Chereads / CEO and Beautiful Secretary / Chapter 9 - Bab 9. Jodoh yang Salah

Chapter 9 - Bab 9. Jodoh yang Salah

Satu bulan kemudian ...

"KAMU JAHAT, FANDY!" Ailyn menangis sesegukan ketika mengepal sebuah testpack yang terlihat bergaris dua.

Gadis itu tak henti-hentinya menangis. Sudah tiga minggu sejak kejadian obat perangsang itu. Ailyn berharap dirinya tak akan hamil. Pada saat itu, niat hati ingin mengakhiri hubungannya dengan Fandy, ternyata Ailyn dan Fandy malah berakhir di ranjang karena obat perangsang yang diberikan oleh Fandy.

Fandy kurang ajar. Kenapa dia harus tega buat gue hamil? Gue harus gimana sekarang? Keluarga Kaisar gak mungkin mau nerima gue dengan kondisi berbadan dua seperti ini. Aarrggghhh, semua ini gara-gara Fandy. Gue benci Fandy, gue benci ....

Ailyn segera menghubungi Fandy, karena ia tak mungkin diam saja melihat garis dua yang berada dalam kepalan tangannya. Ia segera berangkat menuju apartemen Fandy. Ailyn benar-benar kecewa dan emosi karena Fandy telah menjebaknya dengan obat perangsang.

Setengah jam berlalu, Ailyn telah sampai di apartemen Fandy. Ailyn segera mengetuk pintu dengan keras. Emosinya benar-benar sudah tak bisa ditahan lagi. Ingin rasanya Ailyn menonjok Fandy saat ini juga. Tiba-tiba, Fandy pun membuka pintu, ia melihat Ailyn yang sedang menangis tersedu-sedu didepan pintu apartemennya. Fandy malu, secepat kilat ia langsung menarik Ailyn masuk kedalam apartemennya.

"KAMU JAHAT, FANDY!" Ailyn memukul-mukul dada Fandy sekuat tenaganya.

Fandy menatap Ailyn, ia segera memeluk gadis yang tengah berbadan dua itu, ia pun terenyuh melihat kekecewaan pada diri Ailyn. Namun, hal ini ia lakukan karena ia begitu mencintai Ailyn. Fandy tak ingin Ailyn memutuskannya dan lebih memilih lelaki yabg akan dijodohkan dengan kekasihnya itu.

"Brengsek kau Fandy! Aku sangat membencimu! Aarrggghh!" Ailyn terus menangis.

"Lyn, tatap aku, lihat aku! Aku tahu, kamu berniat memutuskan aku, karena akan menerima perjodohan itu, bukan? Kamu berniat untuk menerima Kaisar, bukan? Aku tahu semua itu, Lyn. Karena itu, aku tak mungkin membiarkan kamu lepas dariku. Aku tak mungkin membiarkan kamu menerima perjodohan itu. Karena apa? KARENA AKU BEGITU MENCINTAIMU, LYN! Hatiku sakit, ketika kamu memutuskan ku. Maafkan aku membuatmu seperti ini. Aku akan bertanggung jawab untukmu, Lyn. Aku janji, karena aku mencintaimu. Dan juga, ada anakku didalam rahimmu sekarang. Aku berjanji, aku akan segera melamar mu pada kedua orang tuamu. Aku akan menikahi mu! Aku akan bertanggung jawab atas semua yang telah aku perbuat!' ujar Fandy berapi-api.

"Kurang ajar kamu, Fandy! Kamu menghancurkan hidupku. Kamu merusak masa depanku. Ingin rasanya aku bunuh bayi yang ada didalam perutku ini. Semuanya karena mu, Fandy! Sialan! Aarrggghhh ..." Ailyn mengamuk dihadapan Fandy.

Fandy begitu kaget, ia tak menyangka Ailyn akan mengamuk seperti ini. Dengan sigap, Fandy menenangkan Ailyn, dan menahan tangannya agar tak melukai perutnya. Fandy tak menyangka, Ailyn akan semarah ini. Fandy heran, bukankah Ailyn mencintainya? Kenapa Ailyn harus marah seperti ini?

"Lyn, sadar kamu, Lyn! Kenapa kamu harus marah-marah seperti ini, HAH! Berfikir, Lyn! Kamu menyakiti calon anak kita! Cukup, dan hentikan kegilaanmu itu!" Fandy terus menahan tangan Ailyn.

