Setelah berdiskusi cukup panjang, pada akhirnya mereka memutuskan beberapa hal yang bisa Qita dapatkan dan juga peraturan yang harus dia patuhi, jika gadis itu ingin tetap tinggal di tempat ini, yaitu :
1. Dia akan tinggal di kamarnya sendiri di lantai 3. Dia bisa tidur bersama dengan Ageha, jika dia merasa takut tidur sendiri, tapi semua barang miliknya akan tersimpan di kamarnya sendiri. Dia juga bisa memilih kamar mana yang ingin dia tempati.
2. Dia tidak boleh keluar dari lantai 3 saat jam Cafe buka, kecuali jika ada keadaan darurat. Dari cerita singkat yang gadis itu ceritakan, nampaknya ATS sudah mengetahui bahwa semua anggota keluarganya bukanlah manusia. Jadi ada kemungkinan sangat bahwa ATS saat ini sedang mencari keberadaannya, jadi akan sangat berbahaya jika dia sampai terlihat oleh orang lain.
3. Dia akan mendapatkan makan 3 kali sehari. Dia juga dapat mengambil cemilan sisa penjual yang berada di kulkas saat jam tutup Cafe. Akan tetapi, dia juga harus membantu membereskan Cafe dan beberapa ruangan di dalam gedung.
4. Dia akan mendapatkan semua pakaian lama dari Ageha, sama seperti Arya yang mendapatkan semua pakaian lama adik Roy. Sayangnya pakaian lama Ageha yang masih layak pakai jumlahnya tidaklah banyak, tapi dia harus bertahan dengan hal tersebut untuk sementara waktu.
5. Dia tidak boleh mengeluh ataupun menyusahkan orang-orang yang berada di sini. Jika dia ingin mengeluh, maka dia harus melakukannya di depan orang yang tidak masalah mendengar keluhannya. Meskipun terdengar sedikit kejam, tapi peraturan ini penting, karena jika dia tidak mematahuinya, maka dia akan memberikan beban yang cukup berat bagi penghuni di sini.
Untuk sementara waktu itu saja hal-hal yang penting untuk diingat oleh Qita selama dia tinggal di sini, jika ada hal lainnya yang ditambahkan, hal itu akan dibicarakan lain waktu.
"Jadi apakah ada yang bisa kubantu?"
Meister bertanya sambil memberikan segelas susu pada Qita. Dia tak lupa memberikan senyumannya agar gadis cilik itu tidak takut dengannya. Arya jadi teringat dengan kejadian saat dia pertama kali datang ke Cafe ini. Arya juga menerima segelas susu dari Meister waktu itu.
Dengan sedikit ketakutan, gadis kecil itu menerima segelas susu dari Meister. Selain susu, dia juga mendapatkan sepotong kue lainnya. Dengan perlahan gadis itu memakan kue miliknya, lalu meminum susunya.
Dia masih tidak mengatakan apapun, meskipun dia sudah menghabiskan semua makanan yang diberikan padanya. Matanya hanya melihat keadaan di sekitarnya dengan gelisah.
"Kau memang dilarang mengeluh, tapi jika ada yang bertanya apakah kau memiliki masalah atau tidak, kau boleh mengatakan masalahmu... seperti pertanyaanku tadi... meskipun kau tetap dilarang meminta sesuatu yang merepotkan pada orang tersebut, kecuali jika orang itu mengatakan bahwa dia akan membantumu dengan apapun!"
Meskipun Meister sudah menjelaskannya, tapi si gadis kecil masih tidak mau mengatakan apapun.
"Tidak apa-apa! Jika kau ada masalah saat ini, kau bisa mengatakannya pada kami!"
Ageha berkata sambil mengelus kepala Qita dengan lembut. Dia kemudian menyerahkan kukis yang sudah dia taruh di atas piring pada gadis kecil itu. Kukis itu adalah kukis yang dibeli Arya bersama kue-kue pesanan mereka.
"Kenapa kau membeli kukis? Ditambah Kau juga sampai membeli es krim yang mahal?"
Meister bertanya pada Arya sambil mengisi ulang gelas Qita dengan susu segar lainnya.
"Karena Aku disuruh untuk menghabiskan semua uang di dompet, tapi karena mereka memberiku diskon saat toko mereka ingin tutup dan hanya beberapa kue yang tersisa, jadi Aku memutuskan untuk membeli es krim, tapi Aku juga tak menyangka mereka akan melakukan hal yang sama dengan toko kue sebelumnya, mereka bahkan memberikanku kotak pendingin, jadi Aku membeli kukis, karena toko itu dekat dengan toko es krim!"
"Aku terkejut kau bisa memberikan penjelasan sepanjang itu... apakah menghabiskan uangku adalah sesuatu yang menyenangkan?"
"Ya!"
Mendengar jawaban Arya yang sangat singkat dan anggukan kepalanya yang tidak memiliki keraguan sedikitpun membuat Meister nampak sangat marah dan geram.
"Apa kau tahu bahwa semua uang itu kukumpulkan dengan susah payah!?"
"Aku tahu!"
"Kau tahu? Apakah itu benar?"
Untuk suatu alasan tiba-tiba saja Meister berhenti terlihat marah, matanya nampak berkaca-kaca saat memandang Arya.
"Jadi kau tahu betapa beratnya bebanku ini, kan? Kau sudah mengerti betapa susahnya Aku menjalani hidup ini!"
"Jika seperti itu, kenapa kau tidak mengakhiri hidupmu saja!"
"Oi! Bukankah itu terlalu kejam, Ageha!?"
Kalimat dingin dari Ageha membuatnya kembali terlihat marah. Meister melotot pada Ageha yang memberikan tatapan dingin padanya, karena tak kuat menghadapi tatapan dingin itu, Meister akhirnya menjadi orang yang memalingkan wajahnya.
