SEMENTARA itu, para keluarga besar Jeno dan Manda, ikut menonton di TV. Tak ada yang tak terkejut saat wajah Manda yang penuh luka dan pucat itu.
Kini, keadaan di rumah Manda lebih bising dari biasanya. Semua orang meraung tak berdaya. Bahkan yang lebih parah adalah Yuri. Dia tidak berhenti memukul dadanya kasar. Dia benar-benar menjadi manusia paling sakit hari ini.
Ayah Manda yaitu Permana, ikut meneteskan air matanya. Mengungkapkan penyesalan terbesarnya selama Manda masih hidup. Beribu kata maaf yang diucapkan dalam hatinya, penuh harap agar Manda mendengarnya di langit sana.
Yuri berteriak dan meminta maaf pada anak pertamanya itu. Banyak orang yang ingin menenangkan Yuri. Tapi tak berhasil.
"Manda. Aku hanya ingin menguburkan Manda. Manda tidak boleh mati seperti itu!" teriaknya yang membuat siapapun hatinya terenyuh. "Aku hanya berharap Manda pulang. Aku ikhlas menerima keadaan di dunia! Aku hanya ingin Manda dikuburkan dengan layak," sambungnya.
"Iya. Tolong untuk sabar, ya. Jeno pasti akan membawa Manda kemari," kata sepupu Yuri itu lalu menenangkan Yuri.
Ditengah tangisan Yuri yang deras, dirinya masih membayangkan saat Manda memeluknya lebih erat. Lebih berbeda dari biasanya. Anak penuh cinta walaupun memiliki gengsi yang tinggi itu, akhirnya dapat memeluk Yuri dengan erat dan berani.
Yuri bahkan bertanya-tanya pada saat itu. Dari mana keberanian Manda itu datang? Namun, Yuri tak terlalu memikirkannya. Yuri merasa kalau Manda memang sedang manis padanya karena diizinkan berlibur ke tempat yang lebih jauh.
Ternyata, tak dapat Yuri sangka. Jika pelukan paling erat itu adalah pelukan terakhirnya.
"Aku menginginkan pelukanmu yang erat itu, Manda. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu akan pergi? Jika aku tahu demikian, aku akan membuatmu diam di rumah dan makan masakanku dengan lahap lagi," batinnya.
"Aku benar-benar minta maaf, Manda," kata Permana yang muak di dengar semua keluarga Manda.
Sementara saudara tiri Manda yang merupakan anak Permana tak suka berada di rumah ini. Apalagi anak laki-lakinya yang takut jika Permana sangat menyesali perbuatannya.
Permana bahkan terus menyesali perbuatan yang membuat bumerang di kepalanya. Ingatan buruk Manda yang kini malah berbalik padanya.
Dulu, Permana pernah membuat Manda sendirian. Dan dia menggendong anak laki-lakinya dengan bangga. Dan merendahkan Manda di depan ibu tirinya. Telunjuk yang menyentuh kening Manda keras, diingat dirinya saat ini.
Permana juga membuat keputusan yang sangat aneh. Dia tidak mau membiayai sekolah Manda sekalipun. Saat itu, sampai membuat Yuri menanggung semuanya.
Permana benar-benar menyesal. Saat sepupunya menikah, Manda benar-benar dipermalukan di depan keluarga besarnya. Permana bahkan memfitnah anaknya sendiri. Permana bilang bahwa Manda anak yang menginginkan banyak hal.
Padahal, Manda adalah anak yang tak berani meminta apapun pada orang tuanya. Manda adalah anak yang jika ingin sesuatu, dia akan menyelesaikannya sendiri.
Permana meminta validasi seluruh keluarganya agar membenci Manda. Saat itu, Permana hanya bersenang-senang dengan anak bungsu yang baru lahir lalu membuang Manda seutuhnya.
Permana adalah ayah yang jahat. Ayah yang selalu mengatakan bahwa Manda adalah anak yang gagal. Padahal bagi Manda, hidupnya itu sudah sangat berat dan sulit.
Selain itu, sahabat Manda yang menginap di rumah Manda ada Indri. Dia tau banyak tentang sahabatnya. Bahkan Indri bisa merasakan sakit yang tak perlu Manda jabarkan.
Begitu Indri melihat Permana, dia menyembunyikan tangan yang sudah mengepal. Indri ingin menonjok Permana. Kalau bisa, Indri ingin Permana itu mati saja.
"'Ayah yang tak layak. Manda, jika kamu melihat ini, haruskah aku membunuhnya untukmu?" batin Indri yang bertanya pada jiwa yang sudah tak ada.
Indri lebih muak dari siapapun. Kejahatan yang dilakukan Permana kepada Manda, tak dapat Manda maafkan menurut Indri.
