SEMENTARA itu, hari kedua setelah kepulangan Jeno Atwijaya, Keluarga Manda berkumpul dalam satu rumah yang mana rumah tersebut merupakan rumah kedua Manda. Rumah yang baru dibangun satu tahun yang lalu, untuk tempat Manda pulang bekerja.
Manda dapat dikatakan sukses. Dia anak introvert namun senang bersenda gurau dengan orang tersayangnya.
Anak yang selalu memecahkan masalahnya sendiri sedari kecil. Bertarung dengan pikirannya, adalah makanan sehari-hari Amanda Putri.
Anak yang pernah menangis karena selalu mengalah sejak kecil, namun saat dewasa begitu tegar ketika harus mengalah dengan adiknya. Anak yang ketika ingin sesuatu selalu memutar otaknya bagaimana supaya dia mendapatkan hal itu dari usahanya sendiri.
Anak yang telat tiga tahun masuk kuliah karena harus mencari nafkah. Tapi dia masuk Universitas di tahun keempat. Bahkan saat dia ditanya kenapa? Dia hanya menjawabnya dengan senyum penuh luka. Manda benar-benar hebat dalam hal apapun, bahkan dalam menyembunyikan lukanya.
"Manda, maafkan Ibu, ya. Ibu gagal membesarkanmu seorang diri," ucap Yuri dengan tangis yang masih tidak berhenti.
Yuri membesarkan Manda dan Naufal seorang diri. Walaupun tulang punggungnya ada pada pundak Manda. Manda tak goyah dan kenal malas yang parah. Karena usahanya itu, bukan untuk hidup Manda saja. Tapi untuk keluarganya serta Nenek dan Kakeknya yang sudah tua.
"Sudah, ya, Bu. Kami akan bantu untuk mencari Manda bersama-sama," kata Indri-Sahabat Manda paling dekat.
Enam sahabat Manda datang ke rumahnya. Menjenguk banyak hati yang terluka. Mengusap dada bersama karena yang kehilangan Manda bukan Ibunya saja. Serta memanjatkan doa sebanyak-banyaknya.
Tempat tersebut sangat penuh. Tak ada yang datang dengan mata yang segar. Mata mereka merah, sembab.
"Aku berharap Manda segera ditemukan dalam keadaan selamat," kata Chandra–Sahabat Manda.
Setiap orang yang datang ke tempatnya, perkataan pertama mereka sama dengan yang Chandra katakan. Mereka juga datang dengan harap yang sama.
Tak ada yang ingin Manda hilang apalagi selamanya. Manda baik hati, menyenangkan, membuat semua orang rindu. Manda sangat indah sehingga membekas di hati semua orang.
Manda yang dulu selalu mengkhawatirkan orang lain bahkan sekecil apapun itu, kini berbalik padanya.
Di pojok sana, terdapat Yuri yang sedang memeluk bingkai foto Manda. Foto gadis cantik rambut terurai dengan sedikit sentuhan riasan. Yuri bahkan berkali-kali meminta maaf karena tidak pernah memajang foto Manda saat dewasa. Walaupun di rumahnya ada foto wisuda Manda, tapi itu Naufal yang menginginkannya.
Yuri bukan pilih kasih. Yuri bukannya tidak menyayangi anak pertamanya itu. Yuri hanya punya cara sendiri untuk mengungkapkan kasih sayangnya. Yuri mengekspresikan cinta dengan tindakan. Bukan dengan perkataan yang sering Ibu di sana lontarkan saat membuat status media sosial.
Lalu, di sebelah Yuri, terdapat Naufal yang sedang memegang sepatu Manda. Sepatu itu terlihat baru. Karena adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar tersebut, sudah mempersiapkan sejak lama untuk memberikan sepatu itu di hari ulang tahun Manda.
"Aku ingin memegang tanganmu. Bukan memegang sepatu yang tidak bisa kau pakai. Kakak, kembalilah," batin Naufal sedih dan sangat merindukan Manda.
Banyak sahabat dan kerabat di tempat itu. Saling memecah tangis. Saling mengusap punggung keberatan masing-masing. Kumpulan manusia yang sama-sama rapuh, namun harus saling menguatkan.
Sementara itu, Jeno beserta keluarga datang ke rumah Manda. Membawa banyak kata maaf yang akan mereka bagikan kepada keluarga Manda termasuk Ibunya.
