa-apa... kau tidak perlu menyembunyikan wajahmu!"

Arya berkata lembut pada gadis kecil itu saat si gadis ingin menyembunyikan kembali wajahnya.

"Jadi apa yang terjadi padamu? Apakah kau bisa menceritakannya pada kakak?"

Dengan ragu-ragu gadis kecil itu menatap ke wajah Arya. Dia terdiam beberapa saat sambil mengamati wajah Arya. Setelah dirinya merasa bahwa Arya bukan orang yang jahat, dia kemudian membuka mulutnya.

"Ayah... Ibu..."

"Ada apa dengan Ayah dan Ibumu?"

Arya memiliki firasat yang buruk saat gadis kecil itu menyebutkan Ayah dan Ibu. Perasaan buruknya menjadi kenyataan saat si gadis melanjutkan perkataan.

"Ayah dan Ibu... mereka berkata Aku harus lari... kami tidak bisa bertemu lagi... Aku harus kuat..."

Arya kurang lebih mengerti apa yang terjadi. Bahkan tanpa mendengarnya pernyataan secara langsung darinya, dia menyadari bahwa gadis di depannya bukanlah manusia biasa.

Arya kemudian menunjukan satu jarinya pada gadis itu, lalu merubahnya menjadi jari yang berbulu mirip dengan binatang buas.

Mata gadis itu melebar saat melihat perubahan pada jari Arya. Meski begitu, dia tidak terlihat takut saat melihat jari berbulu Arya.

"Aku sama sepertimu!"

Arya berkata dengan lembut, lalu merubah kembali jarinya seperti semula. Gadis kecil itu menganggukan kepalanya tanda bahwa dia mengerti apa yang dibicarakan oleh Arya.

"Ayah dan Ibuku... mereka berkata bahwa akan ada orang jahat yang datang untuk menangkap kita, jadi Ayah dan Ibu menyuruhku untuk lari... sementara mereka akan melindungiku... Ayah dan Ibu, mereka.... mereka pasti..."

"Aku mengerti... kau tidak perlu melanjutkannya lagi!"

Arya dengan lembut mengelus kepala gadis kecil itu. Meskipun dia masih anak-anak, tapi dia sudah mengerti apa yang terjadi pada orang tuanya. Arya juga sudah kehilangan kedua orang tuanya, jadi dia sedikit mengerti perasaannya.

"Jadi bisakah kau mengatakan siapa namamu? Nama kakak adalah Arya Louis, tapi saat di luar Aku ingin kau memanggil kakak sebagai Adit atau cukup kakak saja!"

"Ka... kak?"

"Iya, Kakak! Jadi siapa namamu?"

Si gadis kecil kembali ragu. Arya hanya menunggu gadis itu kembali berbicara dengan sabar, dia hanya menanggapinya dengan tenang agar dia tidak membuatnya ketakutan kembali.

"Qita... Blanc..."

Nama yang cukup aneh di telinga Arya, tapi dia tidak mempermasalahkan nama itu lebih jauh. Dia hanya tersenyum, lalu kembali mengelus dengan lembut rambut milik gadis itu.

"Qita, kah? Apakah kau mau ikut kakak ke tempat kakak tinggal? Di sana akan ada orang lain yang mau menolongmu, selain kakak!"

Arya mengulurkan tangannya pada Qita. Gadis itu kemudian dengan ragu mengambil tangan Arya.

Setelah menggandeng tangan kecil milik Qita, Arya kembali menenteng kotak pendingin yang dia letakan di tanah, lalu mengatur posisikannya agar enak untuk dibawa olehnya yang juga memegang payung di tangannya.

"Ayo kita pergi!"

Setelah melihat gadis itu menganggukan kepalanya, dia kembali melanjutkan perjalanan pulangnya. Dia juga memastikan bahwa gadis itu tetap terlindung dari hujan di bawah payung yang dia bawa.

"Kurasa itu sudah bisa menjelaskan apa yang terjadi..."

Dengan begitu, Arya mengakhiri ceritanya.

"Begitukah, jadi namamu adalah Qita... nama yang sangat lucu!"

