Suasana di ruangan itu nampak sangat hening. Tidak ada orang yang nampak ingin membuka mulut mereka saat Meister menyelesaikan penjelasannya. Butuh waktu beberapa menit, sebelum akhirnya Meister kembali membuka mulutnya, karena tak tahan dengan suasana hening di ruangan yang luas itu.
"Yah, apa yang tadi kukatakan tidaklah lebih dari sekedar teori.... Tidak ada yang benar-benar mengetahui apakah hal yang kuceritakan tadi benar atau tidak."
Meskipun Arya memiliki banyak sekali pertanyaan tentang teori yang diceritakan tadi, seperti kalau salah satu bangsa itu dapat menggunakan sihir hebat seperti memindahkan suat bangsa ke dimensi yang berbeda, kenapa mereka tidak menggunakan sihir itu dalam perang mereka? Meskipun Meister tadi mengatakan bahwa itu adalah sihir yang terlarang, tapi dari pada mengirim suatu bangsa yang baru terbentuk, bukankah lebih baik menggunakannya pada musuh mereka agar perang cepat berakhir. Apa mungkin kedua bangsa memang bisa menggunakan sihir tersebut, jadi mereka sebisa mungkin tidak ingin menggunakan sihir tersebut agar pihak musuh tidak membalas mereka dengan sihir yang sama?
Ageha saat ini sedang melihat ke arah lain dan wajahnya tak bisa Arya lihat. Apakah wajahnya masih memerah seperti tadi? Atau dia tidak ingin melihat ke arah mereka, karena perdebatannya tadi dengan si pak tua.
"Apakah kau memiliki pertanyaan?"
Melihat Arya yang hanya memandangi Ageha sedari tadi, Meister kemudian membuka kembali mulutnya. Arya kembali melihat ke arah si pria tua, begitu mendengar suaranya.
"Ya, sebenarnya ada beberapa hal yang aneh dari ceritamu tadi... sejujurnya Aku tidak begitu puas dengan teori tersebut."
"Lalu apakah aku akan puas jika Aku mengatakan bahwa kami sebenarnya adalah mahluk yang diciptakan dari uji coba yang dilakukan oleh para ilmuan di masa lalu... tubuh dari leluhur kami sebenarnya telah diutak-atik oleh para ilmuan tersebut agar mereka bisa menciptakan manusia super yang memiliki berbagai kemampuan luar biasa!"
"Soal itu... Aku.."
Arya tidak bisa sedikitpun membalas perkataan Meister. Nada suaranya saat mengatakan itu tidaklah bercanda sedikitpun. Mungkin itu adalah salah satu teori lainnya mengenai asal usul mereka. Baik teori yang pertama atau yang tadi, keduanya bukanlah teori yang menyenangkan.
"Maafkan Aku, Aku tidak bermaksud untuk menakut-nakutimu! Hanya saja, teori mengenai kami yang berasal dari dunia fantasi masih lebih menyenangkan dari pada teori bahwa kami adalah mahluk hasil uji coba!"
"Tidak, Aku juga minta maaf... Aku mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya tadi."
Mereka adalah mahluk yang sangat berbeda dengan manusia biasa, asal usul mereka juga tidaklah jelas. Jadi seharusnya Arya lebih berhati-hati saat menyinggung tentang identitas mereka.
"Yah, kurasa apapun itu tidaklah masalah... saat ini kita masih hidup, jadi syukuri saja hal tersebut!"
Ageha mengatakan kalimat tersebut tanpa mengalihkan pandangan pada Meister ataupun Arya, wajahnya masih menghadap ke arah yang berlawanan dari posisi Arya dan Meister berada.
"Kau harus mengmaklumi dirinya... dia memiliki alasannya sendiri, kenapa dia tidak suka dengan teoriku yang pertama tadi."
Arya hanya mengganggukan kepalanya saat mendengar perkataan Meister yang dia bisikan ke telinga Arya. Arya memang tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, tapi sepertinya terjadi hal yang tidak menyenangkan di masa lalu pada Ageha. Dirinya juga tidak bisa melihat tanda-tanda orang tua Ageha di cafe ini, jadi mungkin hal itu ada kaitannya dengan orang tuanya.
