Arya menceritakan tentang semua yang terjadi pada dirinya dari kemarin malam sampai dirinya bertemu Ageha. Meskipun Arya tidak mengetahui apapun setelah dirinya pingsan, tapi dia bisa menduga apa yang dilakukan wanita misterius itu padanya, jadi dia juga menceritakan dugaannya.
"Jadi begitu... sekarang Aku mengerti."
Pria tua di hadapannya menaruh tangannya di dagunya sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Jadi apa yang kau mengerti!"
"Aku mengerti bahwa kau sekarang berubah dari manusia dan menjadi manusia serigala!"
"Bukankah itu yang sudah kukatakan tadi?!"
Arya bisa paham jika Ageha melalu menampakan wajah bosan saat berhadapan dengan pria tua itu.
"Meister! Jika kau tahu apa yang terjadi, bisakah kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya! Apa mungkin seorang manusia bisa berubah menjadi mahluk lain? Aku baru pertama kalinya mendengar hal seperti itu terjadi!"
Ageha nampak lebih tidak sabar dari pada Arya. Arya sama sekali tidak tahu tentang dunia mereka, jadi dia cukup terkejut saat mengetahui kasus sepertinya adalah kasus yang langka. Bukankah di film-film manusia biasanya bisa berubah menjadi mahluk lain saat digigit oleh mahluk tersebut?
"Hmmm, bagaimana cara Aku mengatakannya? ... Mah, kurasa kau harus ganti bajumu dulu, sebelum aku menceritakannya lebih jauh!"
Meister berkata sambil mengeluarkan satu set baju yang mirip baju pelayan cafe untuk pria. Arya melihat baju yang dia kenakan saat ini, bajunya sudah terlumuri oleh darahnya akibat pertarungannya dengan Rio dan ada robekan besar juga.
Arya beruntung tidak bertemu dengan banyak orang saat berlari ke sini, dia juga menutupi bajunya dengan tasnya agar tidak mencolok.
"Jika kau memiliki baju untuknya, kenapa kau tidak mengeluarkan dari tadi!?"
"Kau sendiri juga tidak mengeluarkan baju apapun untuknya, meskipun kau juga tinggal di sini!"
"Aku ini seorang gadis, jadi Aku tidak mempunyai baju pria!"
"Tapi kau tahukan dimana Aku menyimpan seragam untuk pria, kan?"
"Aku.. Aku... Aku hanya lupa..."
"Yes, Aku memang!"
Pria itu membuat pose kemenangan dengan mengepalkan tangan kanannya. Sepertinya memenangkan perdebatan dengan Ageha adalah semacam pencapaian sendiri bagi si pria tua itu.
"Anu, bisakah kalian menunjukkan dimana Aku bisa mengganti bajuku?"
Arya hanya mengabaikan perdebatan tidak berguna mereka dan fokus untuk mengganti bajunya. Harus dia akui, dia tidak merasa nyaman dengan pakaian yang dia kenakan saat ini. Meskipun Arya merasa tidak begitu suka memakai seragam cafe ini, tapi seragam itu masih lebih baik dari pada pakaian yang dia kenakan saat ini.
"Oh, Kau bisa naik ke lantai 2, lalu masuk ke kamar yang paling ujung!"
"Tunggu dulu! Bukankah itu adalah kamarku, kenapa dia harus mengganti baju di kamarku!?"
"Memangnya kenapa? Bukankah bagus jika ada pria lain yang mau masuk ke kamarmu!"
"Kenapa kau mengatakannya seperti tidak ada orang yang mau masuk ke kamarku saja!?"
"Itu karena tidak ada yang mau masuk ke kamarmu!"
"Lalu kenapa tidak membiarkan dirinya berganti baju di kamarmu saja!"
"Huh!? Kenapa Aku harus membiarkan seorang pria masuk ke kamarku! Aku ini seorang gadis murni, jadi mana mungkin Aku membiarkan ada seorang pria masuk ke kamarku!"
"Gadis murni? Heh!"
"Apa-apaan dengan senyuman itu!?"
Arya melihat perdebatan mereka yang sangat tidak penting dengan pandangan heran. Kenapa mereka tidak menunjukan dimana kamar mandi berada dan membiarkannya berganti pakaian di sana? Arya bertanya-tanya apakah mereka sebetulnya hanya ingin berdebat atau mereka benar-benar tidak memikirkan hal yang sudah wajar tersebut?
"Kau bisa menggunakan kamarku!"
