Hari itu … untuk pertamakalinya, aku hanya duduk diam di 'rumah'. Tentu bukan rumah seperti yang ku maksud, rumah sementara selama persembunyian. Dan berapalama aku akan berada di sini?
Rachel mengaruk-garuk rambutnya beberapakali, ia mulai merasa frustasi karena tidak melakukan apapun. Hari yang biasa ia lalui dengan kesibukan tanpa jeda … tiba-tiba saja berubah, suasana begitu hening sekali, tidak ada teman yang diajak bicara. Tidak ada drama di pagi hari … , tidak ada lari kecil yang menemani langkahnya.
Clay menatap kearah Rachel dari kejauhan, ia menyadari jika wanita itu mulai merasa jenuh di dalam rumah. Ia melangkah semakin dekat kearah wanita itu.
"Kenapa? Kau lapar?" tanya Clay
"Sampai kapan aku harus terus berada di sini?"
Rachel bergerak menghadap Clay, tatapannya sangat tajam dan menuntut
"Bagaimana kalau aku mengatakan jika selamanya …," jawab Clay
"Se … se … selamanya? Mungkin saja aku tidak mati ditangan mereka, tapi mati membusuk disini!!!! Aku bisa melihat kematianku sendiri, menjadi gila dan membusuk," Kesal Rachel ketika mendengar perkataan Clay
Dan di sana,Clay baru benar-benar memperhatikan warna kulit Rachel yang berubah dari pertama saat mereka bertemu, lebih putih dan pucat.
"Apa kau sejenis bunglon?" Tanya Clay
Rachel mengerutkan alisnya, tidak mengerti jalan pikiran Clay atau mungkin jalan pikiran Vampire
"Walau aku tidak hidup dalam artian berbeda … tapi aku mempunyai ingatan yang hebat, aku masih mengingat cerita ribuan tahun yang lalu, jadi tidak mungkin aku salah"
"Langsung saja pada pointnya … kau tidak perlu berbasa-basi," tekan Rachel
"Kenapa kulitmu berubah warna?" Clay memengangi tangannya sendiri
"Kenapa? Apa warna kulitku juga terlihat aneh untuk kaummu? Karena itu aku selalu mewarnai kulitku dengan make up."
Rachel menutupi sebagian lengannya dengan telapak tangannya, kulit yang putih, rambut yang bewarna grey, selalu menjadi perhatian orang-orang.
"Tidak, kau sangat cantik dengan warna kulit putih. Sekilas kau terlihat seperti Vampire … hanya gerak tubuhmu yang terlalu lambat," Clay sedikit bercanda dan tersenyum kecil
Rachel tersentak sejenak … ia dengan cepat menutup gorden jendela sambil menatap Clay dengan wajah polos
"Kau tidak terbakarkan?"
Rachel mulai mengendus sambil mendekat kepada Clay, ia benar-benar mengecek apakah lelaki itu mengeluarkan aroma gosong.
Clay ikut mengendus ketika melihat lubang hidung Rachel kempas kempis, seharusnya ia juga mencium bau sesuatu … mengingat indera penciumannya berkali-kali lipat lebih baik.
Clay mulai memejamkan mata ketika wajah Rachel mendekat kepada tubuhnya, wangi … wangi sekali, aroma tubuhnya benar-benar manis … dan membuat terus ingin menghirup aroma tubuhnya.
"Kau tidak terbakarkan?" tanya Rachel, memecah konsentrasi Clay
"Hah?"
"Maksudku … ketika tubuhmu terkena sinar matahari, tidak ada efek sesuatu?"
Rachel mengerakan tangannya ke kiri dan ke kanan berusaha untuk menjelaskan maksudnya
"Hfttt …" Clay menahan tawanya
"Sepertinya kau terlalu banyak menonton perfilman yang membuatmu benar-benar percaya" lanjut Clay
Clay menarik tangan Rachel, ia menarik tirai gorden dengan satu tarikan saja, membuat sinar matahari langsung menyerang melewati kaca jendela.
"Bersiaplah untuk melihat yang lebih dari film." Senyum Clay sambil menatap wanita itu.
Clay mendorong pintu jendela dengan sebelah tangannya, dan merangkul tubuh Rachel, hingga tubuh mereka berdua terpaksa mendekat, Clay semakin mengeratkan rangkulannya. Ketika pintu jendela terbuka … Clay meloncat dari jendela bersama Rachel.
"Aku belum mau mati," Teriak Rachel dengan sangat keras
Mengingat jika mereka berada di lantai dua yang memiliki ketinggian yang sangat tinggi untuk ukuran manusia, sekalipun dia tidak mati … mungkin saja kelumpuhan atau beberapa tulang akan lepas dari tempatnya.
Rachel memejam matanya dengan sangat kuat, ia mencengkram baju Clay dengan sangat kuat.
"Buka matamu … kau belum berpindah alam kok." Clay tertawa kecil melihat reaksi Rachel.
Rachel membuka sebelah matanya kecil, lebih kearah mengintip … dan mulai melihat sekitar, sebelum ia membuka kedua matanya dengan sangat lebar.
"Wow," hanya sebuah kata kekaguman yang keluar dari mulut Rachel.
Ketika wanita itu melihat dengan jelas tubuh atas Clay yang tak berbalut sehelai benangpun, dia benar-benar takjub … bukan karena ABS yang terukir selamanya di tubuh lelaki itu, tapi ini memang berbeda dari apa yang ia tonton di film.