Karena Permana benar-benar seperti iblis. Tak punya hati nurani. Dan Indri merasa bahwa Permana datang ke rumah Manda bukan ada niat baik. Permana pasti menginginkan harta peninggalan Manda.
Indri melihat wajah-wajah penuh dosa dan tidak pernah mengakui kesalahannya kepada Manda itu. Mereka adalah keluarga besar Permana. Apalagi istri Permana yang selalu memasukan tangannya dengan tak sopan itu.
"Cih, wanita gila itu jelek sekali. Pantas saja Permana buta!" gumam Indri dengan penuh kekesalannya.
Indri melihat nenek tua yang sepertinya itu adalah nenek Manda–Ibu Permana. Dia menghampiri Yuri yang sedang mengatur nafasnya. Karena Yuri memiliki gejala sesak nafasnya.
"Mamah Yuri, atur nafasmu dengan baik," kata nenek tua itu.
Nenek tua itu berkata demikian sambil menyembunyikan senyumnya. Dia terlihat senang Yuri tak berdaya.
"Aish, nenek bau tanah itu ternyata benar-benar jahat, ya. Dia mirip seperti yang diucapkan Manda dulu," kata Indri di dalam hatinya.
Saat Manda masih hidup, Manda pernah bercerita pada Indri tentang sakit hatinya karena nenek itu. Mulutnya begitu tajam sampai membuat Manda tak percaya diri. Dia bilang kalau cucunya sangat pendek. Beberapa kali dia mengatakan hal yang sama kepada orang lain.
Selain itu, dia juga merupakan orang yang mengompori Permana agar berhenti mengurus Manda. Nenek tua pelit dan tak punya hati itu, ternyata pernah menyakiti Ibu Manda juga.
"Aish, bahkan semakin lama aku mengingat kejahatan mereka, membuat kepalaku seperti akan meledak."
Tok! Tok! Tok!
Seseorang berjas hitam, mengetuk pintu beberapa kali. Sampai Indri yang menyadarinya lebih dulu, dia pun membuka Pintu tersebut.
"Zayn? Kamu datang sendiri? Dimana yang lainnya?" tanya Indri.
Zayn menarik nafasnya dalam. "Aku datang sendiri karena ada yang ingin aku sampaikan kepada keluarga Manda," jawab Zayn dengan wajah yang kusut itu.
Indri pun langsung meminta izin agar Zayn mengatakan maksudnya kepada seluruh keluarga Manda.
"Kamu Zayn? Teman Manda juga?" tanya Yuri dengan mata yang lelah.
Zayn pun mengangguk. "Saya datang lagi, Buk. Tapi kali ini niat saya berbeda. Saya ingin memberikan harta Manda yang akan diwariskan kepada keluarganya," ucap Zayn tak semangat.
Sementara itu, Ibu tiri Manda dan kedua anaknya tersenyum sangat lebar. Tidak hanya itu, Nenek tua dan para saudaranya mengedipkan mata beberapa kali.
Zayn menerangkan beberapa peraturan. Kemudian, Zayn mulai membaca surat yang telah ditandatangani Manda dua tahun yang lalu. Saat itu, Manda sangat bersemangat ketika menulis warisan yang akan diberikannya kepada keluarga ketika dirinya sudah meninggal.
Zayn beberapa kali menolak karena Manda begitu muda. Bagaimana bisa dia membuat hal seperti ini. Zayn, merasa Manda akan meninggalkannya. Dan benar. Ini adalah harinya.
Manda sangat sukses. Walaupun dia merupakan pegawai di Perusahaan badan usaha Negara, tapi Manda memiliki bisnis lain dan investasi. Seperti 100 pintu kos, bisnis fashion online dan bisnis kostum teater. Sementara itu, Manda menginvestasikan uangnya pada properti rumah yang terletak di beberapa kota, emas antam juga tanah di beberapa daerah.
Semua itu akan Manda bagikan bukan dengan perhitungan warisan agama. Tapi akan di niatkan sedekah. Kekayaan Manda 80% akan diberikan kepada Yuri dan adiknya Manda. Kemudian 10% untuk keluarga dari pihak Ibunya. Serta 10% lagi untuk dibagikan kepada yayasan anak yatim yang sering Manda kunjungi semasa hidup.
"Apa?! Mana bagianku, Ayah? Aku kan adiknya juga! Kenapa hanya adik tirinya saja itu?!" teriak anak laki-laki Permana.
PLAK!
"Pantas saja kamu tidak disukai Kakakmu!" sentak Permana sambil menampar anak kebanggannya itu.
Semua itu berakhir menjadi ricuh. Sungguh keluarga besar Yuri marah pada mereka. Mereka sangat tidak sopan di tengah yang berduka. Akhirnya, semua keluarga Permana pun di usir dari rumah Yuri, dengan terhina.