Secara tiba-tiba Arya mendengar Roy mengeluarkan suaranya. Arya dan yang lainnya memalingkan wajah mereka ke Roy untuk memastikan bahwa dia adalah orang yang berbicara tadi. Roy kemudian beranjak dari tempatnya duduk, lalu berjalan menuju tangga ke lantai 2. Apakah itu artinya Arya harus mengikutinya? Arya melirik sebentar ke Ageha untuk meminta pendapatnya tentang apa yang sebaiknya dia lakukan.
"Kenapa kau tidak ikuti saja dia... meskipun terlihat seperti itu, dia adalah orang yang sangat baik dan lembut."
Ageha mengatakan itu sambil mengangkat tangannya setinggi bahu. Sepertinya dia tidak begitu peduli apakah Arya mau mengikuti pria itu atau tidak. Arya akhirnya memutuskan untuk mengikuti Roy menuju lantai 2, tak lupa dia juga membawa seragam yang diberikan oleh Meister.
Arya dapat langsung menemukan Roy yang berdiri di depan sebuah pintu yang berada paling dekat dengan tangga. Sepertinya itu adalah pintu kamarnya.
Roy kemudian membukakan pintu kamarnya dan mempersilahkan Arya untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Kau bisa memakai bajuku jika kau mau... Aku memiliki bebarapa baju yang seukuran dengan dirimu!!"
Arya mendengar Roy berbicara, sebelum dirinya masuk ke dalam kamar Roy. Arya melirik ke arah Roy sebentar, sebelum pria besar itu mendorong Arya untuk masuk kamarnya dan menutup pintunya.
"Kau tidak perlu sungkan. Aku sudah tidak menggunakan baju itu lagi!"
Sebelum Arya dapat mengatakan apapun, dia bisa kembali mendengar suara Roy yang berasal dari balik pintu. Apakah pria besar itu sebetulnya adalah pria yang pemalu dan canggung. Arya bisa merasakannya saat berbicara dengannya. Arya entah mengapa merasa bahwa pria itu mirip dengan seseorang yang Arya kenal, tapi Arya tidak bisa mengatakannya dengan pasti siapa orang tersebut. Dia hanya merasa tidak asing dengan sifat yang dimiliki oleh pria besar itu.
"Apa tidak masalah?"
"Ya."
Arya memandang ke arah seragam miliknya, sebelum memandangan ke sekeliling kamar Roy. Kamar ini tidak terlalu luas dan tidak banyak barang yang ditaruh di kamar ini, tapi Arya bisa merasakan bahwa pemilik kamar ini benar-benar merawat kamarnya dengan baik, hanya dari melihat betapa bersih dan rapihnya kamar ini.
Arya kemudian meletakan seragamnya ke meja belajar yang berada di kamar tersebut, lalu memeriksa lemari Roy. Dia merasa sedikit tidak enak dengan Roy saat memeriksa isi lemarinya, tapi dirinya merasa bahwa memakai pakaian Roy akan lebih baik dari pada memakai seragam pelayan pemberian si pak tua. Arya akan merasa sangat malu, jika harus pulang dengan mengenakan pakaian seperti itu sambil berjalan kaki. Belum lagi dia juga harus menjelaskan kenapa dia memakai seragam pelayan pada Ibunya sesampainya dia di rumah.
Arya dapat melihat beberapa baju berukuran besar yang terlihat cocok dipakai oleh pria besar seperti Roy. Dia juga bisa melihat pakaian yang seukuran dengan tubuh Arya di bagian bawah lemari. Roy nampaknya merawat baik baju-baju yang sudah dia tidak pakai lagi. Arya bisa mengetahuinya dari melihat betapa rapihnya baju-baju itu disusun di bagian bawah lemarinya.
Arya akhirnya memilih mengambil baju yang berada di paling atas tumpukan baju-baju itu. Dia tidak merasa bahwa celananya mengalami kerusakan yang berarti ataupun terlalu kotor, jadi dia memutuskan hanya mengganti bajunya saja, tanpa mengganti celananya. Dia merasa tidak enak pada Roy, jika dia harus meminjam celananya juga.
Setelah selesai berganti baju, Arya segera keluar dari kamar Roy dan menemukan pria besar itu masih berdiri di depan pintunya. Arya bertanya-tanya apakah pria itu memang harus menungguinya sepanjang waktu? Bukankah lebih baik dia kembali turun ke lantai satu dan berkumpul kembali dengan Ageha dan pria tua itu.
"Anu, apakah kau tahu dimana Aku bisa membuang bajuku? Kurasa Aku tidak mungkin memakai baju ini lagi."
Arya melihat kembali bajunya yang sudah tak layak pakai itu. Meskipun dia merasa sangat harus membuang baju yang sudah dia kenakan selama beberapa tahun itu, tapi dirinya memang tidak mungkin memperbaiki baju yang sudah bolong dan berlumuran darah.
"Biar Aku yang membuangkannya untukmu!"
