____________________________________Tahun 2000
Untuk pertama kalinya aku jatuh hati kepada seorang gadis.Dia adalah cinta pertamaku dan ku harap menjadi cinta terakhirku.
Namaku Yusuf Muhammad Rahman.Tahun ini aku genap berusia 25 tahun.Masa sekolah aku lewati tanpa mengenal kisah cinta.Fokusku hanya pada kegiatan belajar saja.Meskipun aku lumayan populer saat itu,banyak cinta yang mendekat aku tolak dengan sopan.
Ayah dan ibuku sepasang pengusaha sukses di Makassar.Dari kecil aku tidak perlu disusahkan dengan urusan materi.Semua sudah tersedia dan berlebih.Aku memiliki dua orang kakak laki-laki,mereka berdua adalah dokter spesialis saat ini.
Aku kuliah kedokteran di Universitas Indonesia dan lulus dengan nilai memuaskan di usiaku yang baru 21 tahun.Aku menjalani masa co ass yang baik di banyak rumah sakit ternama.Hingga kemudian aku menjadi dokter tetap di rumah sakit milik ayahku di Makassar.
Aku tentu ingin mengambil spesialis.Aku tertarik untuk menjadi dokter spesialis kandungan.Pilihanku ini ditentang oleh kedua orang tuaku karena bagi mereka laki-laki tidak cocok untuk membantu proses persalinan.
"Pilihlah spesialis ahli dalam."saran ayahku.
"Aku tidak tertarik."jawabku.
"Atau spesialis jantung?"tanya ibuku.
"Aku juga tidak tertarik."jawabku.
"Ayah dan ibu tidak bisa membiayaimu jika kau harus memilih spesialis kandungan."kata ayahku.
Tabungan ku belum banyak untuk bisa kuliah spesialis dengan menggunakan biaya sendiri.Lagipula aku mau mengambil kuliah spesialis di Jepang sehingga untuk itu butuh biaya yang tidak kecil.
Kecewa karena tidak mendapat dukungan orang tua,aku memutuskan untuk bekerja di luar rumah sakit milik ayah.Aku mau membuktikan kepada mereka kalau aku mampu hidup tanpa bantuan mereka sama sekali.
Dan
Aku pun tiba disini.Di Sukajaya aku bekerja di sebuah PUSKESMAS kecil dengan alat medis terbatas.Bukan hanya alat medis yang serba terbatas,tenaga medis yang bekerja juga sangat sedikit.Terbiasa bekerja di rumah sakit besar membuatku merasa tertantang dengan semua ini.Sebagai satu-satunya dokter disitu aku menunjukkan keteladanan yang baik kepada semua staf PUSKESMAS yang ada disitu.
Dan
Di Sukajaya ini aku bertemu Maura.
Pertama melihatnya aku sama sekali belum tertarik kepadanya.Bagiku dia adalah adik kecil yang baru berusia 15 tahun.Perbedaan usia kami adalah 10 tahun.Dia lahir saat aku sudah duduk di bangku SD.Mana mungkin aku bisa jatuh cinta kepada anak-anak?.
Namun
Aku keliru.
Dia yang kuanggap anak-anak itu sangat dewasa cara berpikirnya. Dia adalah gadis yang cerdas.Hidup jauh dari orang tua tidak membuatnya hidup seenaknya.Justru meski jauh dari ayah ibunya dia terus berjuang untuk membuat mereka bangga.
Suatu hari aku pernah sakit demam. Dokter juga bisa sakit,tapi jika dokter sakit siapa yang bisa merawatnya?.Maura adalah salah satu "dokter"yang merawatku saat aku terbaring lemah tidak berdaya di dalam kamar kosku.Dia mengopresku,menyiapkan obat untukku dan bahkan menyiapkan dengan bubur buatannya.
Tasnim,Idris, Ilyas,Evy,dan Maura adalah anak-anak yang baik. Saat aku sakit mereka bergantian merawatku.Dan entah mengapa sejak saat itu aku hanya ingin dirawat oleh Maura saja.Hingga akhirnya aku sempat berpura-pura sakit setelah sudah sembuh hanya agar bisa dirawat oleh Maura.
"Sakit demam kok bisa sampai dua minggu. Apa itu normal dok?"tanya Maura saat itu.
"Ya."jawabku.Padahal demamku sudah sembuh dari 7 hari yang lalu.
Hm....
Banyak cara yang aku lakukan agar bisa terus berada di dekatnya.Ini adalah cinta pertama dan rasanya sangat indah dan begitu menyenangkan.
Aku bahkan pernah menawarkannya untuk mengantarnya ke sekolah.Aku punya sepeda motor sejak pindah di Desa Sukajaya.Namun Maura menolak karena dia dan semua sepupunya selalu ke sekolah dengan berjalan kaki.
