Rebeca masuk ke dalam sambil membawa makanan yang diminta oleh bosnya. Karena Aleandra sudah melihat Jared, jadi tugas itu dilakukan oleh Rebeca. Aleandra tidak boleh melihat Jared, tidak boleh secepat itu karena Max ingin lihat, sampai kapan gadis itu sadar jika dia sudah berada di tangannya saat ini.
Rabeca sangat heran ketika melihat Aleandra berada di dalam ruangan itu seorang diri dan sedang makan. Bosnya tidak terlihat karena saat itu Max berada di dalam ruang pribadinya. Rebeca menghampiri Aleandra dan meletakkan makanan yang dia bawa ke atas meja.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Rebeca.
"Oh, aku diminta untuk membawa makanan tapi ternyata masakan yang aku buat tidak enak," ucap Aleandra.
"Benarkah?" Rebeca terlihat tidak percaya.
"Yes," jawab Aleandra sambil mengangguk dan dia kembali makan.
"Sebaiknya kau banyak belajar, aku akan menuliskan beberapa daftar makanan kesukaan bos kita dan kau bisa belajar membuatnya."
"Kau serius?" Aleandra sangat senang, ternyata Rebeca begitu baik. Jika dia tahu apa yang disukai oleh bos anehnya itu, maka dia bisa membuat makanan kesukaan bosnya setiap hari.
"Tentu, jika ada yang tidak kau tahu, hubungi aku. Tidak perlu ragu, aku pasti akan membantumu," ucap Rebeca.
"Terima kasih, Nona Rebeca begitu baik," Aleandra tersenyum. Dia benar-benar senang Rebeca begitu baik.
"Tidak perlu dipikirkan, kita sama-sama bekerja jadi memang harus saling membantu. Hubungi aku jika kau butuh bantuan, aku pasti akan membantu."
"Terima kasih," ucap Aleandra.
"Jika begitu aku permisi, aku harus kembali bekerja."
Aleandra mengangguk, dia makan dengan cepat karena dia harus memanggil bosnya untuk makan. Setelah selesai, Aleandra bergegas beranjak menuju ruangan bosnya.
Pintu ruangan dibuka, Aleandra melangkah masuk ke dalam tapi dia sangat heran tidak mendapati apa pun di dalam karena ruangan itu kosong. Ke mana bosnya? Dia sangat ingat, bosnya berada di dalam ruangan itu tadi karena dia yang mengantarnya walau tidak sampai masuk ke dalam karena Max memerintahkannya untuk pergi saat sudah berada di depan pintu.
Aleandra melihat sekeliling ruangan, tidak ada apa pun kecuali sebuah lemari. Tidak mungkin bukan bosnya berada di dalam lemari itu?
"Sir," Aleandra mencoba memanggil. Mungkin saja bosnya tiba-tiba muncul di belakangnya bagaikan pengeran Vampire.
"Sir, Nona Rebeca sudah membawakan makanan anda," ucap Aleandra lagi. Matanya melihat sana sini tapi ruangan itu hening. Aleandra mengusap lengannya, sial. Jangan katakan dia bekerja dengan hantu. Dia berada di luar sejak tadi, dia tidak melihat bosnya keluar dari ruangan itu. Tapi ke mana perginya? Apa bosnya siluman yang bisa menghilang dan muncul secara tiba-tiba?
Aleandra menelan ludah dengan susah payah. Kakinya mulai melangkah menuju pintu. Sebaiknya dia keluar saja, mungkin saja bosnya sudah keluar tanpa dia ketahui.
Tidak mau banyak berpikir, Aleandra keluar dari ruangan itu dan terlihat kebingungan. Sebaikya dia menghubungi Rebeca, dia ingin tahu siapa sebenarnya bos mereka.
Aleandra mengambil ponselnya untuk menghubungi Rebeca. Dia jadi takut sendiri berada di dalam ruangan itu. Rebeca sangat heran karena Aleandra menghubunginya padahal mereka baru saja bertemu tidak lama.
"Ada apa, Amy?"
"No-Nona Rebeca," Aleandra terdengar ketakutan dan tentunya hal itu membuat Rebeca heran.
"Ada apa? Kenapa kau terdengar ketakutan?"
"Se-Sebenarnya pria yang aku layani manusia atau hantu?" tanya Aleandra tanpa ragu.
"What?" Rebeca terkejut tapi tidak lama kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Kenapa Aleandra menanyakan pertanyaan konyol seperti itu? Mana ada hantu di siang hari dan mana ada hantu yang datang ke kantor untuk bekerja? Sepertinya gadis itu belum tahu kebiasaan aneh bos mereka. Itu wajar karena Aleandra baru bekerja.
"Ke-Kenapa kau tertawa?" tanya Aleandra.
"Amy, kau benar-benar lucu," ucap Rebeca di sela tawanya.
"Aku serius."