Tanpa menunggu jawaban dari Arya, Roy langsung merebut baju rombeng milik Arya dan membawanya ke suatu tempat. Sepertinya pria besar itu benar-benar ingin membuangkannya untuk Arya.
Arya memutuskan untuk kembali ke tempat Ageha dan pria tua itu berada sambil membawa kembali seragam yang tadi dipinjamkan padanya.
"Oh, kau tidak jadi mengenakan baju pelayan, ya... padahal Aku sedikit menantikannya!"
Ageha berkomentar saat melihat Arya kembali dengan mengenakan baju yang dipinjam dari Roy.
"Ya, Roy meminjamkan baju bekasnya padaku... jadi kurasa Aku akan memakainya, dari pada memakai seragam pelayan..."
"Roy?! Meminjamkan baju bekasnya!?"
Baik Ageha atau si Pria tua nampak sama terkejutnya. Memangnya kenapa dia baju Roy? Arya tidak merasa ada yang aneh dengan baju yang dia kenakan saat ini? Bajunya benar-benar pas dengan tubuhnya dan nyaman dipakai.
"Ada apa?"
"Tidak, kami hanya terkejut dia mau meminjamkan bajunya... itu saja, tak lebih!"
Ageha menjawab pertanyaan Arya dengan senyum canggung. Arya merasa bahwa ada yang disembunyikan oleh wanita itu darinya, tapi Arya memutuskan untuk tidak membahasnya lebih lanjut lagi. Tidak sopan rasanya untuk bertanya lebih jauh tentang sesuatu yang tidak ingin orang lain bicarakan.
"Padahal Aku ingin menyuruhmu menjadi pegawai gratis, jika kau memakai seragam itu... sayang sekali..."
"Kau bisa mencobanya saat Aku membawa orang lain ke sini!"
"Aku sebetulnya tidak ingin kau membawa orang aneh lainnya ke sini!"
Orang aneh? Dia tidak sedang membicarakan tentang Arya, kan? Arya tidak ingin dikatakai sebagai orang aneh oleh orang aneh.
"Dari pada itu... bukankah sebaikanya kau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya orang yang menyelamatkanku kemarin malam? Lalu bagaimana bisa Aku berubah menjadi manusia serigala?"
Pertanyaan bertubi-tubi dilancarkan oleh Arya saat pria itu kembali duduk di kursinya semula. Roy juga kembali dari membuang baju Arya saat Arya sampai di kursinya, pria besar itu juga mengambil tempat duduk yang sama seperti sebelumnya.
"Hmm, pertanyaanmu banyak juga... kira-kira dari mana Aku harus memulainya, ya..."
"Cerita saja apa yang kau tahu!"
Ageha nampak sudah tidak tahan dengan kelakuan pria tua itu yang nampak berpikir dengan gaya yang mainstream, satu tangan di dagunya dan tangan lainnya memegang siku dari tangan yang memegang dagunya, tak lupa dia juga menggosok-gosok janggut pendeknya.
"Baiklah! Pertama-tama kita mulai dengan wanita yang kau temui tadi malam!"
"Ya, siapa dia sebenarnya?"
"Dia kemungkinan adalah keturunan asli dari manusia serigala!"
"Keturunan asli?"
"Artinya memiliki darah murni dari manusia serigala, tanpa adanya darah manusia atau mahluk lain dari leluhurnya."
"Lalu kenapa jika dia adalah keturunan asli?"
"Itu artinya dia memiliki kemampuan khusus!"
Bukan hanya Arya yang nampak tertarik dengan cerita si pria tua, tapi Ageha dan Roy juga nampak tertarik mendengarnya. Ageha dengan sangat terang-terangan memperhatikan si pria tua dengan gadunya yang ditompangkan di atas kedua tangannya, sedangkan Roy melirik sedikit ke arah si pria tua berada. Meski dia hanya melirik sedikit, tak ada satupun yang tak sadar dengan tatapannya di ruangan cafe itu.
"Kemampuan khusus?"
"Kemampuan untuk merubah manusia menjadi sejenisnya!"
"Bagaimana caranya dia melakukannya?"
"Nah, bisakah kalian berhenti melakukan sesi tanya jawab seperti itu? Meister, kau bisa langsung menjelaskan semua secara rinci tentang Keturunan Asli itu... sebetulnya ini adalah pertama kalinya Aku mendengar nama itu!"
Ageha menyela si Pak Tua yang ingin kembali menjawab pertanyaan Arya. Wajahnya nampak bosan saat mendengarkan penjelasan si pria tua yang setengah-setengah. Arya sebetulnya juga ingin langsung mendengar penjelasan lengkap si pria tua, tanpa harus bertanya di setiap kalimatnya.
