Suara teriakan Oliver terdengar karena dia yang pertama kali diseret mendekati alat penyiksaan. Rantai yang membelenggu kedua kakinya dilepaskan, rantai di kedua tangannya pun diganti dengan yang lebih pendek. Setelah Oliver, ketiga pria yang lain menyusul. Mereka memberontak saat mereka didudukkan dengan paksa tapi apa pun yang mereka lakukan selalu sia-sia.
Kedua kaki mereka diikat di kaki kursi, mereka tidak boleh memberontak bahkan lengan mereka juga diikat sebelum permainan di mulai. Oliver menangis histeris, dia berusaha memberontak agar ikatan di tangannya lepas namun usaha yang dia lakukan sia-sia. Jika bisa memilih, dia tidak mau berada di tempat itu. Sungguh dia sangat menyesal telah menantang Maximus. Sekarang apa pun yang dipelajarinya di kemiliteran terasa sia-sia, untuk melepas rantai saja dia tidak bisa. Padahal dia sudah siap sebelumnya, dia bahkan sudah siap mati demi membalas dendam tapi kenapa begitu waktunya tiba rasa takut menyelimuti hati?