Chapter 11 - Awal penjelasan

Arya dibawa oleh wanita yang telah menyelamatkannya ke sebuah cafe yang berada cukup jauh dari lokasi mereka bertarung tadi. Arya melihat ke arah jam yang berada di cafe tersebut. Jarum jam pendek dari jam itu hampir menunjuk ke angka 5. Ternyata pertarungan mereka tadi memakan waktu yang cukup lama.

Arya melihat ke wanita yang bersamanya sedari tadi, dia duduk tak jauh dari tempat Arya duduk. Meski mereka memasuki cafe ini bersama, tapi sepertinya wanita itu tidak begitu ingin duduk berdekatan dengan Arya.

Arya kemudian melihat ke sekeliling cafe yang sepi. Karena sebelum masuk ke cafe ini, Arya dapat melihat papan yang bertuliskan 'Closed', jadi Arya tidak terkejut dengan tak adanya pengunjung cafe ini, selain Arya, wanita itu, seorang pria lainnya dan seorang pria tua yang berpenampilan seperti bartender.

Arya kembali melihat wanita itu. Dia memiliki tinggi tidak lebih dari 160 cm dan tak nampak kurang dari 150 cm, beberapa orang akan langsung mengira bahwa dia adalah siswi SMP saat melihat penampilannya, tapi Arya sadar bahwa dia lebih tua dari pada penampilannya. Tidak mungkin bocah SMP bisa bertarung seperti tadi. Dia masih mengenakan gaun dan jaket yang dia pakai untuk bertarung tadi, jadi penampilannya memang sedikit berantakan. Dia juga memiliki rambut hitam yang panjangnya sebahu dan bola mata yang berwarna hitam, warna kulitnya adalah putih bersih tanpa adanya noda. Arya harus akui jika wanita itu cukup cantik, meski memiliki tinggi badan yang di bawah rata-rata.

Mata Arya kemudian meninggalkan wanita itu yang mengipasi dirinya dengan tangannya yang menghasilkan angin yang nampak sejuk. Dia kemudian melihat ke pria tua bartender di hadapannya. Dia sedang sibuk mengelap gelas-gelas yang nampak mengkilap. Sedari dirinya masuk ke cafe ini, pria itu tidak mengatakan apapun dan hanya melakukan perkerjaannya. Apakah dia tidak merasa bingung dengan kehadiran Arya yang datang tiba-tiba di saat cafenya sedang tutup?

Arya kemudian beralih ke pria misterius yang berada cukup jauh dari posisi Arya. Dia mengenakan jaket kulit berwarna coklat, kepalanya ditutupi oleh tudung jaketnya yang lain yang berwarna abu-abu. Apakah pria itu tidak nampak kepanasan saat menggunakan dua jaket sekaligus? Meski pertanyaan itu muncul di kepalanya, tapi apa yang paling menarik perhatian Arya adalah pedang yang dibawa oleh pria itu. Arya yakin bahwa pedang yang dibawa pria itu adalah berjenis Katana dari penampilan luarnya yang memang mirip dengan pedang yang selalu dibawa oleh para samurai.

"Anu.. apakah itu katana yang asli?"

Arya kemudian memberanikan dirinya untuk bertanya pada pria yang membawa katana itu, karena dirinya tidak dapat menahan rasa penasarannya.

"Di tanganku, ini adalah katana asli!"

Tanda tanya muncul di kepala Arya saat mendengar jawaban dari pria itu. Meskipun memiliki beberapa pertanyaan lainnya mengenai perkataan pria itu, tapi Arya memutuskan untuk mengatakan pendapatnya.

"Bukankah kau akan ditangkap jika kau membawa pedang asli di muka umum."

"Tidak, selama pedang ini tidaklah tajam dan berbahaya."

Arya semakin bingung dengan jawaban lain yang diberikan oleh pria itu. Pedang itu akan menjadi asli saat berada di tangannya, tapi pedang itu tidaklah tajam ataupun berbahaya? Apakah Arya bisa mengartikan itu sebagai kemampuannya? Apakah pria itu bisa membuat pedang mainan menjadi pedang sungguhan? Arya sudah melihat hal yang lebih gila dari pada itu, jadi dia tidak akan terkejut jika pria itu memang bisa merubah pedang tiruannya menjadi pedang yang berbahaya dan mematikan.