"Kau tidak perlu khawatir padaku! Saat ini Aku hidup cukup bahagia, jadi kau harus mengkhawatirkan dirimu sendiri! Kau berkata bahwa dirimu dulunya adalah manusia, kan? Kau pasti akan menjalani hidup yang sangat berbeda dengan hidupmu yang sebelumnya... kau pasti pernah memecahkan atau merusak sesuatu saat kau baru mendapatakan kekuatanmu itu, kan?"
"Tidak, Aku tidak memecahkan atau merusak sesuatu!"
"Hah!"
Kali ini Ageha melihat ke arah Arya dengan wajah yang sangat terkejut. Arya tidak menyangka reaksi Ageha akan seperti itu saat mendengar ucapannya tadi.
"Kau tidak memecahkan atau merusak apapun?! Apakah itu benar?"
"Ya, itu benar!"
"Tapi bukankah biasanya di film-film atau serial TV, kau akan memecahkan atau merusak atau melakukan hal yang tidak disengaja dengan kekuatan yang tiba-tiba kau dapatkan?! Apakah kau sudah bisa mengendalikan kekuatanmu saat kau pertama kali mendapatkannya!?"
"Tidak, sejujurnya Aku cukup kesulitan saat Aku pertama kali mendapatkannya kekuatan ini... kepalaku sangat sakit, karena berbagai informasi yang biasanya tidak dapat kuterima dengan indra normalku tiba-tiba saja bisa Aku dapatkan dengan mudah... sejujurnya sangat sulit bagiku untuk berkonsentrasi saat di kelas, karena berbagai suara yang telingaku dengar... Aku juga sempat hampir tak bisa mengendalikan tubuhku."
"Tapi kau tidak merusak apapun, kan?"
"Itu karena Aku selalu berhati-hati saat memegang sesuatu."
Arya benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika dia harus mengganti semua barang yang dia rusak, jika dia tidak berhati-hati saat menyentuh sesuatu. Arya tidak memiliki uang sepeser pun untuk dibuang-buang.
"Apakah selama ini kami dibohongi oleh film-film itu!?"
"Aku berhati-hati agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan mereka!"
Meister menunjukan senyuman saat melihat Ageha yang sudah nampak seperti semula. Sepertinya dia memang tidak perlu mengkhawatirkan Ageha sedikitpun, orang yang memang harus dia khawatirkan saat ini adalah Arya, seperti yang dikatakan oleh Ageha tadi.
"Hey, nak... kau tadi mengatakan bahwa namamu Arya, kan?"
"Ya, namaku Arya... Arya Louis!"
"Kau sepertinya adalah anak yang baik, jadi mungkin kau akan menjalani berbagai hal yang sangat buruk ke depannya... seperti yang dikatakan oleh Ageha tadi, saat ini yang paling mengkhawatirkan di antara kita semua adalah dirimu!"
"Ya, kurasa itu benar..."
Arya hanya bisa mengangguk setuju dengan perkataannya. Arya tidak suka dikasihani, meskipun dirinya adalah orang yang miskin dan tidak memiliki barang yang terlalu mewah, tapi untuk kali ini, dia harus menerima bantuan apapun dari mereka. Dia tidak ingin melakukan kesalahan yang akan menyebabkan bencana pada Ibunya.
"Apakah kau saat ini memiliki kekhawatiran?"
"Sebetulnya kekhawatiran terbesarku adalah cara untuk menghubungi Ibuku dan teman-temanku yang lain, karena seseorang telah menghancurkan smartphone-ku tanpa berpikir dua kali!"
Arya bisa melihat dengan jelas Ageha memalingkan kepalanya lagi saat Arya mengatakan kekhawatirannya. Semua kepala akhirnya memandang ke arah dirinya.
"Maaf!"
Ageha mengatakan maaf dengan suara yang pelan. Arya tidak benar-benar marah padanya, jadi Arya hanya menganggukan kepalanya saat mendengar permintaan maafnya dan tidak mengatakan apapun lagi.
"Kau harus memaafkannya, dia melakukan hal itu untuk melindungi dirimu dan orang-orang yang berada di sini!"
"Ya, Aku mengerti!"
Sepertinya anggukan kepala Arya memang tidak dilihat oleh siapapun, jadi dia mengiyakan saja ucapan dari Meister. Si pria tua itu nampak mengangguk puas saat mendengarkan jawaban dari Arya.
"Sepertinya kau adalah anak yang mudah mengerti dan beradaptasi dengan situasi yang kau hadapi, ya!"