"Untuk apa kamu datang ke sini?!" sentak Yuri dengan mata yang penuh amarah dan berair.
Sally juga tak kalah pucatnya dengan Yuri. Sally juga ingin calon menantunya itu kembali bersama anaknya. Sally dan keluarganya beberapa kali meminta maaf tapi tak digubris Yuri. Yuri hanya marah. Bukan dendam.
"Sudahlah, Yuri. Dari pada terus menyesali dan menyalahkan orang lain, lebih baik kita cari Manda sama-sama, ya," ucap nenek Manda.
Lalu, setelah beberapa kali Yuri dibujuk, dia pun mau membuka pintu hatinya. Dan fokus mencari anaknya.
"Bu, Anda mengetahui juga bahwa saya sangat mencintai Manda. Saya berjanji, saya akan mencari Manda," ucap Jeno sembari bersujud mengusap kaki Yuri.
Yuri meneteskan air matanya untuk kesekian kali. Yuri mengangkat tubuh Jeno dengan pelan. "Untuk apa kamu bersujud kepadaku seperti ini? Bangun, Nak. Kita tidak boleh lemah jika ingin mencari Manda," ujarnya berusaha tegar.
Para sahabat Manda dan Jeno yang di belakang Jeno, berusaha menahan air matanya dengan cara masing-masing. Ada yang harus membelakangi punggung. Ada yang harus mengangkat kepalanya ke langit-langit, agar tak jatuh. Dan ada juga yang tak meneteskan air mata sedikitpun karena tidak tahu harus bagaimana mengekspresikan kesedihan mendalamnya.
BRAK!
Pintu yang tadinya menutup rapat, digebrak tiba-tiba oleh Permana. Dia adalah ayah dari Manda.
"Manda! Anakku, dimana dia?!" kata Permana dengan mata yang sembab dan terlihat panik.
PLAK!
Yuri menamparnya begitu dia tiba. Begitu dia menanyakan Manda.
"Kenapa kamu menamparku?!" sentak Permana yang disaksikan semua orang.
"Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Yuri dengan tegas.
"Manda hilang. Kenapa dia bisa hilang?!"
PLAK!
Yuri menampar wajah Permana sebelah lagi. Pertanyaan yang sebenarnya tidak pantas untuk Permana tanyakan. Melihat keberadaan Permana dan keluarganya saja, sudah membuat darah merangkak naik ke ubun-ubun.
"Kamu sudah kehilangan Manda sejak lama! Kenapa kamu baru menyadarinya sekarang? Hah?!" balas Yuri lalu mencengkram kerah Permana kuat.
"Yuri, tahan dirimu!" teriak Yajrid.
"Kamu yang meninggalkannya sejak dia umur tujuh tahun. Walaupun kamu terkadang kembali menemuinya, kamu memutus hubungan dengan anakku saat umur 20 tahun! Permana, bahkan kamu ingin pura-pura lupa dengan perbuatanmu?! Alam pun menyadari dosamu pada Manda! Pergilah! Jangan pura-pura peduli padanya."
Permana merupakan ayah kandung Manda. Dia berpisah dengan Yuri karena perselingkuhan yang dilakukan Permana saat itu. Permana meninggalkan Yuri dan Manda dengan luka yang dalam. Terlebih, Manda yang cukup lama mengalami trauma karenanya.
Kehadiran Permana untuk Manda dari tahun ke tahun, hanya menambah luka baru. Maka dari itu Manda sering menyalahkan diri jika tak berhasil. Sering merasa tak percaya diri ketika mendapat kritik yang tak membangun itu.
Hidup Manda sudah cukup sulit. Hati Manda sudah banyak terkoyak oleh takdir dan luka yang manusia berikan padanya.
Kematian Manda adalah waktu yang dinikmati tanpa rasa sakit. Ini adalah kebaikan untuk Manda walau harus banyak yang merasa terluka.
"Manda sudah tidak ada. Selain dia menghilang dihatimu, dia juga tak bisa menampakan diri di hadapanku! Gadisku benar-benar sudah Tuhan jemput," papar Yuri.
Permana yang mendengar hal itu, langsung menjatuhkan dirinya di lantai. Air mata yang berusaha dia tahan sampai menyakiti kerongkongannya. Serta dada yang dipukul beberapa kali oleh tangannya.
"Akh, Manda. Maaf! Maaf karena telah membencimu. Kamu anak baik Manda. Ayah mohon, jangan meninggalkanku."