"Baiklah, aku minta maaf. Bos kita tentu saja manusia, sepertinya kau terlalu banyak menonton film horor."
"Benarkah?" Aleandra masih tidak percaya, dia bahkan melihat ke arah ruangan di mana terdengar suara dari dalam sana.
"Percayalah, tidak perlu takut. Nanti kau pasti akan terbiasa," ucap Rebeca.
"Baiklah, terima kasih. Maaf sudah mengganggumu," Aleandra mengakhiri percakapan mereka. Setelah meletakkan ponselnya, Aleandra melangkah menuju ruangan dengan perlahan. Mungkin benar, dia yang terlalu banyak berpikir.
Walau ragu, Aleandra kembali membuka pintu. Dia terkejut dan berteriak saat melihat Max sudah berada di depan pintu. Aleandra bahkan terjatuh kebelakang karena terkejut. Sungguh aneh, dari mana pria itu muncul? Dia sangat yakin jika bosnya tidak ada di dalam sana. Apa dia memiliki ilmu untuk menghilangkan diri?
Max menatapnya tajam, Aleandra masih ketakutan bahkan dia melihat ruangan itu lagi. Mungkin saja ada ruang rahasia yang bisa membawa bosnya ke ruangan lain tapi tidak ada pintu apa pun di sana selain sebuah lemari pakaian.
Ini aneh, sungguh. Dia belum terbiasa dengan semua itu. Mungkin benar yang Rebeca katakan, dia akan terbiasa nanti menghadapi bos anehnya.
"Ingin duduk di sana sampai kapan?" tanya Max dengan nada tidak senang.
"Oh, ma-maaf," Aleandra beranjak dan segera mendekati bosnya.
"Nona Rebeca sudah membawakan makanan anda sejak tadi," ucapnya seraya mendorong kursi roda.
Max tidak menjawab, dia tahu Aleandra masuk ke dalam ruangan itu untuk mencarinya tapi saat itu dia berada di dalam tempat kesukaannya jadi dia membiarkan gadis itu sampai dia keluar.
Mereka tidak berkata apa-apa, Aleandra memberikan makanan yang dibeli oleh Rebeca. Ternyata bosnya suka makanan seperti itu, lain kali dia akan membuatnya karena dia tidak mau kejadian tadi terulang kembali.
Max sudah selesai makan, dia kembali ke kursinya untuk bekerja tanpa berkata apa-apa. Setelah membantu bosnya untuk duduk, Aleandra menunggu dan duduk di bawah sofa. Dia tidak mendapat perintah untuk pergi jadi dia diam saja di dalam ruangan itu.
Untuk mengisi waktu, Aleandra melihat resep masakan. Dia benar-benar harus belajar mengenai hal itu apalagi selama ini dia sibuk bekerja dan makan makanan yang disiapkan oleh kru di lokasi syuting. Dia bahkan jarang masuk ke dalam dapur untuk membuat makanan karena ibunya yang selalu memasak tapi bukan berarti dia tidak bisa. Walau tidak begitu pandai tapi dia bisa memasak dan sekarang, dia harus membuat makanan yang disukai oleh bosnya.
Rasanya canggung karena hidupnya berubah drastis tapi dia bersyukur karena dia masih hidup sampai sekarang. Jika mengingat pelarian yang dia lakukan, rasanya perjuangan yang dia lakukan untuk hidupnya tidaklah sia-sia. Saat ini bekerja yang baik lalu pergi ke tempat yang baru setelah punya uang. Para penjahat itu pasti tidak akan tahu saat dia pergi apalagi dia menyembunyikan diri selama dua tahun.
Waktu berlalu dengan cepat, waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Para karyawan sudah kembali, sebab itu Max mengajak Aleandra untuk pergi. Suasana kantor memang sudah sepi, Aleandra tampak was-was saat dia membawa bosnya keluar ke lobi. Semoga tidak ada yang melihatnya karena dia tidak mau melibatkan siapa pun dalam permasalahannya apalagi melibatkan bosnya yang cacat.
Setelah membantu Max masuk ke mobil, Aleandra juga masuk ke mobil dengan terburu-buru karena dia takut. Dia bahkan berharap cepat tiba di rumah. Mobil mulai berjalan pergi dan tanpa mereka sadari, dua buah mobil mengikuti mereka dari belakang.
Sang supir menyadari jika ada yang mengikuti saat mereka berada di kawasan sepi. Dia hendak melapor tapi tiba-tiba saja, BRAAKKKK!! Salah satu mobil yang mengikuti menabrak mobil mereka dari samping dengan keras.
Aleandra terkejut dan berteriak, mobil mereka berputar di aspal jalan karena kerasnya benturan. Mobil berhenti berputar, Aleandra ketakutan melihat dua mobil yang berhenti di depan mereka. Apa yang ada di dalam mobil itu adalah orang-orang yang mengejarnya selama ini? Ini gawat, bagaimana dia bisa melarikan diri?