Aleandra terbangun, wajahnya masih terlihat lesu. Entah sejak kapan dia tidur di dalam kamar, dia sendiri tidak tahu. Luka di kakinya juga sudah diobati, dia tahu Maximus yang telah melakukannya dan dia tahu Maximus yang menggendongnya ke dalam kamar.
Mata Aleandra menatap ke arah jendela, dia masih enggan melakukan apa pun. Dia ingin berbaring seperti itu. Tidak tahu sampai kapan yang jelas dia malas melakukan apa pun.
Dia juga tidak merasa lapar sama sekali, air matanya mengalir tanpa dia inginkan. Dia yang ingin mengakhiri hubungannya dengan Fedrick justru dia yang harus menelan pil pahit karena kenyataan bahwa ternyata dia tidak dicintai selama ini. Dia bagaikan orang bodoh yang menunggu seorang pria yang tidak pernah mencintainya sama sekali.