"Apa kau ingin menyentuhnya?"

"Tidak!"

"Apa-apaan isi pembicaraan kalian itu?"

Arya hanya tertarik pada katana itu, karena katana itu sangat mencolok. Panjang dari pedang itu tidak kurang dari 180 cm, lebih panjang dari pada tinggi badan Arya yang hanya 175 cm. Belum lagi pemilik dari katana itu juga memiliki tinggi hampir 2 meter, jadi tentu saja pemandangan itu akan menjadi yang paling mencolok di tempat sepi ini. Arya sejujurnya tidak akan tertarik sedikitpun, jika katana itu berukuran normal dan dipegang oleh orang seperti Rio. Jadi Arya harap wanita itu berhenti memandangnya dengan pandangan aneh.

Arya kembali melihat ke wanita yang menyelamtakannya dan memberinya pertanyaan yang ingin dia tanyakan sedari tadi.

"Apakah sekarang kau bisa memperkenalkan dirimu dan mereka berdua, lalu menjelaskan tempat apa ini sebenarnya?"

"Oh, Aku baru ingat... Aku tidak tahu siapa dirimu?"

Apakah Arya benar-benar tidak menarik bagi wanita itu, sampai dirinya dia ingat bahwa Arya belum memperkenalkan dirinya? Untung Arya bukan Rio, jadi dia tidak begitu tersinggung dengan perkataannya.

"Aku Arya Louis... kau bisa memanggilku Arya dan Aku adalah mahasiswa dari kampus yang berada tak jauh dari sini... kau mungkin bisa menemukan kampusku dengan berjalan selama 20 menit dari sini!"

"Oh, yang kau maksud itu adalah kampus itu, ya... Aku mengerti."

Wanita itu mengangguk-anggukan kepalanya dengan ekspresi puas di wajahnya. Apakah wanita itu juga ingin masuk ke kampus Arya?

"Lalu siapa dirimu?"

"Aku? Namaku Ageha Fee... kau bisa memanggilku dengan Ageha!"

"Aku mengerti."

Wanita itu, Ageha, memandangnya dengan tatapan bosan. Entah mengapa Arya merasa bahwa pandangannya mengatakan bahwa Arya adalah orang aneh yang tidak menarik. Meskipun Arya tidka bisa menyangkal bahwa dirinya tidaklah menarik, tapi dia tidaklah aneh, setidaknya tidak seaneh Rio.

"Aku Roy Steve... kau bisa memanggilku apapun yang kau suka!"

Untuk sesaat Arya berpikir bahwa pria itu berkata Stiff, tapi kemudian dia sadar bahwa maksud pria itu adalah Steve. Arya merasa bahwa nama Steve memang cocok untuk pria jantan sepertinya. Meskipun Arya merasa sedikit tidak nyaman dengan namanya. Roy dan Rio terdengar cukup mirip di telinganya. Arya berharap dia tidak akan salah memanggil nama mereka di masa depan.

"Sadengkan namaku adalah Meister Anthony Lamperouge... keren, kan namaku ini? Kau bisa santai di sini. Anggap saja seperti di rumah sendiri... ini traktiran dariku!"

Tiba-tiba pria tua di hadapannya berkata sambil memberikannya segelas susu. Meskipun awalnya Arya mengira bahwa pria itu itu adalah orang yang kaku juga, seperti Roy, tapi ternyata dia adalah pria yang cukup ramah. Meskipun dia memiliki nama yang aneh.

"Nah, Meister... kau mengganti namamu lagi! Lalu apa-apaan dengan Lamperouge itu... namanya benar-benar payah dan terdengar seperti nama yang dikarang oleh anak-anak!"

Eh, mengganti namanya? Jadi namanya tadi memang bukan nama asli dari pria tua ini? Jika Arya melihat pantulan wajahnya di kaca saat ini, dia pasti bisa melihat wajahnya yang membuat ekspresi aneh. Apakah namamu bisa kau ganti seenaknya?

