Chereads / Hi's Like, Idiot But Psiko / Chapter 16 - Bos Aneh

Chapter 16 - Bos Aneh

Aleandra masih terlihat kebingungan. Dia melangkah mendekati kotak besar yang jika di lihat kotak itu seukuran dengan ranjang king size dan dia yakin jika itu memang ranjang. Dia jadi bertanya dalam hati, sebenarnya siapa majikan yang harus dia layani?

Aleandra melangkah dari satu sisi kotak ke sisi yang lain, entah kenapa kotak itu seperti sebuah peti mati. Sumpah demi apa pun, dia belum pernah melihat kotak dengan ukuran sebesar itu.

Bulu romanya meremang, pikirannya pun jadi tidak menentu. Jangan-Jangan yang ada di dalam kotak itu benar-benar vampire tampan yang sedang berhibernasi. Sial, ini efek menjadi stunman karena terkadang dia memang harus menggantikan peran artis yang menjadi vampire untuk terbang dari ketinggian.

Entah kenapa dia jadi merasa konyol. Dari pada memikirkan yang tidak-tidak lebih baik dia mencari cara untuk membangunkan majikannya yang ada di dalam kotak.

Aleandra kembali melangkah ke sisi kanan kotak, dia memberanikan diri mengetuk bagian atas kotak untuk membangunkan si majikan.

"Sir," Aleandra memanggil sambil mengetuk. Suasana hening, tidak ada reaksi sama sekali. Aleandra kembali mengetuk dan memanggil tapi lagi-lagi tidak ada reaksi.

Aleandra semakin bingung, apa dia sudah salah? Apa tidak ada siapa pun di dalam kotak itu? Dia jadi tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Di dalam kotak, Maximus terbangun karena ketukan yang dilakukan oleh Aleandra. Max diam saja, membiarkan gadis itu kembali mengetuk. Karena kebiasaan lama yang dia lakukan, Max membuat tempat tidurnya bisa menutup saat dia hendak tidur. Itu seperti lemari yang sempit, dia merasa nyaman di tempat seperti itu apalagi dia memang suka tidur di dalam lemari sejak dia kecil.

Baginya tempat seperti itu menenangkan, tempat tidurnya bahkan dibuat secara khusus. Walau tertutup seperti sebuah kotak, tidak, seperti lemari lebih cocok disematkan pada tempat tidur spesialnya. Tempat tidur itu memiliki lampu saat tertutup tapi ketika dia mau tidur, lampu dimatikan karena dia suka tempat gelap.

Suara ketukan kembali terdengar, begitu juga panggilan Aleandra. Dia melakukannya karena dia tidak boleh menyerah. Dia yakin ada orang di dalam benda yang menyerupai kotak itu.

Tangan Max mulai meraba, untuk menekan sebuah tombol yang ada di sisi kotak. Sudah saatnya menyapa gadis yang mencuri uangnya, dia ingin lihat, apa gadis itu bisa mengenali dirinya?

Aleandra sudah ingin melangkah pergi tapi dia terkejut saat mendengar penutup kotak mulai terbuka. Aleandra memutar langkah dan berjalan mendekat, matanya tidak berkedip saat kotak itu terbuka, penutup-penutup yang terbuka masuk ke bawah dan memang itu adalah ranjang sesuai dugaannya tapi kini matanya tidak lepas dari sosok pria yang sudah duduk di atas ranjang dan menatapnya tajam.

Setidaknya pria itu bukan Vampire walau rupanya tidak tampan. Apa karena janggut yang tumbuh liar di wajahnya itu sehingga ketampanannya tidak terlihat? Apa pun itu yang harus dia lakukan adalah bekerja.

Max mengangkat satu alis, sepertinya gadis itu sudah lupa dengannya. Apa karena penampilannya? Sepertinya demikian, itu bagus karena sekarang saatnya menakuti gadis itu dan dia ingin lihat sampai di mana Aleandra akan menyadari jika dialah yang ingin menangkapnya selama ini.

Aleandra hendak menyapa tapi dia terkejut karena tiba-tiba saja tangannya ditarik dan setelah itu kedua tangan Max sudah berada di lehernya dan mencekiknya dengan kuat.

"Siapa kau?" Max bertanya dengan dingin sambil menatap Aleandra tajam.

Aleandra sedikit terkejut mendengar suara Max, kenapa terasa tidak asing? Aleandra menatap Max dengan penuh selidik tapi itu bukan waktu yang tepat memikirkan hal itu karena dia mulai kesulitan bernapas.

"A-Aku Amy, pelayan baru yang akan melayani anda," ucap Aleandra dengan susah payah.

