Chereads / Jodoh Untuk Risa / Chapter 4 - Pertemuan

Chapter 4 - Pertemuan

"Akhirnya bisa pulang," ucapnya dalam hati.

Risa sudah berada di mobilnya, ia segera melajukan mobilnya menuju rumah. Ia sudah sangat lelah, dan ingin sekali beristirahat. Parahnya sore ini ia terjebak macet yang seharusnya waktu yang ditempuh dari kampus menuju rumah hanya membutuhkan waktu 30 menit, kini karena macet membutuhkan waktu 60 menit.

Rasa kesal memenuhi dirinya saat ini, lelah bekerja ditambah dengan kemacetan kota yang membuatnya lebih lama sampai di rumah. Risa segera keluar dari mobilnya dan dengan cepat melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Hari sudah semakin gelap, ia melihat jam di pergelangan tangannya, dan saat ini sudah menunjukkan pukul 18.30.

"Sungguh hari yang sangat melelahkan," batinnya.

Sesampainya di dalam rumah, Risa melihat kedua orang tuanya sedang duduk di ruang tamu. Mereka seperti sedang menunggu kedatangan seseorang. Dan benar saja saat dirinya sudah berada di hadapan mereka, senyum sumringah menghiasi wajah keduanya.

"Kenapa?" tanya Risa. Pertanyaan ini spontan saja keluar dari bibir cantiknya. Pasalnya hal ini tidak biasa dilakukan kedua orang tuanya. Kirana berjalan mendekati putrinya dan seolah ingin berbicara suatu hal yang sangat penting.

"Nak, cepat mandi ya nanti ada yang mau datang," ucap Kirana.

"Siapa?" tanya Risa.

"Kalau tamu yang nggak penting, Risa nggak usah turun, Risa capek," ucapnya.

Mendengar ucapan putrinya, Kirana berusaha untuk meyakinkan agar Risa mau menemui tamu yang sebentar lagi akan sampai di rumah mereka.

"Ayolah nak, sekali ini saja," pinta Kirana.

"Risa capek Bu, mau istirahat." Risa tetap kekeuh dengan pilihannya, ia benar-benar lelah hari ini dan sangat membutuhkan istirahat.

"Tamu ini penting sekali nak, tolong sekali ini saja," ucap Wijaya. Kini ayahnya yang turun tangan membujuk putrinya. Kedua orang tuanya berharap Risa dapat menuruti keinginan mereka kali ini.

"Ya sudah kalau begitu, Risa mau mandi dulu," ucapnya.

Kirana dan Wijaya dapat bernapas lega setelah mendengar jawaban dari putri semata wayangnya itu.

"Iya nak, dandan yang cantik ya," ucap Kirana.

Risa pun berlalu begitu saja meninggalkan kedua orangtuanya tanpa menjawab ucapan dari ibunya.

"Mengapa ibu dan ayah begitu memaksa, memang siapakah yang akan datang?" tanyanya dalam hati.

Risa pun dengan berat hati menuruti keinginan kedua orangtuanya, ia bergegas menuju kamarnya dan bersiap untuk mandi. Tak butuh waktu lama bagi dirinya untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi, ia pun segera memilih pakaian yang akan dikenakannya untuk menemui tamu rahasia itu.

Risa sangat bingung harus memakai pakaian apa, ia pun memilih secara acak pakaian yang ada di lemarinya dan langsung memakainya dengan cepat. Setelah mengenakan pakaiannya, ia pun segera memakai make up tipis.

"Tinggal lipstik."

Tahapan terakhir dari makeupnya adalah memakai lipstik. Risa pun memilih lipstik dengan warna yang natural. Ia tidak ingin terkesan berlebihan dan menor. Apalagi ia tidak tahu siapakah tamu yang akan datang ke rumahnya. Ia tidak ingin terlihat berlebihan di hadapan tamunya.

TOK TOK TOK

Saat tengah memakai lipstik, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari seseorang di luar kamarnya.

"Masuk," ucap Risa.

Tak lama kemudian, Risa mendengar suara gagang pintu yang perlahan terbuka. Ia pun menoleh ke arah pintu dan melihat siapakah yang datang menemuinya.