Kulitnya yang terpapar sinar matahari langsung tidak terbakar, ataupun bersinar seperti Edward di dalam sebuah tokoh fiksi pernovelan, tangannya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menyentuh kulit itu.
Layaknya sebuah telur yang diterangi oleh lampu, begitu juga kulit mereka, menampakan isi di balik kulit, namun tidak transparan … tubuh mereka seperti proyeksi telur, bercahaya ketika sinar matahari menembak langsung pada tubuh mereka, terlihat syaraf-syaraf besar bewarna biru ke ungu-an.
"Bagaimana bisa ini terjadi? Kau … makhluk luar biasa," lanjut Rachel
Tangannya tidak tertahankan untuk menyentuh tubuh lelaki di depannya, perlahan … ia mulai meletakkan jari telunjuk tepat di bawah hidung Clay, memastikan jika lelaki itu bernapas seperti dirinya … namun benar!!! Mereka tidak bernafas.
Bagai … mana bisa? Jelas-jelas terlihat jika syaraf besar di tubuh mereka bergerak seperti layaknya manusia, namun mereka tidak bernafas?
Pikiran dan otak Rachel tidak menyanggupi untuk menjawab pertanyaan seperti itu, berapa banyakpun buku yang telah ia telaah dan baca, tidak ada jawaban yang pasti. Tangannya mulai turun ke tubuh Clay, merasakan dinginnya suhu tubuh Clay.
Ia menarik kecil kulit itu, rasa penasarannya kembali timbul … dan itu sekali lagi!!! Tidak seperti yang mereka ketahui … sangat elastis dan tidak keras. Bagaimana mereka hidup dengan tubuh seperti ini?
Rachel mendongkakkan kepalanya menatap Clay … mulutnya mulai bergerak untuk menanyakan sesuatu yang mungkin saja bisa dijawab oleh Clay.
"Jangan tanyakan aku soal itu, aku telah hidup ratusan tahun … dan sampai saat ini, aku juga tidak dapat menjawabnya … , baik ilmu kedokteran maupun teknologi yang semakin canggih," Clay menjawab semua pertanyaan Rachel yang tak sempat keluar dari bibir wanita itu.
Rachel terlalu terhanyut dengan keindahan dan keajaiban di depan matanya, hingga ia tidak sadar sedang berada di atas pohon yang tingginya lebih dari empat meter.
"Aku menyukainya … detak jantungmu … irama jantungmu yang berdetak."
Clay benar-benar memasang wajah seperti anak kecil yang kegirangan, dan wajah tujuh belas tahun itu benar-benar mendukung ekpresi yang di berikan.
"Hah?"
Rachel langsung melepaskan cengkramannya, tangannya bergerak melindungi jantungnya. Kata-kata itu seolah ancaman untuk Rachel.
"Ehem …, letak jantungmu bukan di sana," lagi … Clay berusaha menahan tawanya
Ia menyentuh tangan Rachel dan menggeser tangan Rachel yang berada di sebelah kanan dada, mengubahnya kearah sebelah kiri.
"Ini yang benar," lanjut Clay
"Oh…."
Rachel menganggukan kepala untuk menyetujui dimana letak jantung
"Kau … jatuh cinta dengan jantung … ku?"
Pertanyaan bodoh apa yang kau katakan Rachel. Protesnya kepada dirinya sendiri
"Jika iya … aku boleh memilikinya,"
Clay memilih untuk membodohi dirinya dan mengikuti kepolosan yang berasal dari seorang jurnalis, sungguh sangat lucu.
Tapi … milikku hanya satu … aku tidak bisa berbagi denganmu, dan aku tidak berniat untuk berbagi. Jika aku menjawab demikian … apa dia juga akan memakluminya? Sebenarnya jikapun dia ingin … tangan ini pasti tetap tidak akan bisa melindungi milikku.
Singgg…
Terdengar suara tajam bergesek
"Jadi … kau sudah memulainya, Clay."
Shine tiba-tiba muncul di tengah mereka, sambil mengeluarkan kuku-kukunya yang tajam mengarah kearah Clay.
"Bagaimana bisa kau tahu keberadaanku?" ucap Clay
Clay terlihat kagum dengan kecepatan Shine menemukan mereka berdua, padahal sebelumnya ia pergi untuk membereskan pekerjaannya di gereja, namun ia telah berada di sini.
"Aku mengingat jelas bau kalian berdua," jawab Shine
Shine belum menghilangkan kuku-kuku tajamnya, ia sekilas menatap Rachel yang terlihat tidak terluka sama sekali.
"Ingat … kau itu serigala, bukan seekor anjing pemburu." Kesal Clay
Entah harus berterimakasih atau merasa tersindir atas perkataan Clay yang mengingatkan jati diri Shine.
"Aku sudah mengingatkanmu … jangan percaya dengan dirinya, jelas dia tahu persis dimana letak jantung."
Shine belum menyelesaikan perkataannya namun langsung dipotong oleh Clay
"Kami berdua mengetahuinya dengan jelas, karena kami berdua sudah biasa menariknya langsung pada tempatnya," senyum Clay
Ia sengaja mengatakan itu, agar dapat menyeret Shine dalam imajinasi si wanita. Ia tidak ingin terlihat seram sendirian.
Rachel menelan ludahnya, sebenarnya … tidak ada kata aman untuk berada disisi mereka berdua.