"Kau sungguh tidak sabaran ya, Ageha... keturunan asli memang adalah mahluk yang sangat langka di jaman sekarang, karena keberadaan mereka yang terus berkurang seiring berjalannya waktu, jadi wajar saja jika banyak anak muda yang tidak mengetahuinya!"
Arya hanya menggangguk mengerti saat mendengar penjelasan si pria tua. Setelah dipikirkan lagi, memang benar mahluk seperti keturunan asli memang akan sangat jarang muncul di jaman modern, apalagi jika mereka menyembunyikan diri mereka. Jadi itulah mengapa Ageha nampak sama terkejutnya dengan Arya saat mendengar penjelasan si pria tua.
"Aku punya pertanyaan! Kenapa kau tidak pernah mengatakan apapun tentang si keturunan asli padaku? Bukankah lebih baik kau menceritakannya, karena mahluk seperti itu bisa sangat berbahaya, kan?"
"Itu karena keturunan asli sudah seperti kita bagi manusia biasa... keberadaan mereka benar-benar tersembunyi dan tidak ada yang tahu dimana mereka berada... apakah orang itu sebenarnya menyamar menjadi salah satu seperti kita? Apakah mereka hanya sekedar mitos? Sejujurnya Aku sendiri tidak begitu yakin apakah cerita yang dia katakan ada benar atau tidak!"
Atas pertanyaan Ageha, si pria tua langsung memberikan jawaban yang terdengar serius. Meski yang dikatakan oleh si pria tua itu terdengar masuk akal, tapi Arya masih memiliki keraguan kenapa Ageha sampai tidak pernah mendengar cerita sepenting itu darinya. Meskipun itu hanya mitos, keberadaan keturunan asli pastinya sangat penting bagi mahluk seperti mereka. Memang mereka mungkin sangat berbahaya, seperti yang tadi dikatakan Ageha, tapi untuk mempertahankan mahluk sejenis mereka, keberadaan keturunan asli akan sangat penting.
"Apakah kau tidak pernah mencoba untuk mencarinya?"
Si pria tua sempat terdiam saat mendengar pertanyaan Arya. Araya merasakan bahwa si pria tua ragu-ragu saat ingin menjawab pertanyaan Arya. Kecurigaan Arya semakin membesar saat si pria tua tak kunjung-kunjung memberikan jawababnya.
"Ada apa? Apakah ada yang aneh dengan pertanyaanku?"
Karena tak kunjung-kunjung mendapatkan jawaban apapun dari si pria tua, Arya kembali bertanya. Meister tampak mengambil nafas sejenak, sebelum memberikan jawabannya.
"Tidak, tidak ada apa-apa... kau bertanya apakah aku pernah mencoba mencarinya atau tidak, kan? Sebetulnya saat Aku kecil, Aku selalu mengagumi mereka dan ingin bertemu dengan mereka, tapi sayangnya Aku tidak pernah sekalipun bertemu dengan mereka sampai detik ini!"
"Benarkah? Mengingat usiamu, Aku tidak percaya bahwa kau tidak bisa bertemu satupun dari mereka!"
"Umurnya?"
Arya sedikit penasaran dengan umur dari si pria tua di hadapannya, setelah Ageha menyinggunya tadi. Mengingat bahwa mereka bukan manusia biasa, jadi mungkin saja mereka memiliki batas usia yang sangat berbeda dengan batas usia yang dimiliki manusia pada umunya.
"Kau bisa mengatakan bahwa usianya sudah lebih dari 1000 tahun!"
"Aku tidak setua itu, Aku hanya berusia 969 tahun!"
Meskipun si pria tua berkata bahwa dia tidaklah setua itu, tapi angka yang diucapkannya sangatlah fantastis untuk ukuran usia dari mahluk hidup dan tidaklah begitu jauh dari angka yang disebutkan Ageha tadi. Jadi mereka bisa berumur sepanjang itu? Arya bertanya-tanya apakah dirinya akan bisa mencapai usia segitu suatu hari nanti.
"Jika kau ingin mengetahui tentang asal dari keturunan asli, maka Aku harus menceritakan tentang asal mula kita juga!"
"Asal mula kita?"
Si pria tua kembali melanjutkan penjelasannya, setelah memberikan batahan pada pertakaan Ageha. Arya nampak tertarik dengan apa yang akan selanjutnya dikatakan oleh si pria tua.
"Ya, asal mula kita... kau mungkin akan terkejut dan tidak percaya, tapi leluhur kami sebetulnya berasal dari dunia lain... "
Hal mengejutkan dan membuat Arya bingung kemudian keluar dari mulut si pria tua.
".... sebuah dunia yang kami sebut sebagai... dunia fantasi!"