"Ibu?" Ternyata seseorang yang mengetuk pintu kamarnya adalah ibunya.

"Sudah siap nak?" tanya Kirana.

"Sudah," jawab Risa singkat.

"Cantik sekali anak ibu," puji Kirana.

Risa hanya tersenyum mendengar pujian dari ibunya itu. Ibunya memang sering memuji dirinya sehingga ia tidak merasa heran jika pujian itu selalu datang dari ibunya.

"Ayo nak turun," ajak Kirana..

"Apa tamunya sudah datang Bu?" tanya Risa.

"Sudah nak, ayo kita temui," ucap Kirana.

"Memang siapa tamunya Bu?" tanya Risa.

"Nanti kami akan tahu sendiri," jawab Kirana.

Risa bingung dengan ucapan ibunya itu. Ia benar-benar penasaran dengan tamu yang datang ke rumahnya. Apakah tamu itu begitu penting buatnya?

Risa pun mengikuti langkah kaki ibunya yang sudah berjalan keluar kamarnya. Saat menuruni tangga, ia melihat beberapa orang sudah duduk di sofa yang berada di ruang tamu rumahnya.

Risa mengamati dengan seksama siapakah tamu yang tengah duduk di sana. Ia melihat tiga orang yang datang ke rumahnya, terdiri dari dua orang pria dan satu orang wanita.

Namun, hingga dirinya berada di bawah tangga dan sudah berjalan menuju tamu tersebut, ia masih tidak mengenali mereka.

"Wah cantik sekali."

Risa menoleh ke arah suara yang sepertinya memuji dirinya. Ternyata pujian itu datang dari seorang wanita paruh baya. Setelah diamati, nampaknya wanita itu memiliki usia yang tak jauh berbeda dari kedua orangtuanya.

Risa pun melempar senyum ke arah wanita paruh baya itu. Saat melempar senyum, ia tak sengaja melihat dua orang pria. Seorang pria paruh baya, dan seorang pria muda yang usianya mungkin tidak jauh berbeda dengannya.

Risa mulai mencoba menerka tujuan dari sang tamu. Tetapi ia berusaha untuk berpikir positif, mungkin saja dugaannya salah.

Risa dan Kirana sudah duduk di sofa yang letaknya berhadapan dengan dua orang pria dan seorang wanita itu.

"Sudah besar ya sekarang anak-anak kita," ucap Kirana.

Risa menoleh ke arah ibunya dan berusaha mencari jawaban atas semua pertanyaan yang ada di otaknya.

"Iya nggak nyangka ya, dulu masih kecil semua," ucap wanita paruh baya itu.

Risa mengamati seorang pria muda yang berada di samping wanita paruh baya itu. Ia melihat pria muda itu tampak menunduk kan kepalanya dan seolah tidak tertarik dengan pertemuan ini. Sama halnya dengan dirinya yang juga tidak tertarik dengan pertemuan malam ini.

"Nak, tau nggak siapa yang ada di depanmu itu?" tanya Kirana.

Risa kembali menatap pria muda itu dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan ibunya itu.

1 detik

2 detik

3 detik

Risa menggelengkan kepalanya sebagai pertanda bahwa dirinya benar-benar tidak mengenali pria di hadapannya itu.

"Kamu gimana, masih ingat nggak sama dia?" tanya wanita paruh baya itu. Kali ini pertanyaan yang sama ditujukan kepada pria muda itu.

Namun, berbeda dengan Risa yang berpikir sejenak dan berusaha mengingat. Pria muda itu dengan cepat menggelengkan kepalanya dan tak sedikitpun terlihat menatap wanita di hadapannya itu.

"Wah ternyata mereka sudah lupa ya," ucap Kirana.

"Wajar mereka sudah lama tidak bertemu," ucap pria paruh baya itu.

"Iya wajar saja," ucap Wijaya.

"Sepertinya mereka butuh waktu untuk berdua dulu," ucap Kirana.

"Iya benar sekali, mereka harus mengenal satu sama lain dulu," tambah wanita paruh baya.

"Iya Ran, mereka butuh waktu," ucap Kirana.