Tetapi Elina tidak mau menyerah, kedua tangannya yang masih bebas bergerak mencoba mendorong dada Akram yang sekeras batu. Napasnya terengah, dan ketika frustasi melandanya karena dia tidak mampu membuat tubuh Akram bergerak seinci pun, tangannya bergerak ke atas, mencoba mencakar wajah penjahat yang dia sesali harus bersinggungan nasib dengannya.
Sayangnya, Akram lebih sigap, Sebelah tangan lelaki itu mencengkeram tangan Elina, menekuknya di atas kepala hingga memakunya di atas ranjang. Sementara sebelah tanggannya yang lain mencengkeram jari Elina, membawanya ke bibirnya.
"Tidak sekarang, kucing mungil. Kau boleh mencakarku sepuasnya saat kita bercinta nanti." Akram berbisik dengan suara parau lalu bibirnya membuka dan menggigit ujung jari Elina, membuat tubuh Elina seakan tersengat listrik.
Lelaki ini benar benar gila! Di dalam kamar ini masih ada puluhan bodyguard-nya yang tetap berdiri mematung tanpa ekspresi melihat bos mereka hendak memerkosa seorang gadis. Dan tidak ada satupun yang tergerak menolong melihat betapa tidak berdayanya Elina di bawah dominasi Akram yang begitu kejam. Tidak ada orang bermoral dan berperikemanusiaan di dalam kamar ini, dan Elina tidak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi.
Ketika bibir Akram menggigit dan menyesap ujung jari Elina, mencicipinya dengan gerakan sensual, matanya terpejam. Setelahnya, mata itu membuka, dengan bola mata sewarna hazel bening, langsung menatap ke arah Elina, membuat Elina terkesiap ketika melihat api seakan berkobar dari mata itu, dipenuhi oleh nafsu yang bahkan Elina tidak mampu menerjemahkannya.
Astaga! Apa salahnya? Apa yang dia lakukan hingga penjahat ini bisa bernafsu kepadanya?
Semalam di pertemuan mereka, dia bahkan menggunakan pakaian overall kedodoran khas petugas cleaning service yang sama sekali tidak menampakkan lekuk tubuhnya. Dia juga tidak bersikap menggoda, bahkan berusaha menjaga supaya interaksi mereka seminim mungkin.
Tetapi, kenapa lelaki ini bisa tertarik kepadanya? Apakah Elina diincar karena dia menjadi saksi perbuatan kriminal lelaki ini? Apakah lelaki ini orang gila yang suka memerkosa korbannya sebelum dibunuh?
Elina menggerakkan tangan untuk melepaskan diri dari cengkeraman Akram, tetapi cengkeraman lelaki itu di kedua tangannya sangat kuat, hampir-hampir menyakiti dan sudah pasti akan menimbulkan memar di kulitnya. Dia mencoba menggulingkan tubuh, tetapi tertahan olah tubuh Akram yang sangat kuat di atasnya. Elina lalu menggerakkan kakinya, berniat mendorong Akram menjauh. Sayangnya, gerakannya itu malah membuat pahanya terbuka sehingga Akram bisa leluasa menempatkan dirinya tepat di antara kedua paha Elina, menunjukkan dengan jelas bukti bahwa dia benar-benar bernafsu terhadap Elina saat ini.
"Sepertinya kau sudah tidak sabar." Akram menundukkan kepala, memberikan hadiah kecupan kecil di sudut bibir Elina, memuat Elina semakin panik menggerakkan kepala untuk menghindari ciuman itu. "Aku juga sama tidak sabarnya denganmu," ujarnya dengan suara parau penuh janji.
Setelah mengucapkan kalimat itu, Akram memberi isyarat dengan pandangan matanya yang tajam supaya para bodyguardnya menyingkir dari ruangan itu. Perintahnya langsung diikuti dengan patuh. Dalam senyap, seluruh bodyguard itu melangkah keluar dari ruangan, lalu menutup pintu di belakang mereka dengan rapat. Ruangan itu menjadi senyap dalam sekejap, menyisakan dua sosok makhluk yang saling berlawanan. Yang satu ingin menyatu dan yang lain ingin menjauh.
"Jangan... kumohon, jangan...." Elina mulai menangis ketika Akram mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya, menggunakan satu tangannya yang kuat untuk menyatukan kedua pergelangan tangan Elina dalam cengkeraman. Sementara, tangannya yang lain bergerak membuka pakaian Elina dalam gerakan tak sabar tetapi masih terkendali.