"Bajingan kamu, Fan! Apa yang akan kukatakan pada orang tuaku, hah? Aku harus bagaimana, Fandy! Kamu gila! Aku tak mengapa batal menikah dengan Kaisar. Tapi, bayi ini ... dia tak mungkin aku katakan pada orang tuaku. Aku terlalu malu Fandy. Semua ini gara-gara kamu, brengsek! Aku benar-benar membencimu! Aku tak akan pernah memaafkan kamu, Fandy!" Ailyn menangis tersedu-sedu.

"Cukup! Jangan buang-buang waktu dengan tangisanmu itu, Lyn. Aku akan bertanggung jawab untuk semuanya. Ayo, kita ke rumah orang tuamu. Aku akan meminta maaf pada mereka!" Fandy kesal karena Ailyn terus saja menyalahkannya.

Fandy menarik tangan Ailyn. Ia akan pergi ke rumah kedua orang tua Ailyn. Fandy benar-benar akan bertanggung jawab. Karena ini memanglah yang ia inginkan. Ailyn terlihat takut dan tak siap jika harus jujur pada kedua orang tuanya. Namun, Fandy terus memaksa hingga Ailyn pun hanya bisa terdiam.

Satu jam kemudian, Ailyn dan Fandy tengah sampai. Ailyn masuk kedalam rumahnya. Terlihat sekali wajah tak suka dari Ayah dan Ibu Ailyn mihat kedatangan Fandy ke rumah mereka.Tanpa basa-basi, Fandy pun berkata jujur pada kedua orang tua Ailyn. Setelah kejujuran itu terungkap, satu tamparan keras mendarat di pipi Fandy.

Fandy memegangi pipinya yang kesakitan, "Maafkan saya, Om." Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya.

"Dasar laki-laki brengsek!" umpat Ayah Ailyn.

"Maafkan Alyn, Alyn salah ...." Ailyn menunduk.

Ailyn tak henti-hentinya menangis. Orang tuanya pasti kecewa dengan semua ini. Ibu dan Ayah Ailyn terus memaki-maki dirinya dan juga Fandy. Ailyn hanya bisa menangis. Semua ini telah terjadi, dan ia tak bisa mengembalikannya seperti semula. Ibu Ailyn pun turut menangis. Ia menyesali perbuatan antara keduanya.

"Ini sudah terlanjur. Nasi sudah menjadi bubur. Sudahlah, tak perlu diperpanjang lagi. Aku terlalu malu pada keluarga Jackson Grup. Aku tak ingin lagi berjumpa dengan mereka!" ucap Ibu Ailyn yang terlihat kecewa.

"Kalian memang bodoh! Kami sangat kecewa pada kalian. Tapi, apa boleh buat! Jika ada janin yang tak bersalah, menjauhkan kalian pun hanya membuat kami berdosa. Hanya satu pintaku, kalian berdua pergi meminta maaf pada keluarga Kaisar. Dan batalkan saja pernikahan kamu dengan Kaisar!" tegas Ayah Ailyn.

"Om, saya akan bertanggung jawab penuh atas semua ini. Ini adalah kesalahan saya, dan saya berjanji, akan meminta maaf secara langsung, pada keluarga laki-laki yang seharusnya dijodohkan dengan Ailyn." ucap Fandy.

Fandy menggenggam tangan Ailyn. Mau tidak mau, Fandy harus membawa Ailyn untuk meminta maaf ke rumah Kaisar sekarang juga Mengingat, bahwa pernikahan Ailyn dan Kaisar seharusnya digelar sebentar lagi. Fandy dan Ailyn pun berlalu, meninggalkan kekecewaan pada kedua orang tua Ailyn.

"Aku tak habis pikir! Mereka benar-benar mengecewakan. Brengsek, ternyata karma itu berlaku untukku." Ayah Ailyn menghela nafas panjang.

"Karma itu memang ada. Sudahlah, kita sadari saja kesalahan kita." ucap Ibu Ailyn.

...❤❤❤...

Rumah Kaisar Gavindra ...

Hari ini hari libur, namun Dila tetap bekerja seperti biasanya. Kali ini, Dila bekerja di rumah Kaisar, karena Kaisar meminta Dila untuk bekerja di rumahnya. Ada saja hal yang membuat Dila harus bekerja di hari libur seperti ini. Kali ini, Mama Kaisar, datang ke ruang utama, melihat Dila yang sedang mengerjakan pekerjaan kantor.

"Dil, apa kamu tidak lelah?" tanya Mama Kaisar.

"Eh, Ibu ... Tentu saja tidak, Bu. Ini sudah makanan Dila sehari-hari. Dila sudah terbiasa." jawab Dila seraya membulatkan senyumannya.