"Siapa yang mengijinkanmu masuk ke dalam?" Max masih tidak melepaskan tangannya dari leher Aleandra.

"No-Nona Rebeca," Aleandra ketakutan, dia bahkan berusaha memukul lengan Max karena dia benar-benar hampir kehabisan napas. Apa pria itu ingin membunuhnya?

Max masih menatapnya tajam, tapi tidak lama kemudian cekikannya lerlepas. Ternyata gadis itu benar-benar tidak mengenalinya. Menarik, dia akan bermain-main dulu pada gadis itu dan ketika gadis itu sudah sadar barulah akan dia eksekusi secara pelan-pelan karena dia telah berani mencuri uangnya padahal nyawanya sedang terancam saat itu.

Aleandra melangkah mundur sambil memegangi leher, sepertinya orang yang harus dia layani bukan orang sembarangan. Matanya kembali melihat Max, karena janggut yang dibiarkan begitu saja membuat Aleandra tidak mengenali Maximus apalagi penampilannya sangat jauh berbeda dari pada malam itu.

Aleandra memandanginya dengan tatapan curiga, dia yakin mereka orang yang berbeda apalagi pria pada malam itu tidaklah cacat.

"Kenapa kau diam saja? Apa Rebeca tidak mengatakan padamu apa yang harus kau kerjakan?" tanya Max masih dengan dinginnya.

"Oh," Aleandra tersadar. Sebaiknya dia bekerja dengan baik. Dia yakin mereka orang yang berbeda karena jika mereka orang yang sama, kepalanya pasti sudah berlubang saat ini tapi sayangnya dia tidak tahu, jika mereka adalah orang yang sama dan tentunya Max hanya ingin bermain-main dengannya sebelum dia memotong jari orang yang sudah berani mencuri uangnya.

Aleandra menghampiri sebuah kursi roda yang ada di ujung ruangan. Dia mengambil benda itu dan segera membawanya mendekati Max. Kini pikirannya berpindah karena sebentar lagi kelas Biologi dimulai. Semoga dia tidak pingsan atau berbuat sesuatu hal yang memalukan nantinya.

"Ambilkan air hangat!" perintah Max.

"Yes, Sir!" Aleandra segera beranjak keluar dengan cepat untuk mengambil air hangat. Dia harus melakukannya dengan cepat walau sesungguhnya lehernya masih sakit akibat cekikan yang diberikan oleh majikannya. Dia tidak menyangka jika dia harus melayani seorang pria aneh.

Dia tahu di dalam pekerjaan pasti ada tantangannya, mungkin majikannya melakukan hal itu karena dia tidak suka dengan orang asing. Itu bisa di lihat dari rumahnya yang sepi dan tidak memiliki pelayan. Dia juga bisa melihat hal itu dari sikap aneh bosnya yang tidur di dalam kotak. Jujur saja, baru kali ini dia melihatnya dan semoga saja dia tidak memiliki pacar yang seperti itu karena terus terang dia tidak mau tidur di dalam kotak.

Aleandra mengumpat dalam hati, apa yang sedang dia pikirkan? Dia yakin tidak akan ada orang aneh seperti bos barunya. Mungkin pria itu memiliki sedikit kekurangan sehingga dia melakukan hal seperti itu. Mungkin tempat gelap dan sempit memang menjadi tempat favoritenya. Biasanya orang yang sedikit memiliki keterbelakangan mental memang sedikit berbeda dari orang normal pada umumnya.

Setelah mendapatkan air hangat, Aleandra kembali ke dalam kamar majikannya dengan terburu-buru. Max sudah menunggu dengan tatapan tajam dan ekspresi dinginnya. Aleandra berani bertaruh, pria itu pasti pelit.

"Kenapa begitu lama?"

"Ma-Maaf," ucap Aleandra seraya memberikan air hangat yang dia bawa.

"Lain kali lebih cepat, aku tidak suka memelihara siput!"

Aleandra mengangguk dan menunduk. Dia benar-benar harus membiasakan diri bekerja dengan bos anehnya itu.

Gelas diberikan, Aleandra mengambilnya dengan cepat karena dia tidak mau di cap sebagai siput.

"Sekarang, bantu aku mandi!" perintah Max. Dia memang pura-pura cacat agar Aleandra tidak curiga dan benar saja, gadis itu tidak curiga apalagi penampilannya yang berbeda.

Aleandra menelan ludah, ini yang paling membuatnya gugup dari semua pekerjaan yang harus dia lakukan. Aleandra mendekati Max dan membantunya untuk duduk di kursi roda. Jantungnya berdegup kencang saat mendorong Max menuju kamar mandi karena sebentar lagi pembajaran Biologi mengenai bentuk tubuh pria akan segera dimulai.