Chereads / Jodoh Untuk Risa / Chapter 3 - Rencana Pertemuan

Chapter 3 - Rencana Pertemuan

Tetapi sifat penakutnya ini sedikit berkurang semenjak Risa merantau ke kota. Perlahan dirinya mulai berani tidur sendiri, dan semua hal dilakukannya sendiri. Saat di kampung sifat penakutnya sangat menyusahkan kedua orangtuanya, seperti ibunya selalu menemani Risa saat ingin ke kamar mandi di malam hari, terkadang juga dirinya meminta ayahnya yang menemaninya jika ibunya sudah tidur.

Sebenarnya apa yang ditakutkannya? Apakah ia takut pada makhluk tak kasat mata? Nampaknya ia memang takut dengan makhluk itu sampai-sampai teman-temannya juga mengetahui sifatnya ini.

Terkadang disekolah Risa justru menjadi bahan ejekan teman-temannya yang selalu berkata dirinya seorang penakut.

"Tinggalin aja Risa di kelas sendirian pasti dia ketakutan."

"HAHAHAHAH."

Sebagian siswa justru ikut tertawa mendengar perkataan itu. Berkedok bercanda tetapi justru menyakiti hati orang lain. Risa sebenarnya tidak terlalu memikirkannya, karena hal yang mereka katakan memanglah suatu kebenaran. Tetapi apakah itu adalah suatu lelucon? Jika bisa memilih, ia pun tidak ingin memiliki sifat penakut ini. Sifat ini sangat menyusahkannya bahkan orang-orang terdekatnya terkadang dibuat repot olehnya.

***

Hari sudah beranjak pagi, dering alarm telah membangunkan gadis yang bernama Risa. Ia mencoba membuka matanya dan berusaha mengumpulkan seluruh tenaga untuk beranjak dari tempat tidurnya. Setelah semua tenaga terkumpul, ia bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai mandi, Risa membuka handphonenya sejenak untuk sekedar melihat jadwal mengajarnya hari ini. Dan ternyata ia memiliki jam mengajar di pagi hari. Ia pun bergegas berganti pakaian. Setelah berganti pakaian, ia melangkahkan kaki keluar dari kamarnya dan menuju meja makan untuk sarapan.

Kamar Risa memang berada di lantai dua, sehingga setiap hari dirinya selalu menaiki dan menuruni tangga. Baginya ini merupakan sebuah olahraga karena kesibukannya yang membuat dirinya tidak mempunyai waktu untuk berolahraga. Padahal olahraga penting bagi tubuh seseorang diantaranya dengan olahraga dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi oksigen tubuh, menjaga berat badan tetap ideal, mengurangi stress, meningkatkan kadar kolestrol baik dan masih banyak lagi.

Saat menuruni tangga, Risa melihat ibunya sedang menyiapkan sarapan. Ia pun segera menghampiri ibunya dan bersiap untuk menikmati makanan yang dibuat oleh ibunya.

"Ayo nak makan," ajak Kirana.

"Iya Bu," jawab Risa.

Risa dan kedua orang tuanya menikmati sarapan yang dibuat oleh Kirana. Kirana memang tidak pernah gagal dalam membuat makanan. Semua masakan buatan Kirana pasti disukai oleh Risa dan Wijaya. Setelah selesai menyantap makanannya, Risa pun berpamitan untuk pergi mengajar.

"Ibu, ayah Risa berangkat ya," ucap Risa.

"Iya nak," jawab Wijaya dan Kirana.

Setelah berpamitan, Risa pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah dan menuju mobilnya. Rutinitas setiap harinya adalah pergi mengajar di kampusnya. Sebagai seorang dosen, ia selalu berusaha untuk memberikan pengajaran yang terbaik sehingga mahasiswa mengerti terhadap apa yang ia jelaskan. Tanggung jawab ini sangatlah besar, ia tidak ingin hanya sekedar menikmati gaji buta.

Sesampainya di kampus, Risa segera menuju ruangannya. Usianya masih sangat muda, dan memiliki karier yang bagus adalah impian semua wanita. Saat ini ia lebih fokus untuk mengejar karirnya saja, ia belum memiliki rencana untuk menikah. Tetapi berbeda dengan kedua orang tuanya yang selalu mendesak agar dirinya segera menikah.