Ageha mengabaikan fakta bahwa Arya tadi juga mengatakan bahwa orang tua dari gadis itu telah dibunuh. Meskipun Qita tidak menyebutkan siapa pembunuh orang tuanya, tapi mereka semua sudah tahu siapa pelakunya.

"Nah, Arya.. apakah kau sadar bahwa ini bukanlah tempat penitipan anak? Pertama dirimu, sekarang kau malah membawa anak lainnya!"

Meister kembali mendapatkan hadiah pukulan dari Ageha, karena komentar miliknya yang tidak perlu.

"Aku tahu, tapi apakah kau akan mengabaikannya?"

Meister hanya membuat wajah bermasalah sambil memegang perutnya yang sakit, karena pukulan Ageha saat dia mendengar pertanyaan dari Arya. Tentu saja dia tidak bisa mengabaikan anak kecil begitu saja, apalagi jika dia yatim piatu.

"Hmmm... Ageha apakah kau bisa memandikannya? Kau juga masih memiliki baju ganti untuk anak kecil, kan? Seharusnya ukuran bajumu saat kau baru datang ke tempat ini akan pas untuk gadis itu."

"Apakah itu hanya perasaanku saja atau kau baru saja menyinggungku dengan perkataan terakhirmu tadi?!"

"Itu hanya perasaanmu saja!"

Meister segera menggelengkan kepalanya dengan cepat saat mendapatkan tatapan tajam dari Ageha.

Ageha hanya menghela nafasnya dan tidak lagi mempermasalahkan perkataan Meister tadi, dia kemudian menarik pelan tangan si gadis kecil agar dia mau mengikutinya.

"Ayo ikut kakak mandi?"

Kata Ageha sambil menggandeng tangan Qita. Si gadis kecil melihat ke arah Arya untuk memastikan apakah baik-baik saja jika dia mengikuti Ageha atau tidak.

Arya hanya menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia akan baik-baik saja. Dia juga memberikan senyuman pada Qita, sebelum Ageha membawanya ke kamar mandi yang berada di lantai 3.

"Jadi apakah kau memiliki rencana untuk gadis kecil itu?"

Meister bertanya pada Arya dengan mendekatkan dirinya pada tubuh pemuda itu.

Roy yang tadi menjaga jaraknya dari Qita, karena dia takut akan menakuti gadis kecil itu, sekarang sudah berada di dekat Arya dan nampak tertarik untuk ikut dengan percakapan mereka berdua.

"Kurasa untuk sementara waktu kita bisa menjaganya di lantai 3!"

"Lalu bagaimana dengan biaya makannya?"

"Aku bisa membagi sedikit uangku untuknya!"

Roy mengangkat tangannya saat Meister bertanya tentang masalah uang. Pria besar itu sepertinya bersungguh-sungguh ingin membantu gadis kecil itu.

"Apakah kau tidak terlalu lembut belakangan ini? Bukankah kau dulu lebih dingin dari ini, Roy?"

Meister bertanya sambil menatap wajah Roy yang masih tak memiliki ekspresi. Meski tanpa ekspresi sekalipun, tapi baik Meister ataupun Arya sama-sama menyadari bahwa pria besar itu sedang merasa khawatir dan simpati pada si gadis kecil.

"Kurasa untuk saat ini kita bisa membiarkannya untuk tinggal di sini... tapi kita masih perlu membicarakan masalah itu lebih lanjut saat dia selesai mandi dan berganti pakaian!"

Meister berkata sambil mengambil kue di dalam kotak pendingin Arya, lalu memakannya. Sementara Arya dan Meister hanya menganggukan kepala mereka, lalu ikut memakan kue yang baru di beli oleh Arya. Mereka juga tak lupa menyisahkan bagian untuk Ageha dan juga Qita, jika gadis kecil itu ingin kembali memakan kue yang dibeli oleh Arya.

Mereka baru melanjutkan kembali pembicaraan mereka, setelah Ageha kembali bersama dengan Qita yang sudah mandi dan mengganti pakaiannya. Qita nampak jauh lebih cantik dan manis, setelah dia membersihkan dirinya dan mengenakan pakaian bersih. Wajah Qita juga nampak jauh lebih cerah dari pada sebelumnya.