Chereads / CEO and Beautiful Secretary / Chapter 5 - Bab 5. Mulai Berubah

Chapter 5 - Bab 5. Mulai Berubah

Hari-hari dilewati Dila seperti biasa. Ini hari jumat, dan besok adalah hari weekend. Dila telah meminta izin untuk cuti. Namun, entah Kaisar mengizinkannya atau tidak. Dila ingin sekali cuti hari esok, karena Dila ingin pulang ke Buleleng, untuk bertemu dengan Clarissa, anaknya.

Apa aku bisa cuti? Sebulan ini, aku belum libur sama sekali. Aku benar-benar merindukan Clais-ku. Semoga saja Pak Kai mengizinkan aku untuk libur. Anakku pasti sudah merindukan aku. Batin Dila.

Dila selalu sibuk bekerja. Bahkan, setiap hari minggu pun ia selalu bekerja, entah itu di rumah Kaisar, atau pun di kantor. Terkadang, hari minggu juga Kaisar selalu bertemu dengan rekan bisnisnya, untuk sekedar makan siang bersama. Ketika itu juga, Dila selalu mengikuti Kaisar dan menemani Kaisar untuk makan siang bersama rekan bisnisnya.

Kaisar sepertinya sedang sibuk. Ia tak bisa diganggu. Mungkin istirahat makan siang nanti, Dila baru bisa bicara pada Kaisar mengenai cutinya esok hari. Dila kembali bekerja dengan berbagai macam laporan dan beberapa schedule Kaisar hari ini.

Waktu istirahat makan siang telah tiba. Namun, Kaisar belum juga keluar dari ruangannya. Dila memutuskan untuk masuk ke ruangan Kaisar, untuk melihat apa yang dilakukan Kaisar. Dila pun mengetuk pintu Kaisar, dan perlahan masuk kedalam ruangan Bosnya itu.

"Selamat siang, Pak. Mau saya pesankan makan siang?" tawar Dila.

"Aku menunggu kamu datang kesini." jawab Kaisar.

"Menunggu saya, memangnya ada apa Pak?" Dila tak paham.

"Menunggu kamu menawari aku makan siang." Jawab Kaisar polos.

"Ah, iya Pak. Maafkan saya, kemarin Bapak berinisiatif sendiri keluar ruangan, saya kira Bapak akan seperti hari kemarin lagi." jawab Dila.

"Kita makan di kantin saja. Temani aku," Kaisar beranjak dari duduknya.

"Baik, Pak." jawab Dila.

Dila mengikuti Kaisar dari belakang. Dila ingin sekali berkata pada Kaisar bahwa dirinya besok harus cuti, dan Dila ingin Kaisar tak mengganggunya selama dua hari saja. Dila sudah sangat merindukan Clais. Ia ingin segera bertemu dengan anaknya.

"Siang, Bosqueee!" sapa Hengky, sang General Manager di perusahaan Kaisar.

"Jangan sok akrab lu! Gimana rencana pengembangan Mall di Jakarta? Sudah menemukan titik terangnya?" tanya Kaisar.

"Tinggal sebentar lagi, Bos. Gue harus benar-benar membuat pihak mereka mau bekerja sama dengan kita. Ada hal yang masih mereka ragukan tentang perjanjian kerja sama kita." jawab Hengky.

"Kenapa bisa begitu? Bukankah dalam perjanjian kerja sama itu sudah benar? Tentunya akan menguntungkan kedua belah pihak, kenapa mereka masih ragu?" tanya Kaisar di kantin.

"Pak, ini waktu kita makan siang. Kenapa harus membicarakan masalah pekerjaan? Bukankah Bapak datang ke kantin untuk makan siang?" ucap Dila.

"Bosque, santai dong. Merayu hati CEO perusahaan mereka tidaklah mudah. Lu tenang aja, kita pasti bisa menaklukkan hati mereka! Bener kata sekretaris lau, kalau kita harus makan siang dulu. Ayo, makan bareng sama gue Bosque!" ajak Hengky.

"Bisa aja lu, mentang-mentang Dila ngomong kayak gitu."