Namun aku berhasil "menculik" nya di suatu hari yang indah.Aku tahu dia pergi les sore melalui Evy.Evy adalah sumber terpercaya karena dia adalah teman sekamar Maura.Aku kemudian mengendarai sepeda motorku menuju ke sekolahnya.Aku sabar menunggunya di depan pintu gerbang.Beberapa orang yang lewat menyangka aku adalah tukang ojeg.Bahkan ada yang menawarkan diri untuk diantar namun aku dengan halus menolak permintaan mereka dengan menyatakan bahwa aku adalah seorang dokter bukan tukang ojeg.
Hujan sempat turun disaat penantianku itu.Aku berteduh di bawah atap pintu gerbang.Aneh juga kenapa aku memilih datang cepat ke sekolah ini,padahal aku bisa menunggunya sampai jam lima untuk datang menjemputnya.Apakah ini disebabkan oleh rasa rindu yang sudah menggunung?
Hujan reda dan dia belum keluar.Aku memutuskan tetap menunggunya.Menunggunya di jarak sedekat ini lebih aku sukai daripada harus menunggunya di jarak yang lumayan jauh seperti di rumah kakeknya.
Maura akhirnya tepat di pukul lima sore selesai les.Dia terkejut melihatku sudah menunggunya di depan pintu gerbang.
"Pak dokter tidak ke PUSKESMAS?"tanya Maura kepadaku begitu kami sudah berhadapan.
"Saya baru dari PUSKESMAS tadi dan terpikir untuk menjemputmu."jawabku."Kebetulan satu jalur."
Padahal faktanya aku dari rumah kakeknya dan langsung menunggunya selama nyaris dua jam.PUSKESMAS hanya sempat aku sambangi saat pagi sampai jam 2 siang saja.
"Ayo,kita pulang."ajakku.
Maura mengangguk.
Aku pun memboncengnya.Ia kini tepat duduk di belakangku.Hatiku berbunga-bunga.Saat ini lebih menyenangkan dibanding ketika aku dulu berhasil menyelamatkan nyawa pasienku.Saat ini seolah dunia hanya milik berdua dan orang lain hanya mengontrak saja.
Aku memperlambat laju motorku.Aku ingin tiba terlambat di tempat tujuan.Semoga tak ada pasien yang datang berobat hari ini di PUSKESMAS.Semoga hari ini semua orang selalu sehat sehingga aku bisa menikmati keindahan ini lebih lama.
Gadis di belakangku ini,aku begitu mencintainya.Aku siap mendukungnya untuk meraih apapun yang dia inginkan.
"Ini kan bukan jalur ke rumah kakek."kata Maura.
Ya Allah,aku sampai salah jalur.Ini bukan jalur ke rumah kakeknya tapi merupakan jalur ke pantai.Aku mendadak mendapat ide.
"Kita ke pantai,yuk."ajakku."Matahari senja pasti bagus untuk kita saksikan."
"Tapi..."kata Maura.
"Sudahlah...hanya sebentar kok."kataku.
Maura diam saja.Aku kini mempercepat laju motorku agar kami lekas tiba di pantai.Kami sekarang tiba di pantai.Maura turun dari motor dan aku memarkir motor pada tempatnya.Setelah itu kami berdua berjalan mendekati air laut.Matahari senja mulai menampakkan dirinya.
Di saat seperti ini aku sangat ingin bisa menggenggam tangannya.Maura tersenyum melihat matahari senja itu.Senyuman itu indah sekali.
Surat cinta yang kuberikan tak kunjung mendapat balasan.Apakah Maura juga mencintaiku?
________________________________________Tahun 2020
Malam ini aku dan suamiku tidur bersama Agadaud dan Ainuh.Kami biasa melakukan ini setiap sekali dalam seminggu.Agadaud dan Ainuh sudah terlelap.Aku dan suamiku bersyukur dikaruniai anak-anak yang baik seperti mereka.
"Maura."kata suamiku.
Kami bercakap sambil berbaring.Aku memeluk Agadaud dan dia memeluk Ainuh.Kedua permata hati kami itu berbaring di antara kami berdua.
"Kenapa dulu kau tidak pernah membalas suratku?"tanya suamiku.
Pertanyaan itu sering sekali dia tanyakan sejak kami menikah hingga kini.Dan aku senang melihatnya selalu penasaran dan kerap bertanya.
"Surat diterima bukan berarti harus dibalas."jawabku."Kadang surat hanya layak untuk dibaca saja."
Suamiku tersenyum.
"Lagipula kita kan sudah menikah,apa kita berkirim-kirim surat saja sekarang?"tanyaku.
"Pemborosan kertas."jawab suamiku.
Kami berdua tersenyum.Suamiku pernah berkata kepadaku bahwa menikah denganku adalah sebuah anugerah terindah untuk hidupnya di dunia dan akhirat.
.................