Chereads / Putri Sandera Dan Raja Serigala / Chapter 4 - Trigram Cahaya

Chapter 4 - Trigram Cahaya

Raja Ronan mengajak Arielle untuk meninggalkan pohon Frostberry.

"Apakah Tuan Putri ingin melihat Cathedral?" tawar Ronan.

Arielle melihat kembali buah-buah Frostberry yang lezat. Ingin hati untuk terus memakan buah-buah itu tetapi Raja Ronan mengehentikannya. Arielle pun mengangguk.

Ronan mengulurkan tangannya yang kemudian diterima oleh Arielle. Gadis itu merapatkan mantel tebalnya kala angin berhembus lebih kencang.

Cathedral di istana Northendell terlihat sangat berbeda dari Cathedral yang ada di Nieverdell. Cathedral Nieverdell ditujukan untuk pelaksanaan doa dan kegiatan pemberkatan lainnya.

Karena hanya diperuntukkan untuk kegiatan sesekali, maka bangunan Cathedral Nieverdell hanya berukuran kecil. Itu pun jarang dikunjungi oleh keluarga kerajaan. Hanya sekali setahun waktu pemberkatan hari ulang tahun raja.

Berbeda dengan Cathedral Northendell yang sangat luas. Ukuran Cathedral sendiri hampir sama besarnya dengan bangunan istana lainnya.

Di Northendell, Cathedrall menjadi pusat pemberkatan juga penelitian. Para pendeta bertanggung jawab untuk melatih pendeta-pendeta di masa yang akan datang. Selain menjadi tangan Tuhan untuk memberkati umat manusia, para pendeta diajarkan untuk memanfaatkan energi alam.

Northendell bisa terus bertahan hingga ratusan tahun lamanya di suhu dingin seperti ini karena mereka dilindungi oleh energi alam. Meskipun matahari tak pernah menampakkan diri di utara tetapi para pendeta bisa memanfaatkan cahaya untuk menghangatkan seluruh kerajaan.

Arielle menatap salah seorang pelajar yang mengenakan jubah dan topi putih merentangkan tangan kemudian perlahan muncul lingkarang trigram di atas tangannya.

"Apa yang sedang ia lakukan?" tanya Arielle.

"Belajar membentuk trigram cahaya?"

"Trigram cahaya?"

Ronan mengajak Arielle untuk masuk lebih dalam. Di sebuah ruangan berbentuk aula terdapat lima orang yang tengah duduk memperhatikan bola trigram yang melayang di tengah-tengah ruangan.

Bola trigram itu berukuran besar dan menghasilkan cahaya yang membentuk gambar daratan-daratan kerajaan di atas dataran Foresham.

"Trigram itu mengelilingi bola dunia. Kemudian lingkaran kecil berwarna merah itu adalah matahari."

Arielle mendongakkan kepalanya untuk melihat sebuah bola yang berukuran lebih kecil terbang di atas Kerajaan Thebis di Timur.

Para pendeta yang tengah menjaga trigram bola dunia terkejut akan kehadrian Raja Ronan yang begitu tiba-tiba. Pendeta Elis mendekat untuk memberi hormat. Pendeta Elis adalah salah satu pendeta utama yang bertanggung jawab di Cathedral divisi trigram dunia.

"Puteri Arielle ingin melihat Trigram dunia," ujar Ronan.

"Maka izinkan aku untuk menjelaskan, Yang Mulia."

Ronan memberikan izin kepada Elis untuk mendahuluinya. Kini, Ronan dan Arielle tengah mendengarkan penjelasan dari Pendeta Elis mengenai pembelokan cahaya menggunakan trigram.

"Matahari sudah tidak pernah menyentuh dataran Utara selama dua ratus tahun lamanya. Ketika bola dunia tengah berevolusi dan pada waktunya matahari berada di atas Northendell, kami tak pernah bisa melihatnya," kata sang pendeta menjelaskan.

Ia melanjutkan," Seolah ada lapisan tak kasat mata yang membuat matahari tak terlihat di Northendell. Dan ketika bumi berotasi pada waktu siang hari, hanya ada cahaya remang-remang yang kami dapatkan, sebersih apa pun langitnya."

"Seperti yang Tuan Putri lihat saat ini. Pada siang hari seperti sekarang, langit terlihat bersih, tak ada awan sama sekali. Namun, langit Northendell tetap terlihat abu-abu. Maka dari itu kami memanipulasi aliran cahaya yang ada untuk meningkatkan intensitas cahaya yang kami dapat."

"Seperti sihir?"

Ronan menahan diri untuk tidak tersenyum ketika melihat wajah Pendeta Elis yang terkejut.

"Ah … kami menyebutnya sains, Tuan Putri. Posisi dari trigram itu tidak hanya terdiri dari coretan huruf, angka, atau gambaran semata. Di dalam tubuh setiap manusia memiliki mana yang terpendam. Ketika berhasil dibuka maka mana itu bisa digunakan untuk membentuk trigram. Sedangkan setiap lekukan trigram akan memantulkan cahaya dengan caranya masing-masing. Yang Tuan Puteri lihat saat ini adalah trigram cahaya."

Pendeta Elis mengusap tangannya dan muncul trigram kecil merambat di pergelangan tangannya. Kemudian, cahaya terang muncul dari telapak tangannya.

"Wah … lalu selain cahaya, ada trigram apa lagi?"

"Segala yang ada di dunia. Kami memanfaatkan kekuatan natural. Panas bumi misalnya. Jika Tuan Putri melihat air mancur dekat istana, mungkin Yang Mulia bertanya-tanya mengapa airnya bisa hangat? Itu karena ada pendeta yang berkerja menghangatkannya. Lalu angin, air, dan api …."

