Rosie mulai berlari berkeliling kastil, ia menoleh ke belakang merasa kasihan melihat ketiga pelayannya yang berlari dengan pakain yang sama sekali tidak mendukung.
Bagaimana bisa mereka ikut berlari dengan pakaian rok yang menyentuh tanah dan kerah pakaian hingga ke atas leher? Itu terasa sangat menyiksa di mata Rosie.
Aslan tengah membicarakan permasalahan serius saat ia mendengar suara Rosie yang sedang berteriak memberi semangat ketiga pelayannya yang berlari tersengal-sengal di belakangnya.
Ia sedang duduk bersandar pada jendela sehingga saat ia menoleh ke samping ia bisa melihat pakaian sang putri yang mulai basah oleh keringat. Ia mengernyit melihat ketiga pelayannya yang tersengal-sengal di belakang sedangkan Rosie masih penuh dengan tenaga.
"Kita masih belum bisa mengidentifikasi siapa pemimpin tentara revolusioner yang akhir-akhir ini marak muncul. Dan dari beberapa interogasi yang dilakukan pun mereka sangat loyal dan tak satupun informasi yang bisa kita dapatkan."
Aslan hanya diam mendengarkan ucapan Howland yang duduk di kursi kerja miliknya. Sedangkan matana masih terpaku pada sosok yang berlari kecil di tempat untuk menunggu pelayannya berlari menyusul dengan langkah terseok-seok.
"Tapi tujuannya sudah sangat jelas. Dari serangan mereka di perbatasan kemarin, mereka menolak tentang adanya pemerintahan dunia. Perkumpulan para raja yang akan diadakan dua bulan lagi akan membahas upaya untuk kerja sama perdamaian antar kerajaan."
Aslan hanya mengangguk.
"Ayolah … ini baru satu putaran!" seru Rosie yang samar-samar terdengar di telinga Aslan.
Rosie berkacak pinggang di tempatnya karena merasa terlalu lama menunggu, gadis itu menoleh ke atas tanpa sadar dan keduanya saling bertatapan mata dari jauh. Baik Rosie mau pun Aslan tak ada yang ingin memutuskan tatapan mata tersebut.
Keduanya saling memberikan tatapan dingin satu sama lain. Aslan tidak bisa memikirkan apa pun bahkan suara penjelasan Howland yang sedari tadi ia simak dalam diam tak lagi didengarnya. Kepalanya terasa kosong hingga rasanya ia sedang melamun saat ini.
Aslan baru mengernyit keningnya saat Rosie dengan sengaja mengibaskan pakaiannya secara tidak sopan membuat para pelayannya panik dan berlari dengan cepat ke arahnya.
Saat Rosie tersenyum barulah Aslan kembali menghadap ke depan mendapati Howland yang masih membicarakan tentang pergerakan tentara revolusioner yang baru tertangkap pagi itu.
"Bagaimana? Kita perlu melakukannya?" tanya Howland meminta pendapat Aslan.
Aslan tidak tahu apa yang howland bicarakan. Hal terakhir yang ia ingat adalah tujuan para tentara revolusioner. Setelah itu tak ada yang bisa Aslan ingat ingat selain ROsie yang berlari di bawah bersama para pelayannya.
"Hm," jawabnya singkat.
***
Nafas Rosie mulai terengah-engah. Ia merasa tubuh barunya sangat lemah sehingga membuat Rosie berlari berkeliling kastil tersebut sebanyak tiga kali saja sudah membuatnya selelah ini. Di tubuhnya yang lama, Rosie yakin ia masih mampu untuk berlari sebanyak tiga putaran lagi.
Rosie tidak ingin terlalu lelah mengingat nanti malam kastil penuh akan orang baru yang diundang untuk pesta milik Aslan. Ia sudah lebih bugar sekarang. Dan nanti malam bisa berpesta dengan sepuasnya!
Ah, Rosie lupa jika pesta di sini mungkin tidak sesuai dengan pesta yang ada di kepalanya. Seketika semangat untuk berpestanya menghilang bersama hembusan angin.
Ia ingin segera membersihkan tubuhnya karena keringat. Tiba-tiba saat Rosie ingin bangun berdiri seseorang menepuk pundaknya pelan.Ia menoleh ke belakang dan mendapati Howland sedang tersenyum kepadanya.
"Bagaimana olahraganya? Menyenangkan?" Rosie sempat menoleh ke belakang lagi memastikan Aslan tidak ada di sana. Dan ia bersyukur saat pria yang dicarinya tidak ada di belakang howland.
"Hm! Rasanya sudah lama tidak berkeringat seperti ini. Tubuh ini lemah sekali, eh- ma-maksudku aku ingin hidup lebih bugar sa-saat ini," koreksi Rosie dengan cepat saat ia berkata seakan ia berada di tubuh yang berbeda.
"Kau tidak merasa pusing atau pun mual?" tanya Howland sambil menghapuskan keringat Rosie di kening dengan sapu tangan miliknya.
Rosie menggeleng. "Sama sekali tidak."
Benarkah?"
"Hm! Tubuhku rasanya sangat sehat sekarang."
"Ah kalau begitu aku sedikit lega mendengarnya. Aku pikir kau masihlah adikku yang rapuh jadi aku sangat khawatir saat bilang kau ingin berolahraga setelah sekian lama."
Rosie tertawa kecil merasa lucu dengan kekhawatiran Howland. Pria itu tidak tahu tentang kehidupan Rosie sebelum ini. Jika ia tahu bagaimana kerasnya kehidupan Rosie saat itu mungkin Howland akan pingsan.
Bangun pagi untuk berangkat kerja, mengejar bus melawan asap polusi, bekerja dari pagi hingga sore kemudian menyempat diri untuk berlatih karate.
