SETELAH mendengar hal itu, Sekretaris Chandra mengajak seluruh staf yang sebaiknya terlibat, untuk memberitahu media terkait konferensi pers yang akan dilaksanakan hari ini.
Sedangkan Jeno, ditemani Chandra terkait semuanya. Penanggung jawab ruangan untuk konferensi ini, diberikan kepada pekerja Jeno yang lain.
"Jeno, ada yang ingin kamu katakan padaku?" tanya Chandra kepada Jeno yang dibalas gelengan kepala tanda tidak mau.
Chandra pun menganggukan kepalanya. "Baiklah. Aku dan semua keluargamu dan keluarga Manda akan mendengar sama-sama saat kamu di konferensi nanti, ya."
"Maafkan aku, Chandra. Aku sedang mengumpulkan energi satu jam ini. Aku ingin bicara nanti saja," jawabnya.
"Tidak apa-apa, Jeno. Kalau begitu, aku akan menyiapkan baju untukmu," kata Chandra yang mau beranjak dari kursi.
"Apakah itu penting?" celetuk Jeno dengan mata yang melihat Chandra tajam. "Aku bilang aku tidak punya waktu untuk itu. Aku hanya ingin menyiapkan apa yang aku katakan saja, Chandra. Tolong, bekerjalah dengan baik," sambungnya.
Setelah mendengar perkataan dan gerik Jeno sekarang, itu membuatnya merinding. Sudah lama Chandra tidak melihat ekspresi menyeramkan itu.
Menurutnya, terakhir kali Jeno bersikap seperti, saat mereka SMA. Dimana anak laki-laki membunuh kucing milik Jeno menggunakan botol kaca. Jeno sendiri bahkan hampir membunuh laki-laki itu. Chandra ingat, jika Chandra tak menghentikan aksi Jeno dengan cepat, Jeno bisa memutus leher laki-laki itu menggunakan pecahan kaca botol yang dipegangnya.
Walaupun anak laki-laki yang seusia mereka itu tidak berakhir mati. Tapi luka dalam menghiasi telapak tangan Jeno. Sampai saat ini, luka itu masih terlihat.
"Apakah dia akan membunuh seseorang?" tanya Chandra dalam hati.
"Apa yang kamu lihat? Waktunya 10 menit lagi. Ayo, kita ke ruangan itu," ajak Jeno mendahului langkah Chandra.
Sementara Chandra, mengikuti Jeno dari belakang dengan langkah yang disamakan. Tapi pikirannya tak bisa berhenti meracau.
Sebelum memasuki ruangan itu, Jeno menarik nafasnya dalam dengan tangan yang membantu memasang kancing pada lubangnya. Kemudian terlihatlah batang hidung Jeno yang tinggi dan lurus itu, membuat kilatan yang berasal dari kamera, memenuhi ruangan ini.
Sementara itu, bangku dan meja yang sudah disiapkan, digunakan para jurnalis yang akan menulis blog ataupun berita di media sosial. Semuanya, tampak menunggu Jeno berbicara.
"Sebelumnya, saya ingin berterima kasih untuk media yang bersedia datang. Saya akan memberikan keterangan bagaimana saya bisa kecelakaan di sebuah pulau Necros."
Perkataan pertama yang sudah menjadi poin penting itu, dengan segera di rekam dan di tulis maupun diketik.
Jeno menjelaskan bahwa dia pergi bersama dua orang wanita yang merupakan kekasihnya juga pengasuhnya selama ini. Jeno juga tak lupa memberitahu mereka mengenai kecelakaan yang menimpanya. Serta pulau misterius baginya dan terdapat para Suku.
"Lalu, bagaimana nasib nahkoda itu?" tanya salah seorang laki-laki yang sedang memegang kamera.
"Nahkoda tersebut meninggal dunia. Tapi saya tak bisa menyelamatkannya. Karena saya langsung lompat begitu kapal itu akan tenggelam. Anda bisa lihat, ini adalah luka yang disebabkan pinggir kapal yang sempat mengenai bawah tengkuk saya," kata Jeno sambil memperlihatkan lebam di sekitar leher belakangnya, dibantu Sekretaris Chandra.
Melihat itu, semua orang sibuk dengan apa yang mereka pegang. Sibuk mencatat, memotret, dan merekam.
Tentu saja. Bukti bahwa dirinya terluka saja akan membuat publik tertarik. Tidak ada yang tidak tertarik dengan gosip CEO satu ini. Apalagi masalah kecelakaan yang akan menyayat hati publik.
"Lalu, luka sekitar wajah Anda, apakah itu juga luka yang disebabkan kecelakaan itu?" tanya seorang wanita seusianya dengan laptop yang sudah dekat dengan tangannya itu.