Arielle menoleh ke arah Ronan cepat. "Apakah aku boleh melihat semuanya?"

"Sayangnya di utara kami hanya mampu memanipulasi cahaya dan panas bumi. Mana di tubuh kami beradaptasi dengan lingkungan. Northendell adalah tempat yang gelap dan dingin maka tubuh kami secara alami beradaptasi untuk menciptakan panasnya sendiri dan mencari cahayanya. Di Thebis, kerajaan yang penuh akan gurun pasir, kondisi alamnya memaksa tubuh penduduk di sana untuk membangkitkan mana air. Itu sesuai dengan panggilan alam masing-masing."

"Lalu mengapa di Nieverdell tak ada pendeta yang menguasai Trigram alam?"

"Karena Nieverdell telah memiliki semuanya. Mereka memiliki sumber daya alam yang melimpah. Tak ada kondisi ekstrem yang memaksa mereka membuka aliran mana di tubuh. Para pendeta di sana tetap mempelajar trigram tetapi hanya sebatas teori…."

Arielle masih merasa kurang puas. Entah kenapa rasanya ia sangat tertarik untuk mempelajari trigram itu tetapi ia tahu aliran mananya belum terbuka. Ia menatap telapak tangannya dengan penasaran.

"Apakah suatu saat, aliran manaku akan terbuka juga?" ia bertanya-tanya.

Sebuah tangan menangkup tangannya. Ronan kemudian meletakkan telunjuknya di atas telapak tangan Arielle, membuat gadis itu tertegun.

"Membuka aliran mana bukanlah sesuatu yang mudah terjadi. Hanya beberapa orang spesial yang telah melewati kondisi ekstrem yang bisa mengaktifkannya. Pendeta Elis pernah tertimbun es salju dalam waktu yang cukup lama sehingga mengalami hipotermia berminggu-minggu. Pada akhirnya aliran mana di tubuhnya terbuka dan menghasilkan cahaya untuk menghangatkan tubuhnya sendiri."

Tubuh Arielle bergidik ngeri mendengarnya. Ia merapatkan mantelnya, merasa ia tak akan sekuat Pendeta Elis. Dingin membuatnya merasa tak nyaman.

"Yang Mulia … bisakah kita melihat Aula tempat berdoa?" tanya Arielle.

"Dengan senang hati."

Sebelum meninggalkan aula trigram, Arielle menyentuh tangan Pendeta Elis.

"Pendeta, terimakasih atas kerja kerasnya selama ini. "

Elis melihat tangannya yang digenggam oleh Arielle. Matanya membulat keheranan dan ada kilat rasa tak percaya di sana. Tubuhnya terasa jauh lebih hangat seakan ia dialiri oleh kekuatan baru.

Sang pendeta kembali merasa segar. Ia menatap Arielle dengan kebingungan. Pria itu pun kembali membuka trigram di tangannya. Matanya seketika membelalak tak percaya saat melihat cahaya yang jauh lebih terang keluar dari telapak tangannya.

***

Aula pemberkatan terletak di lantai pertama, jadi mereka harus turun sekali lagi. Terlihat beberapa bangsawan tengah berdoa di sana. Mereka yang terkejut akan kehadiran Raja Ronan segera menepi memberi jalan bagi kedua orang tersebut untuk duduk di bangku paling depan.

Ronan memilih kursi di belakang Arielle. Ia memperhatikan bagaimana Arielle duduk di depannya berdoa dalam hati. Rambut putih Arielle bersinar terang pada pencahayaan yang minim itu.

Ronan pun melepaskan topengnya untuk ikut berdoa. Ia tidak tahu caranya berdoa. Ia hanya mengikuti gerakan Arielle untuk menunduk kemudian memejamkan matanya.

Mendengar suara isakan, Ronan mendongakkan kepalanya dan melihat tubuh Arielle tengah bergetar di depannya. Ia tak tahu apakah gadis itu tengah menggigil atau menangis tersedu. Segera Ronan mengenakan kembali topengnya.

Tanpa berpikir panjang, ia melepaskan mantel hangatnya kemudian menyelimuti punggung gadis itu dari belakang. Arielle yang terkejut mendongak melihat ke belakang.

Benar dugaan Ronan, gadis itu tengah menangis tersedu. Wajahnya telah basah akan air mata. Ronan mengangkat tangannya dan menghapus air mata dengan ibu jarinya, membersihkan wajah gadis itu kembali. Namun tak sengaja ia kembali menyentuh bibir merah itu.

"Apa yang membuat Tuan Putri menangis?"

Mata sayu Arielle beralih menatap ilustrasi lukisan ibu yang tengah menggendong anaknya.

"Aku merindukan Tania. Aku berharap ia baik-baik saja … Tania adalah satu-satunya keluargaku…"

"Tuan Putri tak perlu khawatir. Aku telah menyuruh para prajurit untuk mencari Tania beserta kelompok bandit yang menyerang kalian saat itu…"

Arielle terpaku. Ia mencari netra di balik topeng namun karena Ronan membelakangi cahaya, ia tak bisa melihat apa-apa. Arielle tak menyangka bahwa ia akan diperlakukan seperti ini.

Ia kerap mendengar cerita tentang betapa brutalnya Raja Ronan saat ia mengalahkan para naga. Namun, di hadapannya ini justru berdiri pria yang sungguh baik. Laki-laki ini justru memperlakukannya jauh lebih baik daripada keluarganya sendiri.

Arielle menyentuh tangan Ronan yang masih beristirahat di pipinya.

"Terima kasih," ujarnya dengan tersenyum tulus.