"Silahkan duduk disini, Pak." Dila menyiapkan tempat duduk untuk Kaisar.

Mereka bertiga makan bersama di kantin. Menu yang spesial setiap hari harus selalu ada di kantin, khusus untuk sang Presdir, Kaisar Gavindra. Mau makan di kantin, ataupun tidak, pihak kantin harus tetap menyiapkan menu khusus untuk Kaisar.

Kesempatan bagi Dila. Selesai makan, Kaisar dan Hengky masih terlibat obrolan santai. Kenapa tak ia coba untuk mengatakan cutinya kembali? Didepan Hengky, pasti Hengky akan membantu Kaisar mengizinkannya.

"Hmm, Pak Kai?" tanya Dila.

"Apa?" jawabnya.

"Soal cuti saya esok hari, apa Bapak menyetujuinya?" tanya Dila.

"Cuti? Besok? Besok kan libur, Dil. Ngapain cuti? Libur aja, aneh deh lu!" jawab Hengky yang sok akrab.

"Takutnya, ada pekerjaan mendadak, Pak Hengky. Saya kan gak mau, Pak Kaisar mencari-cari saya, jadi saya harus izin dulu," ucap Dila.

"Emang lu ... bener-bener profesional, Dil. Loyalitas lu terhadap perusahaan begitu tinggi. Coba sekretaris gue kayak elu, gue pasti bangga. Di hari libur nih ya, gue cuma minta nomor telepon salah satu staff gue sama dia, langsung di matiin telepon gue. Langsung dia non aktifkan handphonenya. Parah banget emang si Kertayu itu!" keluh Hengky.

"Ah, malah curhat lu Ky! Berisik kenapa, gue gak mau denger ocehan lu! Dil, memang kamu mau kemana sih harus cuti segala?" tanya Kaisar.

"Saya mau istirahat saja, Pak. Saya selalu bekerja saat hari libur, hingga saya lupa bagaimana rasanya libur. Ingin rasanya merasakan istirahat dan tiduran di rumah. Bagaimana, Pak? Bolehkan?" rayu Dila.

"Udah, kasih aja Bosque. Masa sama sekretaris sendiri pelit sih. Besok kan hari liburnya, jangan ganggu dia, kenapa!" protes Hengky.

"Mulut limis satu nih! Berisik lu! Iya, iya. Silahkan nikmati hari libur kamu, Dil. Tapi ingat, hari ini selesaikan semua kerjaan kamu, jangan sampai ada kesalahan dan jangan sampai aku harus ganggu hari libur kamu karena kecerobohan mu sendiri." ucap Kaisar.

"Aaah, Bapak baik sekali, terima kasih banyak!" seru Dila.

"Cuti di hari libur? Gue baru denger! Parah emang lu bosque!" Hengky tertawa puas.

"Berisik lu. Mau gue pecat?"

"Ampun Bang jago, gitu aja marah-marah. Dah lah, gue mau kerja lagi, duluan ya Bosque," Hengky beranjak dan berlalu.

"Mari, Pak. Kembali ke kantor." Dila mempersilahkan Kaisar.

***

Pukul lime sore, akhirnya pekerjaan Dila selesai. Kaisar masih berada di ruangannya. Dila masuk ke ruangan Kaisar, berharap Kaisar juga akan segera pulang.

"Pak Kai, kenapa belum pulang?" tanya Dila.

"Tidak apa-apa. Apa pekerjaan mu sudah selesai?" tanya Kaisar.

"Sudah, apa saya boleh pulang sekarang, Pak?" ucap Dila.

"Baiklah, ayo kita pulang." Kaisar berdiri, dan berlalu meninggalkan Dila.

Haish, apa maksudnya ini? Kenapa dia berkata ayo kita pulang? Apa dari tadi ia menungguku selesai bekerja? Ah, tidak mungkin! Masa iya Pak Kai mau menungguku! Mungkin saja kebetulan pekerjaannya juga baru selesai. Tapi, kenapa? Kenapa dia berkata ayo, ah, mbuh lah, aku pusing. Batin Dila.