"Itu karena kau mengatakan bahwa namaku sebelumnya benar-benar payah! Jadi Aku memutuskan untuk mengganti namaku menjadi nama karakter film yang baru-baru ini kutonton.. asal kau tahu saja, pemilik namaku ini adalah dua orang hebat! Jadi jangan sekali-kali ledek nama ini, terutama Lamperouge, karena nama itu memiliki banyak penggemar di seluruh dunia!"

"Yang benar saja! Apakah kau akan selalu mengganti namamu setiap kali kau menonton film yang kau sukai... kurasa kau akan mengganti namamu dengan Indiana James suatu hari nanti!"

"Oh, sebetulnya Aku sudah pernah menggunakan nama itu sebelumnya, tapi sayangnya Aku langsung ditertawakan oleh teman-temanku saat mendengar nama tersebut... ya, ampun... Aku tidak tahu apa yang lucu dengan nama keren itu?"

"Kau benar-benar pernah memakai nama itu..."

Sementara Ageha menatap pria tua itu dengan pandangan jijik, Arya masih memandangi susu yang diberikan oleh pria tua yang mengaku bernama Meister Anthony Lamperouge. Jika boleh jujur, Arya cukup bernafsu untuk segera meminum susu itu, tapi bagaimana pria tua itu tahu bahwa dirinya akan menyukai susu? Apakah itu hanya kebetulan atau dirinya hanya ingin meledeknya yang terlihat seperti bocah dengan memberikan susu?

Arya kemudian menatap rak-rak yang berisi banyak botol minuman yang terpajang di balik counter bar. Arya tidak pernah sekalipun mendengar nama-nama pada botol minuman itu, jadi Arya tidak tahu jenis minuman apa yang disajikan di cafe ini. Mungkin hal itu karena dia tidak pernah sekalipun tertarik untuk minum alkohol ataupun minuman sejenisnya. Mungkin jika Rio berada di sini, dia bisa mengetahui minuman apa saja yang terpajang di cafe ini.

"Kau bisa mengabaikan nama anehnya dan memanggilnya dengan Meister, karena dia selalu saja menambahkan nama aneh itu di setiap nama yang dia gunakan!"

Ageha yang nampak sudah tidak peduli lagi dengan nama baru si pria tua, akhirnya hanya menjelaskan pada Arya bagaimana dia bisa memanggil pria itu. Meskipun Ageha nampaknya tidak tahu arti Meister, tapi Arya mengetahuinya, itu adalah sebutan Master dalam bahasa Jerman, kan? Arya sendiri tidak pernah belajar bahasa jerman sebelumnya, jadi dia tidak begitu yakin.

"Aku mengerti... lalu bisakah kau menjelaskan tempat macam apa ini? Aku bisa melihat bahwa tempat ini adalah cafe yang digabungkan dengan bar, jadi bukan itu jawaban yang ingin kudengar, melainkan kenapa kalian berkumpul di tempat ini!"

"Ini bukan sekedar Cafe yang digabungkan dengan Bar, tapi juga tempat dimana kau bisa menemukan impian dan harapanmu!"

"Bisakah kau diam sebentar pria tua!"

Sementara pria tua itu nampak bangga saat memperkenalkan bar miliknya, Ageha justru nampak pusing. Meskipun Ageha berkata sangat kasar padanya, tapi pria tua itu tidak terlihat tersinggung sedikitpun. Sepertinya hal itu sudah menjadi pemandangan yang umum terjadi di sini.

"Kau bisa mengatakan bahwa tempat ini adalah rumah kami."

"Rumah kalian? Apakah kalian tinggal di sini?"

"Ya, jika kau melihat tempat ini dari luar, kau pasti sadar bahwa tempat ini memiliki beberapa lantai lagi di atas, kan?"

Arya sadar jika bangunan ini memang memiliki beberapa lantai, meski Arya tidak tahu tepatnya berapa banyak lantai, karena dia terburu-buru masuk ke tempat ini mengikuti Ageha yang terus menarik tangannya agar Arya tidak tertinggal di belakang.

"Bisakah kalian berhenti memanggil istanaku dengan tempat ini! Nama tempat ini adalah Heaven's Eden!"

"Bukankah kau sendiri juga menanggil tempat ini dengan tempat ini tadi!"