Ada perasaan bersalah jika dirinya tidak menuruti keinginan orang tuanya tetapi apakah mencari pasangan semudah membalikkan telapak tangan? Jika semudah itu pastinya ia sudah menikah sedari dulu. Tetapi kenyataannya berbeda, mencari pasangan adalah hal yang sulit. Bukan hanya menyatukan dua insan yang berbeda tetapi pernikahan harus menyatukan dua keluarga besar yang berbeda.

Ada rasa cemas dalam hatinya jika tak kunjung menikah, mengingat kedua orang tuanya yang semakin hari semakin menua. Risa pun menyadari hal itu tetapi apakah semuanya akan berjalan dengan lancar? Apakah keinginan kedua orang tuanya dapat segera ia penuhi? Mengingat ada luka yang sangat besar yang masih tertanam dalam hatinya, dan sangat sulit untuk dihilangkan.

Risa pun sudah sering mendapat banyak nasihat baik dari keluarga maupun dari teman-temannya, namun semua itu tidak bisa menghilangkan luka yang sudah terlanjur menggores seluruh bagian dalam hatinya. Bahkan untuk memulai saja, dirinya sangat takut.

"Selamat pagi Bu."

Lamunan Risa tiba-tiba buyar tatkala seorang mahasiswa menyapanya, ia tidak sadar jika dirinya sekarang berada di kerumunan mahasiswa.

"Selamat pagi."

Di kampus, Risa terkenal sebagai dosen yang sangat ramah dan terkesan tidak menyulitkan mahasiswanya. Selain itu, dirinya tidak pernah membeda-bedakan mahasiswanya, semua mahasiswa di anggap sama. Ia sangat tidak suka jika seorang dosen terkesan pilih kasih kepada salah satu mahasiswa dan mengabaikan yang lain.

Sesampainya di ruangan, Risa segera mengeluarkan laptopnya dan menyiapkan materi yang akan diberikannya. Hari ini ia mengajar di beberapa kelas, ia harus menyiapkan tenaga ekstra karena hari ini cukup padat. Setelah semua materi telah disiapkan, Ia pun segera menuju kelas.

Satu kelas telah selesai, Risa masih harus mengajar 3 kelas lagi dan dalam waktu yang berurutan. Bila dibayangkan rasanya sungguh melelahkan. Tetapi ternyata setelah dilewati lelah yang dialaminya justru membuat dirinya bahagia. Ia bahagia karena lelahnya dapat bermanfaat dalam kebaikan.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, dan jam mengajarnya telah selesai. Risa ingat bahwa hari ini dirinya menjadi pembicara di sebuah seminar online. Masih ada waktu setengah jam lagi untuk dirinya bersiap-siap. Ia mulai menyiapkan materi yang sudah disusunnya tadi malam, merapikan pakaiannya dan mengisi perutnya yang lapar.

Kerjaan yang padat membuat Risa terkadang melupakan makan, namun ia sadar hal tersebut tidak boleh terjadi. Ia harus menjaga kesehatannya sehingga dirinya harus tetap menyempatkan untuk makan walaupun sekedar makan roti dan segelas susu.

Setelah semua selesai dan jam pun sudah menunjukkan pukul 14.30, Risa bersiap untuk masuk ke ruang seminar online. Kali ini seminar yang bertemakan "Ciptakan Insan Kesehatan Masyarakat Berdaya Saing Unggul Dan Berkompeten Guna Mencapai Kinerja Yang Optimal."

Risa sebagai salah satu narasumber dan juga merupakan dosen di fakultas kesehatan masyarakat. Seminar online ini memang sesuai dengan pendidikan yang ditempuh Risa, sehingga tak salah jika dirinya dipilih menjadi narasumber. Selain itu Risa juga sering menjadi pembicara baik seminar online maupun offline. Sehingga dirinya sudah terbiasa dan tidak merasa kesulitan lagi jika diberi tugas menjadi pembicara.

Seminar online ini berjalan dengan lancar dan semua materi telah disampaikan dengan baik. Risa pun bernapas lega karena semua pekerjaannya hari ini sudah selesai, dan dirinya sudah bisa pulang ke rumah dengan tenang. Setelah seminar tersebut selesai, ia pun segera merapikan barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pulang ke rumah.