"Luka ini saya dapatkan saat saya berusaha menyelamatkan diri. Saya diselamatkan seorang Suku di pulau itu. Dia adalah wanita. Bedanya, dia tidak menyerangku. Tapi dia membantuku. Dia membawaku berlari, menggantung bahkan bersembunyi di balik gua," jawabnya dengan tangan yang di sembunyikan karena bergetar.
"Lalu, tadi Anda katakan, bahwa Anda mendapatkan serangan tiba-tiba pada suku Necros, bolehkah Anda beritahu kami serangan apa yang Anda maksud?" tanya wanita itu lagi.
Setelah mendengar pertanyaannya, Jeno mengisyaratkan sesuatu kepada Chandra.
"Ah, luka itu terdapat pada lengannya. Izinkan kami untuk membuka jasnya terlebih dahulu," kata Chandra mewakili Jeno.
Setelah Chandra membantunya membuka jasnya, berpuluh-puluh kali kamera menyerang ke arahnya. Walaupun berniat memotret luka yang diberikan perban tersebut.
"Saya juga ingin melepas perban ini di sini," celetuk Jeno tanpa memberitahu apapun pada Chandra.
Chandra yang terkejut membisikan sesuatu. "Apakah itu tidak apa-apa? Luka itu tidak boleh dibuka sembarangan karena akan infeksi," kata Chandra memberikan saran.
Jeno pun menganggukan kepalanya. "Tidak apa-apa. Biar saya buka di sini."
Semua orang melihatnya linu sekali. Mereka tak menyangka jika tusukan panah bisa sedalam itu.
"Ini adalah bukti, bahwa saya diserang oleh suku tersebut dengan kejam. Walaupun ada seseorang bernama Sabrina yang menyelamatkan saya, tapi kekasih saya, Amanda Putri dan pengasuh saya Bi Yayu diculik sampai tewas. Tapi saya tidak sempat melihat Manda," papar Jeno sambil menghela nafasnya lelah.
Chandra yang melihat itu berbisik kembali. "Jika kamu lelah, sudahi saja sampai sini," ujarnya.
"Sekretaris Chandra, tolong bantu saya," perintah Jeno untuk menyalakan proyektor.
Ting!
Tiba-tiba dan tak pernah disangka-sangka siapapun, Jeno menampilkan wajah kekasihnya yang penuh luka dan pucat itu, kepada media secara langsung.
Dengan hati yang masih tak sembuh, tapi Jeno berusaha semaksimal mungkin supaya Manda kembali ke pelukannya.
Jeno menangis. Jeno kacau sebelum mengatakan apa-apa. Semua wartawan bahkan ikut meneteskan air matanya. Mereka membisik dalam hati, bagaimana wanita itu begitu malang. Bagaimana bisa Manda mati dengan cara seperti itu.
"Saya tidak tahu apa-apa. Saya ingin menyalahkan Nahkoda itu, tapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Tapi saya ingin mempertanyakan, apakah pemerintah tahu tentang Pulau itu? Tentang Suku itu? Yang paling jelas ini bukanlah Suku Korowai. Mereka memiliki kulit yang bervarian. Mereka lebih mirip seperti orang eropa dan bukan asia timur. Saya, berani bertaruh dengan itu. Hah, baiklah. Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Semoga menjawab rasa penasaran para media dan publik, ya. Walaupun saya bingung kenapa orang-orang di media banyak yang membicarakan tentang kecelakaan itu." paparnya.
"Maaf, Pak. Berikan jawaban terakhir dari pertanyaan saya," kata seorang laki-laki.
"Silakan."
"Setelah ini, apa yang akan Bapak lakukan? Apakah akan terus mencari kekasih dan pengasuh Anda? Atau melanjutkan proyek yang digadang-gadang sangat besar itu?" tanya laki-laki tersebut.
"Saya benar-benar akan menjawab pertanyaan terakhir, ya. Ah, untuk proyek yang terdengar oleh publik itu, saya akan memundurkannya lebih jauh lagi. Karena saya pribadi ingin fokus mencari kekasih dan pengasuh saya sejak kecil. Saya ingin berusaha memulangkangkan Bi Yayu kepada keluarganya. Mohon doanya, ya. Terima kasih atas pertanyaan semuanya. Saya mohon bantuan dari semuanya, barangkali bisa menemukan Amanda Putri dan Bi Yayu, seperti foto di samping, saya akan memberikan imbalan sebesar 70 dolar, jika menemukan satu orang. Jika dua orang sekaligus, saya akan memberikannya 3x lipat dari itu. Terima kasih."