"Oh, tapi ngomong-ngomong … apa yang kau lakukan di sini? Hanya untuk memastikan aku baik-baik saja?"
Howland membantu adiknya berdiri dan mengangguk. "Tentu saja! Kesehatan adikku adalah yang nomor satu!"
Entah kenapa Rosie tidak mempercayai ucapan Howland barusan. Ia menyuruh para pelayannya yang hampir pingsan itu untuk kembali ke ruangan mereka masing-masing untuk beristirahat kemudian membersihkan tubuh mereka karena ia akan berbicara dengan Howland sebentar.
"Oh ya?"
"Tentu saja … oh, ngomong-ngomong aku sudah diberi tahu Aslan mengenai Aslan yang membakar buku bacaanmu."
Rosie kembali kesal mendengar hal itu. Padahal kepalanya sudah jernih dari segala kekesalan akibat olahraga singkatnya tetapi Howland kembali mengingatkannya.
"Ah sudah kuduga," balas Rosie sekenanya.
"Um … berbicara tentang buku yang dibakar Aslan, apa kau ingat judulnya? Aku bisa memberikannya untukmu saat kita kembali ke istana besok."
Rosie memajukan bibirnya cemberut.
"Aku tidak ingat, aku hanya ingat sinopsisnya saja," jawabnya dengan edih.
"Oh … bagaimana kalau kita berdua mampir ke toko buku saja saat kita pulang besok? Kau bisa menanyakannya langsung dan juga membeli lebih banyak buku lain jika kau mau."
Seketika wajah cemberut Rosie berubah menjadi lebih ceria. "Benarkah? Benarkah benarkah?" tanya Rosie sambil melompat lompat kecil di depan Howland membuat pria itu tertawa akan tingkah menggemaskan adiknya.
Howland mengangguk.
"Hm! Kau bisa membeli sebanyak-banyaknya buku!" imbuh Howland membuat Rosie bersorak kegirangan.
"Tapi … mau kah kau makan siang bersamaku nanti siang?" tanya Howland.
Rosie merasa terharu oleh sikap Howland. Ia ingin memeluk kakaknya tetapi tubuhnya masih sangat berkeringat. Ia pun mengangguk menyetujui permintaan howland.
"Kalau begitu sampai jumpa nanti siang. Aku harus menyelesaikan beberapa hal lagi dengan Aslan. Kau bisa beristirahat agar bisa menikmati pesta nanti malam," ujar Howland yang menyuruh Rosie untuk kembali ke kamarnya.
***
Jam makan siang telah tiba. Rosie telah berganti pakaian dengan gaun yang menyesakkan. Ia juga sudah mengistirahatkan tubuhnya setelah olahraganya tadi sambil membaca buku yang ternyata masih aman belum terbuang oleh Aslan.
Sarah tiba untuk memanggil Rosie karena diundang makan siang oleh howland. Ia menatap kagum kastil tersebut karena melihat begitu banyak dekorasi yang memberikan kesan lebih mewah pada kastil Montgomery tersbet.
Di setiap sudut lorong atau [un ruang terdapat sbeuha vas putih yang bersiikan bunga warna-warni tetapi Rosie bisa melihat betapa warna putih mendominasi segala warna di sana. Aslan sepertinya benar-benar terobsesi dengan warna putih.
Rosie menyentuh salah satu bunga lily putih di atas meja dan merasakan betapa lembutnya kelopak bunga tersebut. Bunga-bunga itu masih sangatlah segar. Bukan bunga plastik yang biasanya digunakan saat di dunia aslinya mengadakan pesta.
Saat melewati ballroom, Rosie mengintip di sela-sela pintu yang terbuka. Dan pemasangan dekorasi sepertinya telah selesai menyisakan beberapa orang pelayan yang berkeliran membersihkan sisa dekorasi.
Rosie terpana karena seperti melihat ballroom pesta seperti di film-film historical romance yang selalu ditontonnya. Chandelier yang besar menghiasi langit ballroom dengan lukisan yang begitu indah di sana. Rosie masuk lebih dalam kemudian mendongak untuk memperhatikan lukisan cupid di atas kepalanya.
"Yang Mulia, Pangeran Howland telah menunggu," panggil Sarah dengan lembut mencoba mengingatkan Rosie akan tujuan mereka.
Rosie pun segera kembali untuk ikut dengan Sarah. Saat Rosie ingin berbelok ke arah aula makan, Sarah menggiring tubuhnya untuk ke arah lain.
"Huh? Howland tidak mengajakku makan di sana?" tanya Rosie bingung.
"Tidak, Yang Mulia," jawab Sarah.
Sarah mengajak Rosie untuk ke sebuah tempat baru. Sepertinya Rosie belum ke bagian kastil sayap timur sebelumnya. Ia tahu ini adalah daerah kekuasaan milik Aslan dan ia juga tidak pernah memiliki keperluan untuk mengunjungi tempat itu. Maka dari itu Rosie sedikit bingung mengapa Sarah mengajaknya ke tempat itu.
Sarah membuka pintu dan terdapat Howland yang sedang duduk di sbeuha sofa, Rosie melangkah masuk dan melihat sekeliling ruangan. Ruangan itu berukuran sedang. Tetapi terasa hangat karena beberapa furniture diletakkan saling berdekatan.
Ia menoleh ke arah kanan tempat rak buku menempel pada dinding penuh akan buku-buku dengan cover kulit berwarna yang mulai memudar.
Ia juga bisa melihat sofa panjang berwarna hitam dari kulit menghiasi tengah ruangan kemudian di sampingnya terdapat meja dan kursi kerja yang berisikan banyak kertas dan juga buku menumpuk.
Sepertinya itu adalah ruang kerja milik Aslan, pikir Rosie.