Chereads / Pacarku Miliarder / Chapter 27 - Part 27. Keceplosan

Chapter 27 - Part 27. Keceplosan

Hari ini Dion berangkat menuju kantornya yang sudah lama dia percayakan diurus oleh sahabatnya Andi, benar kantor perusaan ini sebenarnya milik Dion, namun untuk sementara waktu ia percayakan di urus oleh Andi, dan dipegang oleh pimpinan yang bernama Dewa.

"Permisi pak, ada yang ingin bertemu dengan anda," ucap salah seorang wanita itu dengan sopan, alis dewa naik ke atas satu.

"siapa?" tanya Dewa singkat.

"Bapak Dion, pak," jawabnya. Dewa mengernyit kan dahinya. Tumben sekali Dion mendatanginya.

"Apakah ada terjadi masalah?" tanyanya dalam hati.

"Suruh dia masuk!" titah Dewa.

"Baik pak,"

Dion memasuki ruangannya dulu, Dion berdecak kagum melihat interior ruangannya bahkan lebih bagus dari punya ia dulu.

"Ada apa ini, seorang Dion yang sibuk ini mendatangi kantor?" tanya Dewa menggoda karena belum tau apa alasan Dion datang ke kantor.

"Ya kan ini kantor gue, terserah gue lah," sewot Dion bercanda. Meskipun itu salah satu bentuk ungkapan kekesalannya terhadap Dewa karena memperlakukan Dera seenaknya.

"Santai bro," gelak tawa Dewa pun pecah, memang sahabat satu ini hubungan pertemanan mereka masih erat walaupun sudah bertahun-tahun.

Dewa awalnya merasa terbebani harus mengurus perusahaan sebesar ini, tapi karena Dion yang selalu meyakinkan Dewa jadilah Dewa setuju, dan benar keputusan Dion meminta Dewa untuk mengurusi perusahaannya sangat tepat, karena Dewa adalah orang perfeksionis dan pekerja keras, sehingga perusahaan bisa jaya seperti sekarang. Tapi kali ini tidak dengan Dera yang diperlakukan seenaknya.

Mereka berdua berbincang-bincang layaknya sahabat yang lama tidak ketemu, karena mereka masing-masing sibuk bekerja. Pembicaraan bereka mengalir saja seperti arus.

"Oh iya lo sebenarnya ada kepentingan apa datang ke sini, gue yakin bukan untuk ketemu sayang sama gue!" Dion mendengus kasar melihat Dewa yang tidak pernah berubah.

"Oh iya gue ke sini sebenarnya mau marah sama lo!" Dewa tertegun ada apa, apakah dia pernah melakukan kesalahan? Setau dia selalu memberikan laporan perusaan dengan jujur.

Baru saja dia ingin bertanya.

"Bisa-bisanya lo nyuruh pegawai yang lagi sakit untuk datang ke kantor! Mikir dong, kalau orang di luar sana liat bagaimana? Atau mungkin para pegawai yang lain mikir kalau perusahaan ini kejam!" Dewa bungkam dan terlihat bingung memikirkan siapa pegawai yang dimaksud Dion, dan kenapa Dion peduli dengan dia.

"Tenang bro, pegawainya siapa dulu nih?" tanya Dewa kebingungan. Pasalnya, hanya Dera lah yang sedang sakit dan baru saja kemarin datang ke kantor atas perintahnya. Bahkan, saat bersama Dion, Dewa berubah total tidak seperti yang dikenal oleh karyawannya.

"Dera!" singkat Dion. Hal ini lah yang membuat Dewa sedang mencerna informasi tiba-tiba ini, hal pertama yang membuat dia bingung kenapa Dion harus peduli dengan pegawai itu, apakah mereka memiliki hubungan.

"Emang kenapa Dion? Emangnya udah biasa ya, gue nyuruh dia datang itu karena itu benar-benar dokumen yang penting, dan sebelumnya gue sudah mencari tapi dokumen copyannya gak ketemu, karena itu gue nyuruh dia untuk datang ke kantor," jelas Dewa panjang lebar, ketika Dewa sudah mulai serius.

"Masalahnya dia itu lagi demam Dewa, lo gak tau aja seperti apa dia kemarin berangkat ke kantor dia cuma pakai pakaian rumah, badannya panas dan bibirnya pucat, gue gak tega, emang lo tega ngelihatnya?" Dewa tertegun dia tak menyangka, ia pikir kondisi Dera tidak separah itu.

"Maafin gue, gue gak tau kalau dia separah itu," maaf Dewa merasa tidak enak.