"Kau tidak punya pilihan lain, Elina." Akram berucap dengan nada dingin dan terus memaksakan kehendaknya
Seluruh usaha perempuan itu untuk memberontak, mencakar, memukul dan menolak dirinya malahan membuat Akram semakin bernafsu untuk memiliki.
Dan malam ini, Akram tidak akan menahan-nahan lagi, tidak dipedulikannya tangisan memohon dari Elina yang menjadi satu-satunya usaha untuk mempertahankan kehormatannya. Akram meraih tubuh Elina, lalu memaksakan kehendaknya pada perempuan itu tanpa peringatan, membuat jeritan pedih bercampur sakit terlontar dari bibir Elina, memenuhi seluruh penjuru kamar.
Akram bangkit dari ranjang setelah semuanya selesai. Kenyataan bahwa Elina benar-benar masih perawan benar benar membuatnya senang. Elina adalah perawan pertamanya, dan pengetahuan itu membuat rasa posesif memenuhi dirinya.
Senyum Akram terulas di bibirnya. Kepuasan yang memenuhi seluruh nadinya membuatnya merasa rileks luar biasa, sesuatu yang sudah lama sekali tidak dirasakannya ketika bercinta dengan perempuan-perempuannya yang lain.
Setelah beberapa lama, diangkatnya kepala dan ditatapnya Elina yang tidak bersuara sejak tadi. Mata perempuan itu terpejam, tetapi Akram tahu pasti bahwa dia tidak sedang tidur. Perempuan itu tampaknya sedang berusaha menghindari interaksi dengan Akram dan sikapnya itu membuat Akram menahan senyum.
Kenapa kucing mungilnya ini masih keras kepala?
Kenyataan bahwa Akram mau menidurinya, seorang perempuan jelata dari kelas rendah sepertinya, bukankah itu adalah sebuah anugerah yang seharusnya disyukuri perempuan itu? Banyak perempuan kelas atas yang antri untuk melayani nafsunya, dan ketika Akram memilih Elina, perempuan miskin ini malah bersikap tak tahu diuntung.
Tetapi, Akram tidak marah. Dia bahkan tidak merasakan setitik pun emosi negatif di dalam jiwanya. Kenyataan bahwa tubuhnya telah terpuaskan pada satu tingkat yang luar biasa dan tidak pernah dia rasakan sebelumnya membuatnya senang, hingga dia tidak keberatan memaafkan sikap kurang ajar Elina saat ini.
Matanya mengawasi dada Elina yang masih naik turun, berusaha menetralkan napasnya yang terengah. Perempuan itu berjuang sekuat tenaga untuk melawan Akram, dan akhirnya harus berakhir kalah kehabisan tenaga.
Akram yakin bahwa dia akan berhasil menaklukkan perempuan polos yang kini menjadi miliknya itu. Ya, mungkin sekarang perempuan itu bersikap seperti kucing liar yang masih mencakar, tetapi Akram yakin, dengan kemampuannya memberikan kepuasan seksual kepada perempuan itu, ditambah nanti hadiah-hadiah berlimpah dan mewah yang akan diberikannya kepada perempuan itu, dia akan meluluhkan hati Elina sepenuhnya.
Perempuan mana yang tidak menyukai lelaki kuat yang mampu memberikan kenikmatan di atas ranjang sekaligus bisa memberikannya uang, perhiasan, pakaian dan segala sesuatu yang mewah di dunia ini dengan melimpah? Para perempuan sudah pasti memohon untuk mendapatkan semua itu dari Akram, dan Akram yakin, wanita yang sedang di bawahnya ini cepat atau lambat akan mengakui bahwa dirinya telah takluk pada Akram.
"Aku akan mengambilkanmu minum," bisiknya dengan nada menggoda, menyeringai ketika Elana tetap memejamkan matanya tanpa reaksi untuk menanggapinya.
Akram lalu melangkah turun dari ranjang, mengambil celana panjangnya yang terlempar di lantai dan memakainya, lalu melangkah menyeberangi ruangan menuju ke lemari pendingin besar yang ada di sana. Diambilnya minum dari botol dan ditenggaknya langsung. Akram benar-benar haus, tidak disangkanya kalau dia benar-benar menghabiskan banyak energinya. Setelahnya, Akram menuang air ke dalam gelas kaca bening dan membawanya kembali ke arah ranjang.