Dila mengikuti langkah Kaisar yang amat cepat. Dila tak paham, apa yang Kaisar maksud. Didepan perusahaan, sudah terparkir mobil Kaisar. Ternyata, Pak Satya yang akan mengantar Kaisar pulang. Dila berdiri di belakang Kaisar.

"Hati-hati di jalannya, Pak Kai." Dila melambaikan tangannya.

"Apa maksudmu? Ayo, masuklah bersamaku!" ucap Kaisar.

"Masuk? Kenapa saya harus masuk? Silahkan saja Bapak pulang lebih dulu,, saya bisa pulang sendiri." Dila menolak dengan halus.

"Aku menunggumu selesai bekerja, dan aku akan mengantarmu pulang. Kenapa kamu malah bertanya!" Kaisar masuk kedalam mobilnya.

"Ta-tapi, Pak, sa-saya.."

Dila keberatan, karena ia tak akan langsung pulang ke rumahnya, ia akan membeli oleh-oleh terlebih dahulu untuk Clais.

"Tak perlu gugup seperti itu. Kita sudah sering satu mobil, bukan? Kenapa kamu sangat gugup?" tanya Kaisar.

"Bu-bukan begitu, Pak. Saya akan mampir dulu ke supermarket, ada keperluan lain yang akan saya beli, jadi saya tak akan langsung pulang ke rumah," ucap Dila.

"Biar ku antar kamu ke supermarket. Ayo, naiklah!" Kaisar memaksa.

Ah, sial. Sudah tak bisa menolak lagi kalau begini ceritanya. Gerutu Dila dalam hati.

"Ba-baiklah, Pak." Dila masuk kedalam mobil Kaisar. Kaisar terlihat tenang. Berbeda sekali dengan Dila, ia sangat merasa tak nyaman. Bagaimana ia bisa membeli mainan untuk Clais? Sayangnya saat itu ia lupa membelikan Clais mainan, kalau bersama Kai seperti ini, mana bisa ia membelinya.

Ah, dia kan hanya mengantarku menuju minimarket. Berarti, setelah sampai, dia pasti pulang lagi, bukan begitu? Baguslah, aku jadi bisa leluasa belanja untuk putri kecilku. Gumam Dila.

Tak terasa, akhirnya Pak Satya telah sampai membawa Dila dan Kaisar ke minimarket yang Dila tuju. Dila tersenyum pada Kaisar.

"Terima kasih, atas kebaikan Bapak, yang telah mengantar saya. Kalau begitu, saya permisi dulu ya," ucap Dila.

"Pak Satya, tunggu disini ya, saya akan menemani Dila belanja! Ayo, kita turun." ucap Kaisar tanpa dosa.

"Baik, Tuan." jawab Pak Satya.

Dila melotot. Matanya membulat, ia benar-benar tak paham apa maksud dari Kaisar. Kenapa Kaisar akan mengantarnya belanja? Bagaimana kalau Kaisar tahu, Dila akan membeli perlengkapan untuk anaknya? Kaisar segera turun dari mobil, diikuti oleh Dila yang nampaknya kesal melihat perlakuan Kaisar.

"Pak Kai, kenapa tidak langsung pulang saja? Kenapa harus repot-repot mengantar saya?" ucap Dila sedikit kesal.

"Entahlah, aku pun tak mengerti. Tapi, otak dan hatiku berkata, aku harus menemanimu malam ini, karena besok dan lusa aku tak akan bisa bertemu denganmu, bukan begitu? Apa kamu merasa keberatan menerima kebaikan hatiku ini?" tanya Kaisar sedikit menyinggung.

"Ah? Oh, tentu ti-tidak, Pak. Baiklah, mari masuk." Dila tak mampu berkata-kata lagi.

Aku sangat keberatan Pak, kenapa anda harus begini? Tak biasanya anda perhatian dan peduli seperti ini pada saya. Ini benar-benar membuat saya tak nyaman, Pak Kaisar yang terhormat. Ya Tuhan, kenapa akhir-akhir ini dia mendadak baik padaku?