"Ya udahlah, oh iya dia juga mau izin hari ini karena masih sakit!" titah Dion.

"Gue boleh nanya gak, kenapa lo peduli banget sama Dera, dia siapa lo?" tanyanya penuh selidik.

"Dia orang yang gue ceritain dulu," Dewa total terdiam.

"Jangan-jangan dia gadis yg lo sukai itu ya, yang terjebak friendzone?" tawa Dewa meledak. Selain Andi, Dewa juga mengetahui hal ini.

Dion memutar matanya malas, kalau soal mengejek memang Dewa juaranya.

Dewa yang melihat wajah Dion sudah masam berusaha menghentikan tawanya.

"Sorry bro, gue gak nyangka aja, ternyata Dera gadis yang bisa bikin lo uring-uringan dan ngegalau itu,"

"Iya dia itu Dera, gue tu udah cinta sama dia, tapi gue takut dia cuma nganggap gue sebagai sahabatnya, kalau gue kasih tau isi hati gue, nanti takutnya dia malah menjauh," ujarnya frustasi, Dewa yang melihat itu langsung menepok bahu sahabatnya berusaha menegarkan Dion.

"Menurut gue ya, Dion, lo harus berani ungkapin keinginan hati lo, kita gak ada yang tau kalau sebenarnya Dera juga punya perasaan yang sama kayak lo," saran Dewa.

"Gue maunya gitu, tapi kalau nanti malahan Deranya menjauh gimana? Gue takut kehilangan dia,"

"Bucin banget sih lo," cibir Dewa.

Dion mendengus.

"Oh iya lo jangan galak sama Dera, dia sampai takut sama lo, gue aja kaget kalau lo segalak itu!"

"Males ah si Dera cepu," ujar Dewa bercanda.

"Okey deh nati gue perlakuin dia lebih baik lagi, cuma demi lo ini,"

"Nah gitu, ya udah lah gue mau balik, kasihan gue lihat kertas lo numpuk minta disiapin,"

"Kurang ajar lo, ini harusnya kan kerjaan Andi. Tapi sayang dia cuti," ujarnya tak terima.

"Udah bro iklasin aja," mereka kembali tergelak tawa bersama.

Setelah puas berbincang dengan Dewa, Dion kembali pulang.

Sebelum pulang dion lebih memilih untuk menjenguk Dera terlebih dahulu.

Entah kenapa kata-kata Dewa tergiang dikepala Dion, ada benarnya kata Dewa, dia tidak bisa selalu merendam perasaan suka ini.

"Ck !Dewa bikin kepikiran aja,"

Sesampainya Dion di kos-kosan sederhana milik Dera, diketoknya lah pintu kos-kosan milik Dera.

"Eeh kamu Dion, mau ngapain kamu datang ke sini?" tanya Dera.

"Mau jenguk kamu lah, ya mau ngapain lagi, coba?"

"Ini aku bawain buah untukmu, biar cepat sehat lo,"

"aku udah mendingan kok,"

"Ya terima aja kali, biar kamu gak lemes," ujar Dion seraya memberikan pastel buah yang dia beli tadi untuk Dera.

Dera nerimanya, tak lupa mengucapkan makasih.

"Kamu beneran udah sembuh Ra?" tanya Dion melembut, matanya tersirat perasaan khawatir.

"Udah ko Dion, aku juga mau berterima kasih karena udah ngerawat aku kemarin, ditambah udah beliin aku obat," ucapnya dengan tulus.

Dion hanya mengangguk sebagai balasannya, dipandanginya wajah Dera lekat lekat, empu yang dipandangi pun tersadar.

"Kenapa kamu liatin aku segitunya, kenapa cantik ya?" tanyanya menggoda, namun selanjutnya dia total bungkam atas respon Dion.

"Kamu selalu cantik kok Dera di mataku," ucapan apan Dion bagaikan sihir yang membuat jantung Dera berdetak tak karuan, apa apaan Dion ini, kenapa dia jadi seperti ini? Bukan kah aneh bila sahabat saling memuji paras? Sepertinya memang Dera saja yang terlalu berlebihan.

Di dalam mobil Dion mati-matian untuk menetralkan degupan jantungnya, dia langsung menepuk bibirnya. Sialan bisa-bisanya kata-kata itu keluar dengan bebas dari mulutnya, Dion berdoa semoga Dera tidak memikirkan yang tidak-tidak, apalagi beranggap Dion aneh. Dion tidak tau saja pipi Dera sudah semerah apa, ia pun langsung menutup pintunya tanpa permisi karena tak ingin Dion melihat semerah apa wajahnya.