Chereads / Pacarku Miliarder / Chapter 24 - Part 24. Pingsan

Chapter 24 - Part 24. Pingsan

Dera tiba-tiba ambruk begitu saja. Membuat Widya yang duduk di ruang kerjanya semakin panik. Bahkan ia melihat sahabatnya itu sudah mengatakan tidak masuk pagi ini, dan tiba-tiba sudah berada di kantor.

"Astaga, Der! Lo kenapa datang ke kantor kalau kayak gini!" Widya panik. Sementara itu, karyawan yang lainnya mendekat ke arah meja Widya.

"Loh, Dera? Kok dia ada di sini? Bukannya Dera hari ini izin ya?" tanya salah satu karyawan yang ada di sana. Bahkan, ia juga ikut panik melihat kondisi Dera yang kini tidak sadarkan diri.

"Gue gak tau! Tadi gue liat Dera di depan lift! Tadi pagi dia bilang ke gue kalau dia izin hari ini. Tapi tiba-tiba udah ada di kantor! Duh gimana ini, tolongin gue dong!" pekik Widya yang semakin panik tatkala melihat kondisi Dera yang tidak sadarkan diri itu.

"Tunggu, gue ambil kursi yang lain dulu, terus lo ambil kotak P3K buat bantuin olesin minyak angin ke Dera! Gue rasa ada suatu hal yang bikin nih anak down kayak gini!" tukas Feli yang merupakan karyawan di perusahaan yang sama itu.

Widya hanya mengangguk mendengar apa yang dikatakan oleh Feli padanya.

"Der, Der! Udah tau lagi sakit, badan lo panas gini masih juga ke kantor! Heran gue," gumam Widya sendiri seraya menunggu Dera sadar. Ia bingung harus berbuat apa selain menemani Dera yang masih terbaring lemah di kursi yang di bawa untuk menopang tubuhnya.

"Wid! Ini!" teriak Feli seraya memberikan kotak P3K pada Widya yang meraihnya dengan cepat.

"Thanks, Fel! Duh ini anak bikin sekantor panik tau gak!" ujar Widya pada Feli yang terkekeh pelan, meskipun sebenarnya ia masih khawatir dan juga panik karena badan Dera yang panas tinggi, dan wajahnya yang memucat.

"Gue gak tau, ini kenapa Dera bisa kayak gini! Biasanya dia jarang banget buat sakit!" ujar Widya menimpali.

"Gak tau! Gue juga kaget kenapa dia tiba-tiba bisa datang ke kantor. Tadi kan kita udah di kasih tau, kalau Dera izin hari ini!" ujar Feli yang menimpali.

Widya menghela napasnya gusar. Menunggu Dera yang terjaga dari pingsannya ini. Dera memang sangat keras kepala jika dia akan diminta melakukan sesuatu.

"Duh," lirih Dera yang bangkit dengan pelan dari kursi yang sengaja disusun oleh Widya dan Feli untuk menopang tubuhnya. Karena gadis itu pingsan tiba-tiba di sana.

"Astaga! Akhirnya lo sadar juga, Der! Kita di sini tuh udah pada panik tau gak nungguin lo!" pekik Widya yang suaranya hampir sama dengan toa mesjid. Bukannya menjawab, tapi Dera mapah mengernyitkan dahinya. Ia kebingungan kenapa tiba-tiba ia ada di kantor, dan berada di meja kerja milik Widya. Ia juga melihat Widya dan Feli menatap khawatir ke arahnya. Tidak hanya itu, Dera juga merasakan tubuhnya yang pegal-pegal kali ini.

"Gue kok bisa ada di kantor sih?" lirihnya seraya memijit pelipisnya yang terasa berat, bahkan Dera juga merasa kan hawa tubuhnya yang panas.

Widya yang mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu, hanya bisa memutar bola matanya jengah.

"Astaga, Der! Kan lo sendiri yang datang ke kantor. Kenapa malah nanyain ke gue! Gue itu tadi, ketemu lo di depan lift dan jalan sempoyongan!" tutur Widya pada Dera yang mengernyitkan dahinya.