"Lihat, kau tidak perlu takut dengan orang itu... jika kau memberikannya tatapan dingin, dia akan langsung kalah!"
Ageha mengajarkan hal tersebut pada Qita yang langsung dibalas dengan anggukan.
"Oi! Apa yang kau ajarkan pada anak kecil!?"
Meister kembali berteriak pada Ageha, tapi wanita muda itu mengabaikannya.
"Jadi kau tidak perlu takut dan katakan saja apa yang membuatmu sedih!"
Ageha kembali dengan lembut mengelus rambut Qita. Dia berjongkok di dekat gadis yang sedang duduk di kursi itu. Meskipun sekarang posisi lebih pendek dari Qita, tapi dia bisa tanpa masalah mengelus kepalanya dan terlihat seperti seorang kakak yang dapat diandalkan.
"Ayah... Ibu... Aku ingin melihat mereka lagi..."
"Begitukah... tapi kita harus menunggu terlebih dulu, sebelum kita bisa melihat rumahmu... jadi kau tidak masalah jika harus tinggal di sini untuk sementara waktu, kan?"
"Hn!"
Gadis kecil itu menganggukan kepalanya dengan air mata yang menggenang di matanya.
"Aku akan memeriksa rumahmu besok pagi!"
Roy yang sedari tadi terdiam, tiba-tiba mengatakan hal tersebut. Qita sempat melonjak kaget saat mendengar suaranya, lalu dia menatap wajah Roy yang berada cukup jauh darinya. Sejujurnya tubuh besar milik Roy membuat Qita ketakutan.
"Begitukah... Kakak di sana mengatakan dia akan memeriksa keadaan Ayah dan Ibu Qita, jadi bisakah Qita memberikan alamat rumahnya?"
Roy pasti memerlukan alamat rumahnya, tapi karena dia tidak bisa bertanya secara langsung, Ageha menjadi orang yang mewakilinya. Meskipun kemungkinannya sangat kecil jika orang tuanya masih selamat, tapi sepertinya memeriksa keadaan di sana juga adalah sesuatu yang penting bagi mereka.
"Mhn... hn!"
Setelah ragu untuk beberapa saat, akhirnya gadis itu menganggukan kepalanya. Ageha mencatat alamat yang dikatakan oleh gadis itu. Karena dia masih sangat kecil, alamat yang diberikannya tidaklah terlalu tepat, dia hanya memberikan beberapa benda petunjuk tentang lokasi rumahnya, seperti patung dan warna rumah, selain nama daerah rumahnya berada. Meski begitu, hal itu sudah lebih dari cukup bagi Roy untuk menemukan lokasi rumahnya.
Kejadian penyerangan keluarga Qita pasti akan menjadi berita heboh di daerah rumahnya berada, jadi Roy pasti bisa menemukan rumahnya dan beberapa informasi dengan mudah. Ibu-ibu di sana pasti akan bergosip tentang kejadian itu, jadi Roy bisa menguping pembicaraan mereka. Meski informasinya mungkin tidak terlalu akurat, tapi setidaknya dia akan mengetahui beberapa rumor.
"Jadi apa yang akan kau lakukan, Arya?"
"Aku? Kenapa Aku?"
Meister hanya menghela nafasnya saat mendengar Arya yang balik bertanya padanya.
"Tentu saja karena kau yang membawa anak itu ke sini, jadi kau harus yang bertanggung jawab atas gadis itu!"
Jadi itu yang dimaksud oleh Meister. Sejujurnya Arya sama sekali tidak memiliki rencana yang jelas saat membawa gadis itu ke sini, dia hanya ingin membantu gadis itu.
"Sejujurnya Aku tidak yakin apa yang harus kulakukan untuknya...."
Membantu Qita sama artinya berurusan dengan ATS. Sebisa mungkin Arya tidak ingin berurusan dengan mereka dan membuat identitasnya terbongkar, karena dia masih harus mengejar orang yang membunuh Ibunya. Meskipun sudah setahun lamanya kejadian itu berlalu, tapi Arya masih dapat mengingat dengan jelas bau yang berada di ruangan itu pada waktu itu.
"Mungkin kau bisa membawa masalah yang sangat besar pada kami semua... meski begitu, apakah kau siap menanggung akibatnya?"
"Lalu apakah kau akan meninggalkannya begitu saja?"
Saat mendengar pertanyaan Arya, tubuh Qita kembali bergetar ketakutan. Bagaimanapun kau melihatnya, gadis itu saat ini sangat takut ditinggalkan lagi oleh seseorang, terutama oleh Arya. Ageha dengan lembut memeluk gadis kecil itu untuk menenangkan dirinya.
"Hei, kalian berdua! Bisakah kalian membicarakan hal itu di tempat lain!?"
Ageha menatap tajam Arya dan Meister dan memarahi mereka berdua. Mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan tadi adalah tindakan yang tidak dewasa, jadi mereka hanya terdiam.
"Karena ini sudah sangat larut malam, lebih baik kita tidur saja untuk saat ini!"
Perkataan Ageha dibalas dengan anggukan oleh semua orang yang berada di sana. Ageha menunggu gadis itu menghabiskan kukis di piringnya, sementara yang lainnya membereskan piring yang menjadi tempat makan kue mereka. Arya juga tak lupa memasukan es krim yang dibelinya ke dalam kulkas. Meskipun mereka tak memakannya hari ini, tapi masih ada banyak kesempatan untuk menikmati es krim itu bersama-sama.
Setelah semuanya rapi, mereka mematikan semua lampu di Cafe, lalu mereka menuju ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat. Untuk malam ini, Ageha akan tidur bersama Qita di kamar yang sama.