Sudah dua hari Arielle tinggal di istana Northendell. Ia sedikit bingung karena pelayan-pelayan di Northendell memperlakukannya dengan sangat baik. Ia diberikan kamar yang mewah, banyak pakaian hangat, hingga makanan yang enak. Tidak ada jeruji besi ataupun perlakuan buruk seperti yang ada di pikirannya.
Pelayan selalu sedia setiap saat di depan pintu kamarnya. Arielle yang tak terbiasa diikuti awalnya cukup risih, sehingga ia hanya menghabiskan waktu di dalam kamarnya.
Kata seorang pengawal pribadi Raja Ronan bernama Lucas, tidak ada larangan untuk Arielle mengeksplor istana beserta isinya. Lucas adalah salah satu pengawal pribadi Raja yang ditugaskan untuk menemani Arielle selama di Northendell.
Pria itu kerap kali menawarkan diri untuk menemani Arielle namun ditolak oleh gadis itu. Arielle sedikit ragu dengan segala kebaikan yang Northendell berikan padanya. Seharusnya seorang tahanan justru tak boleh kemana-mana, bukan?
Arielle melangkah menuju balkon kamarnya. Siang itu salju tidak turun namun sejauh matanya memandang tanah selalu ditutupi oleh lapisan berwarna putih yang tak pernah mencair. Ia melihat ke arah taman yang terlihat kosong.
Hanya berdiri sebuah kolam air mancur yang airnya terus mengalir. Dari uap yang keluar dari air itu dipastikan kolam air itu terisi penuh akan air panas.
Tok. tok. Tok.
Pintu diketuk perlahan dan Arielle segera masuk ke dalam kamarnya. Seorang pelayan mendorong troli berisikan makan siang. Seumur hidup Arielle, Arielle baru merasakan makan tiga kali sehari tepat waktu.
Di Nieverdell, ia tidak memiliki pelayan pribadi selain Tania. Ia hanya makan ketika dirasa ingin saja. Bahkan sebagai seorang puteri kerajaan besar di pesta debutante-nya saja ia tidak memiliki satupun teman di kalangan bangsawan.
"Selamat siang, Tuan Putri. Ada yang bisa kami bantu siang ini?"
Arielle mendongak dan melihat Lucas juga ikut masuk ke dalam ruangannya. Sambil menunggu maid menyiapkan makan siangnya, Arielle melihat kembali taman istana.
"Lucas? Apakah taman istana tak pernah memiliki bunga?" tanya Arielle.
Lucas tersenyum dan menjawab, "Hanya ada satu musim di Northendell dan tak ada satu pun jenis bunga yang bisa mekar di kondisi ekstrem ini."
"Aku dengar Northendell terkenal akan buah Frostberry-nya. Mereka tumbuh tanpa bunga?"
"Pohon Frostberry tak memiliki bunga, Tuan Putri. Jika Puteri Arielle berkenan kita bisa melihatnya. Pertengahan tahun seperti ini adalah waktu yang pas untuk mereka berbuah."
Arielle rasa sudah cukup dirinya berdiam diri di dalam kamar. Di Nieverdell, ia bisa bebas berlarian kian kemari karena tak ada yang memperdulikannya. Di sini juga tak ada yang melarangnya untuk jalan-jalan. Ia hanya khawatir akan posisinya sebagai seorang tahanan.
Lucas melihat raut murung Arielle dan tersenyum.
"Raja Ronan telah memerintahkan kami untuk menyediakan apa pun yang Tuan Putri inginkan. Menjadi tahanan Northendell tidak membuang status Tuan Putri sebagai seorang putri bangsawan. Yang mulia akan tetap dilayani layaknya tamu kerajaan secara hormat."
Arielle terpaku mendengarnya. Apa yang dikatakan oleh Lucas barusan sungguh membuat hati Arielle menghangat. Ini pertama kali bagi gadis itu diperlakukan seperti ini. Ia tidak pernah mendapatkan perhatian lebih sebagai orang putri.
Teman-temannya bukan dari kalangan bangsawan. Ia justru berteman dengan para pelayan serta pengawal. Ia hanya diperlakukan dengan baik jika ada pesta kerajaan, itu pun jika ia diundang. Jika tidak, ia akan menghabiskan hari-harinya dengan melukis para pelayan.
Arielle telah menyelesaikan makan siangnya yang sangat lezat. Dibantu seorang pelayan, Arielle mengenakan jubah yang cukup tebal dengan balutan bulu tebal di sekitar lehernya.
"Lucas, bisakah kau berjalan di sampingku? Aku tidak terbiasa berjalan di depan sendirian."
"Sebuah kehormatan bagi hamba, Yang Mulia."
Keduanya berjalan menyusuri lorong istana. Mata Arielle menelusuri berbagai macam lukisan yang tergantung di tembok istana. Terlihat ada beberapa patung serigala yang berdiri gagah bersama patung-patung prajurit berzirah menghiasi sepanjang lorong yang mereka lewati.
Langkah Arielle berhenti di depan sebuah jendela untuk melihat bangunan yang megah di depannya. Bangunan itu tadi tidak terlihat dari kamar Arielle karena posisinya yang membelakangi gedung.
"Itu adalah istana Blackthorn, tempat Raja Ronan menghabiskan hari-harinya bertugas. Sementara bangunan ini adalah istana Whitethorn, tempat yang dikhususkan untuk ratu atau selir-selir raja yang akan datang."
Arielle menoleh dengan cepat.
"Tuan Putri jangan khawatir. Raja Ronan belum pernah menikah. Istana Whitethorn masih kosong."
Arielle pun kembali bernapas lega. Lucas terus berjalan sambil menjelaskan.