"Kamu memang giat, Dil. Saya bangga sama kamu." Mama Kaisar menepuk lembut pundak Dila.

Tak lama, Kaisar pun datang, "Mama ngapain ganggu sekretaris Kai?"

"Kamu sewot sekali, Mama hanya bertanya padanya. Tega sekali kamu terus mempekerjakannya, padahal ini kan hari libur! Kamu gak pengertian banget sih, Kai. Mana tahu si Dila mau pacaran! Kan jadi gak ada waktu!" sindir Mama Kaisar.

"Memangnya, siapa lelaki yang berani memacari Dila, ha?" tanya Kaisar kesal.

Sontak saja Dila menatap Kaisar dengan pandangan keheranan. Kenapa Kaisar harus bertanya seperti itu. Padahal, apa urusannya dengan Kaisar kalau Dila pacaran?

"Loh, loh, loh! Kamu ini kenapa, Kai? Memangnya kenapa kalau Dila pacaran? Usianya sudah sangat matang untuk mempunyai kekasih. Hanya saja, sepertinya Dila tak mempunyai waktu untuk pacaran, atau sekedar berteman dengan laki-laki, karena kamu yang terlalu memforsir Dila untuk bekerja ekstra seperti ini!" tegas Mama Ayu,

"Ma, dengarkan aku! Kalau Dila pacaran, dia tak akan fokus untuk bekerja. Dia pasti sibuk memikirkan kekasihnya. Aku tak mau, Dila seperti itu. Aku suka kinerjanya yang seperti ini, tanpa kontaminasi dari kekasihnya!" tegas Kaisar.

"Eh kamu dasar ya, Kai. Egois banget kamu! Kasihan Dila, kalau waktu berliburnya harus tetap bekerja. Dila itu manusia, dia wanita! Dia bukan robot, Kai!" Mama Ayu membela Dila.

"Ma, Dila sekretaris Kai. Kai yang gaji dia, jadi semuanya urusan Kai. Mama tak berhak ikut campur! Yang penting, Dila juga tetap sehat kan walau dia selalu bekerja di hari libur!" tegas Kaisar.

Dila merasa tak enak karena Kaisar dan Mamanya malah bertengkar karena dirinya, "Aduh, Nyonya ... Pak Kai, sudah, sudah! Kalian tak usah bertengkar, saya tidak masalah kok bekerja di hari libur seperti ini. Kalau pun saya ingin libur, saya bisa memohon izin pada Pak Kai, seperti bulan lalu. Dan satu lagi, saya tak berniat untuk dekat dengan laki-laki. Saya tidak akan menikah, saya akan seperti ini saja. Saya tak tertarik dengan pernikahan. Sendiri pun saya tetap bahagia, Nyonya." jelas Dila.

DEG. Kaisar merasa ada perasaan aneh pada dirinya ketika Dila mengatakan bahwa dirinya tak akan menikah. Ada perasaan entah sedih, ataupun heran, krena secepat kilat Dila menjawab tak menginginkan pernikahan. Kaisar pun sedikit heran, ia bertanya-tanya dalam pikirannya, apa penyebab Dila berkata tak tertarik dengan pernikahan.

"Kenapa kau tak tertarik dengan pernikahan? Bukankah pernikahan adalah hal yang sakral?" tanya Kaisar.

"Tentu saja, Pak. Tapi, saya lebih bahagia hidup sendiri tanpa laki-laki. Saya tak ada beban dan saya bisa bebas." jawab Dila.

"Kamu tak ada beban? Kamu bebas? Tanpa laki-laki? Apa aku bukan laki-laki untukmu, Dil? Apa aku tak memberimu beban dalam pekerjaan?" tanya Kaisar.

"Ha? Maksud Pak Kais apa?" Dila heran.

"Kai, Dila kan bilang tanpa lelaki untuk menjadi kekasihnya. Bukan maksudnya Dila ucapan itu untukmu! Kamu ini kenapa sih, Kai?" Mama Ayu heran.

"Dia bilang tanpa laki-laki. Aku kan laki-laki yang ada didalam kehidupannya. Bagaimana dia bisa bilang tanpa laki-laki?" Kaisar tak mau kalah.

"Pak Kais, maksud saya bukan begitu." Dila pusing.

"Kai, kamu aneh deh!" Mama Ayu geleng-geleng.

Saat obrolan itu berlangsung, diluar rumah Kaisar, sudah ada Ailyn dan Fandy yang akan mengetuk pintu rumah mereka.