Ronan memperhatikan para ksatrianya yang tertidur dengan nyenyak di atas lantai yang hanya dibalut oleh kantong tidur. Meskipun masih tersisa tiga kamar kosong, Ronan tidak terbiasa tidur di perjalanan seperti ini.
Ketiga kamar itu pun digunakan oleh William, dan dua kamar lainnya dibagi kepada beberapa prajurit yang ingin saja.
Sisanya menghabiskan malam mereka di ruang tamu penginapan dan tidur sejajar di dekat perapian. Namina, murid pendeta yang ikut bersama mereka pun tertidur lelap akibat kelelahan setelah mengahangatkan seluruh ruangan.
Ronan menghabiskan waktunya dengan mempertajam pendengarannya. Tak ada suara-suara yang mencurigakan. Hanya terdengar beberapa kali derit kayu yang tertiup oleh angin. Ada juga suara lolongan serigala dari kejauhan.
Seorang prajurit bangun dan memilih tidur dengan posisi duduk. Ronan yang melihat itu tersenyum kecil dan kembali memejamkan matanya untuk menajamkan pendengaran.