"Istana Northendell berbentuk persegi. Di bagian utara ada istana Blackthorn, di barat Whitethorn, di selatan Cathedral tempat para pendeta menetap, dan di timur ada Colosseum, tempat para prajurit berlatih."
Keluar dari istana barat, Arielle menemukan sebuah taman istana yang jauh lebih luas dari taman istana di depan kamarnya. Arielle pun meninggalkan Lucas untuk menapakkan kakinya di atas salju. Sang putri terus melangkah menuju kolam air. Terpaan hawa panas membuat Arielle mendesah nyaman.
Lucas ikut mendekat dan menunjuk ke arah deretan jendela kaca di istana Blackthorn. "Itu adalah tempat Raja Ronan bekerja."
"Ia memiliki posisi yang strategis untuk melukis keseluruhan pemandangan istana."
"Apakah Tuan Putri bisa melukis?" tanya Lucas.
Arielle mengangguk antusias.
"Mungkin aku akan menghadiahimu sepasang peralatan melukisTiba-tiba terdengar suara deep and dark dari belakang mereka.
Arielle dan Lucas segera berbalik. Keduanya menunduk hormat atas kemunculan Raja Ronan D Blackthorn. Ronan baru pulang dari perjalannya ke perbatasan timur. Ia tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh Arielle selama dua hari ini.
"Yang Mulia …."
"Sedang berjalan-jalan?"
Arielle masih menunduk. "Aku … meminta Lucas untuk menunjukkan pohon Frostberry."
"Ah, begitu rupanya …" Ronan mengulurkan lengannya kepada Arielle. "Aku akan menunjukkan lebih banyak tempat. Lucas tidak memiliki banyak izin untuk mengeksplor istana."
Arielle mengalungkan tangannya pada lengan Ronan dengan ragu. Ia menoleh ke arah Lucas yang hanya berdiri sambil tersenyum.
"Bukankah Yang Mulia baru saja kembali?"
Ronan terus melangkah menuju Cathedral.
"Lalu?" tanyanya acuh.
"Apakah Anda tidak lelah?" tanya Arielle ragu.
"Sama sekali tidak."
Saat Ronan dan Arielle memasuki gerbang Cathedral keduanya disambut oleh seorang pria tua berjanggut putih. Ia adalah salah satu pemimpin Cathedral, Pendeta Elis yang bertanggung jawab dalam kegiataan keagamaan juga penelitian terkait kekuatan-kekuatan yang ada di daratan Foresham.
"Aku hanya ingin menunjukkan pohon Frostberry kepada Puteri Arielle dari Nieverdell. Kau bisa kembali ke tempatmu."
"Baiklah, Yang Mulia. Aku izin mengundurkan diri." Pendeta Elis mundur beberapa langkah kemudian berbalik meninggalkan Ronan dan Arielle.
Di sebuah taman Cathedral, tumbuh empat pohon besar yang dipenuhi oleh buatan-bulatan kecil berwarna putih. Ronan mengajak Arielle untuk lebih mendekat. Ia lalu menarik sebuah batang terendah dan memetik lima bulatan berwarna putih itu.
"Makanlah. Mereka sudah cukup ranum untuk dinikmati."
"Apakah ini buah Frostberry yang terkenal itu?"
Ronan mengangguk. Arielle bisa melihat senyum tipis yang pria itu berikan. Hari itu topeng Ronan tampak berbeda. Hanya setengah wajah yang tertutupi sehingga Arielle dapat melihat bibir dari pria di depannya itu.
Arielle menggigit satu buah dan cairan dari buah itu segera mengotori bibirnya. Meskipun buah Frostberry terlihat putih namun isi di dalamnya berwarna merah pekat. Rasanya sungguh manis seperti madu segar.
Arielle memasukkan satu buah lagi. Kakinya bergerak-gerak dengan antusias karena menikmati sebuah rasa baru yang memanjakan lidahnya.
Lima buah yang diambil oleh Ronan pun langsung habis. Arielle ragu untuk meminta lagi namun Ronan yang terus memperhatikan Arielle tahu apa yang ada di pikiran gadis itu.
"Kau menyukainya?" tanya pria itu dengan kalem.
"Ini adalah buah terlezat yang pernah aku coba." Arielle mengangguk malu-malu.
Ronan tersenyum kemudian kembali meraih batang pohon Frostberry dan mengambil lebih banyak buah. Arielle yang antusias menampung semua buah yang Raja Ronan ambil dengan jubahnya. Sesekali ia langsung memasukkannya ke dalam mulut.
Belasan buah yang dipetik oleh Ronan segera habis dalam waktu singkat membuat pria itu bertanya-tanya bagaimana bisa gadis itu makan begitu cepat?
"Sebaiknya jangan mengkonsumsi terlalu banyak jika tidak ingin sakit perut. Mungkin besok aku akan membawakan untukmu lagi. Hari ini sudah cukup."
Arielle yang sudah berharap akan dipetikkan lagi mendesah kecewa. Melihat wajah kecewa itu membuat Ronan tak tega. Ia mengambil satu buah lagi lalu menyodorkan pada bibir milik Arielle.
"Ini yang terakhir untuk hari ini. Makanlah," ujarnya.
Arielle perlahan membuka mulutnya dan membiarkan Ronan meletakkan buah Frostberry itu ke dalam mulutnya. Saat keduanya saling bertatapan, jemari besar pria itu berhenti di dagu Arielle.
Ibu jarinya mengusap nektar buah Frostberry yang jatuh di samping bibir Arielle. Ia kemudian menjilat ibu jarinya sendiri membuat Arielle terdiam di tempat.
"Manis."