Mencoba untuk mengingat apa yang ia lakukan hingga datang ke kantor saat ini. Seingat Dera, tadi pagi ia sudah menelpon Widya untuk mengizinkan dirinya tidak masuk ke kantor hari ini. Akan tetapi, pikiran Dera masih belum bisa pulih dan semakin terasa berat.

"Aduh Der, kita itu nggak tahu kalau lo itu datang ke kantor buat apa! Tapi yang kita tahu lo itu udah tidak sadarkan diri dan kita itu bantuin loh di sini, biar lo itu cepat sadar lagi dan bisa ingat apa yang lo lakuin di kantor, Der! Lagi pula, kenapa sih lo datang ke kantor lihat juga ini penampilan loh nggak sepantasnya buat datang tau nggak!" timpal Feli pada Dera.

Akan tetapi, satu hal terbesit dan lewat di benaknya jika ia ditelepon oleh Pak Dewa untuk mengantarkan berkas penting yang berpengaruh untuk perusahaan ini, bahkan Pak Dewa juga memintanya datang tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu sesaat Dera terdiam, Feli dan Widya saling tatap ia bingung dengan tingkah Dera.

"Lo coba ingat lagi Der! Kayaknya ini pengaruh karena lo lagi demam deh," lirih Widya lagi.

"Tau nih, gue lagi sakit kepala sekarang! Tadi gue sih ingat, kalau pak Dewa nyuruh gue datang ke kantor buat anterin berkas. Bahkan, pak Dewa juga gak bolehin gue buat ganti baju dulu," tutur Dera lagi. Seraya meminum teh hangat yang dibuatkan Widya, dan mengoles minyak angin dibeberapa bagian tubuhnya.

"Astaga! Pak Dewa sekejam dan setega itu?" lirih Widya dan Feli tidak menyangka. Jika pak Dewa akan berbuat seperti itu.

"Terus? Lo udah anterin berkasnya?"

"U-udah," gugup Dera. Ia malu harus datang ke kantor dengan pakaian seperti ini. Bahkan, ia juga dikelilingi oleh beberapa karyawan yang pasti melihat penampilannya yang kacau. Selain Riko.

"Thanks ya, kalian udah bantuin gue, kayaknya gue harus pulang deh," ujar Dera yang bergegas beranjak dari tempat duduknya ingin segera pulang. Bahkan kali ini ia ingin menghilang saja dari kerumunan manusia saat itu.

"Eh! Der, lo belum sem—"

Belum selesai Widya melanjutkan kalimatnya, Dera sudah beranjak dan merapikan pakaiannya.

"Tenang aja! Gue gak apa-apa kok! Gak usah khawatir," pungkas Dera dengan percaya dirinya. Sedangkan Widya dan Feli tau jika gadis itu tidak baik-baik saja. Bahkan badannya semakin panas, dan wajahnya yang masih memucat.

"Dengerin kita dulu dong, Der! Lo jangan maksa, dan keras kepala. Kalau sampai lo kenapa-napa di jalan, kita yang dihantui rasa bersalah, Der!" timpal Widya lagi. Ia benar-benar panik dan khawatir dengan kondisi Dera saat ini.

"Gak perlu khawatir, Dera pulang bareng gue!" suara Riko tiba-tiba terdengar dan dan membuat perhatian mereak yang ada di sana ikut teralihkan.

"Ma-maksudnya? Gue pulang sama lo?" gugup Dera. Sedangkan Riko mengangguk dengan mantap.

"Iya! Kan lo lagi sakit, jadi biar gue yang anterin, sekalian lewat. Kan kostan lo gak jauh dari sini," ujar Riko dengan yakinnya.

"Der, udah ikut aja!" bisik Widya. Tapi, Dera masih ragu untuk pulang bareng Riko.

"Kayaknya gak usah deh, Riko! Soalnya kost gue kan deket jadi biar gue jalan aja. Gak apa-apa!" tolak Dera lagi. Tapi sayangnya, Riko memaksa gadis itu untuk pulang dengannya.

"Jangan ngeyel! Ayok bareng gue!" tegas Riko.

Saat mereka berdua sampai di depan pintu keluar perusahaan, tiba-tiba seseorang muncul dari sana.

"Gak usah repot-repot! Dera pulang bareng gue aja!"

***