"Aku hanya berusaha untuk menerima kenyataan secepat mungkin agar Aku tidak mengulangi kesalahan yang sering terjadi di film-film!"
"Begitukah, lalu apakah kau mau mendengarkan saran dariku!"
Arya sedikit ragu saat si pria tua mengatakan hal tersebut. Dari tampangnya, sepertinya dia ingin mengatakan hal konyol, karena dia memiliki ekspresi yang sama dengan Rio saat ingin melakukan hal yang konyol.
"Lebih baik kau tidak mendengarkan apapun dari mulutnya saat dia membuat ekspresi seperti itu!"
"Ya, Aku sudah tahu!"
"Apa-apaan kalian itu!? Aku hanya menyarankan agar kalian menikah, lalu Arya bisa tinggal di sini... dengan begitu dia bisa memiliki alasan untuk tetap berada di sini dan bisa menghindari keluarganya di rumah dalam bahaya tanpa menyebabkan kecurigaan apapun!"
"HUH! Apa yang kau katakan!?"
Wajah Ageha kembali memerah, dia nampak menolak ide yang dikeluarkan oleh si pria tua. Meskipun Arya sama terkejutnya dengan Ageha, tapi dia tidak nampak ingin mengeluarkan protes apapun. Dia mulai berpikir dengan logis, harus dia akui, kalau dirinya pindah ke sini, maka dia bisa menghindari Ibunya berada dalam bahaya, karena ulahnya. Dia mungkin juga lebih aman jika berada di dekat orang-orang yang sepertinya. Jika dia menikah dengan Ageha untuk melakukan hal tersebut, maka dia tidak akan menimbulkan kecurigaan apapun saat dirinya tiba-tiba pindah ke sini, kecuali alasan kenapa dia tiba-tiba menikahi gadis yang baru saja dia temui.
"Kurasa itu ide yang bagus!"
"Roy! Apa yang tiba-tiba kau katakan!?"
Ageha kembali melancarkan protes, tapi kali ini pada Roy yang tiba-tiba membuka suaranya. Semua orang dibuat terkejut dengan Roy yang tiba-tiba bersuara.
"Bahkan Roy setuju dengan ideku! Jadi bagaimana? Apakah kau ingin menikahi Ageha dan menjalani kehidupan yang terasing bersama kami atau kau akan kembali ke kehidupan normalmu?"
Meister bertanya dengan senyuman yang menggoda di bibirnya. Arya tidak perlu berpikir terlalu lama untuk memutuskan jawabannya.
"Aku tidak bisa menikahi wanita yang baru saja Aku temui beberapa saat yang lalu... bagaimanapun kau memikirkannya, hal itu terlalu mencurigakan."
Selain itu, dia juga harus memikirkan perasaan Ageha. Dia tidak bisa begitu saja mengabaikan perasaan orang lain, hanya untuk kepentingannya sendiri. Rio mungkin akan mengatainya bodoh, karena menolak kesempatan untuk menikahi seorang wanita cantik, tapi dia tetap tidak bisa menikahinya tanpa alasan yang lebih kuat.
"Begitukah... sayang sekali Ageha, sepertinya kau ditolak!"
"Memangnya itu salah siapa!?"
Ageha nampak ingin mencekik pria tua di hadapannya. Sementara Meister hanya tersenyum menggoda ke arahnya. Sepertinya hal seperti ini juga adalah hal yang umum terjadi di tempat ini.
"Tapi apakah kau yakin? Meskipun kau kembali ke duniamu yang semula, tapi dunia itu tetaplah dunia yang terasing bagimu yang saat ini?"
"Meskipun Aku tidak mungkin menikahi Ageha saat ini, tapi Aku akan mempertimbangkan tawaranmu untuk tinggal di sini."
Meskipun tidak dikatakan dengan terang-terangan, tapi Arya mengerti maksud dari perkataan Meister dengan sangat baik. Dia ingin menawarkan tempat tinggal yang baru untuk Arya. Arya harus berpikir baik-baik sebelum membuat keputusan atau dia akan menyesalinya seumur hidupnya. Dia juga harus membicarakannya dengan Ibunya dan memikirkan alasan yang tepat untuk tinggal di sini.
"Begitukah, Aku akan menantikan jawaban baik darimu!"
Meister kembali menunjukan senyumannya pada Arya dan pembicaraan mereka kembali berlanjut.