"Jika kau ingin berkomentar, seharusnya kau berkomentar tentang pilihan namanya yang sangat norak itu!"

Arya tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berkomentar, meski komentarnya sedikit salah topik. Arya sebetulnya tidak lagi terkejut dengan nama Cafe ini, karena dirinya tadi sempat melihatnya di depan. Namanya terlihat sangat jelas di depan sana, karena besarnya tulisan itu, jadi sulit bagi seseorang untuk tidak memperhatikannya.

"Memangnya apa yang aneh dari nama yang super keren ini? Asal kau tahu saja, nama tempat ini sangat disukai oleh anak-anak!"

'Bukankah itu karena mereka adalah anak-anak!'

"Bukankah itu karena mereka adalah anak-anak!"

Sementara Arya memberikan komentar di dalam hatinya, Ageha dengan terang-terang mengatakan apa yang dia pikirkan tepat di hadapan pria tua itu. Meski Arya hanya mengatakannya dalam hati, dia tetap saja tidak menyangka dia memiliki pemikiran yang sama dengan Ageha.

"Bisa kita kembali ke topik utama... jadi karena ini adalah rumah kalian, apakah itu artinya kalian semua adalah.... hmm... bagaimana Aku mengatakannya, ya?"

"Kami adalah monster... kau tidak perlu takut mengatakannya, karena kita semua adalah sama di sini!"

"Tidak... sebetulnya... bagaimana mengatakannya... mungkin kalian memang sama, tapi Aku berbeda..."

"Apanya yang berbeda? Asal kau tahu saja, Aku sudah melihatmu dengan cakarmu! Meski kita memang berbeda spesies, tapi kita tetap saja sama-sama bukanlah manusia biasa, jadi tidak ada yang benar-benar berbeda... kecuali kalau kau adalah monster sejati yang tidak memiliki hati seperti pria itu! Kalau itu masalahnya, maka Aku memang tidak ingin disamakan denganmu! Tapi kau berbeda dengan pria itu, kan?"

"Ya, Aku memang berbeda dengannya..."

Meski Arya tidak suka dengan cara bicara Ageha yang berkata seperti mereka ini adalah binatang buas, tapi dia harus mengakui bahwa dia memang bukanlah manusia biasa, meski bukan monster tak berhati seperti Leo.

"Lalu apa yang membuatmu berbeda dengan kami?"

"Itu karena..."

"Itu karena?"

"Itu karena Aku adalah manusia... setidaknya dulunya."

"Hah!? Apa yang kau bicarakan?!"

Ageha benar-benar tidak dapat membunyikan keterkejutannya. Bukan hanya Ageha, tapi Arya juga bisa melihat si pria tua dan Roy terkejut. Meski Roy tidak begitu menampakannya, tapi Arya bisa melihat sedikit tubuhnya yang bergerak saat mendengar perkataan Arya.

"Asal kau tahu saja! Manusia tidak mungkin bisa berubah menjadi mahluk seperti kita!"

"Tidak, kau salah! Ada cara merubah manusia menjadi mahluk seperti kita!"

Ageha kembali terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Meister secara tiba-tiba. Wajahnya yang nampak ceria, sekarang berubah menjadi sangat serius.

Arya akhirnya meminum susu yang berada di gelasnya, karena dia merasakan tenggorokannya yang tiba-tiba haus, karena suasana tegang yang dikeluarkan oleh pria tua itu. Arya langsung menghabiskan susunya dalam sekali tegak.

"Bisa-bisanya kau minum susu, setelah apa yang kau katakan tadi!"

Arya bisa mendengar komentar tidak menyenangkan dari sampingnya. Mau bagaimana lagi, dia tiba-tiba saja merasa haus saat merasakan aura yang dikeluarkan oleh pria tua itu. Apakah Ageha tidak merasakan perubahan apapun pada pria itu?

"Bisakah kau menceritakan lebih jauh tentang apa yang terjadi pada dirimu?!"

Meister kemudian mengisi kembali gelas Arya dengan susu dengan wajah yang masih terlihat sangat serius. Setelah menerima gelas keduanya, Arya kemudian memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi padanya hingga dirinya berubah menjadi mahluk yang sangat berbeda dengan manusia biasa pada semua orang yang hadir.