_____________________Tahun 2000
Jatuh cinta.
Dua kata yang sering terdengar dan jika dialami semua menjadi begitu indah.
Dan aku sedang mengalaminya saat ini.
Namaku Ayub Khalid Rahman.Aku berusia 24 tahun.Aku adalah warga asli Sukajaya.Aku memiliki 3 orang kakak dan 2 orang adik.Sejak berusia 17 tahun aku sudah mulai hidup mandiri.Aku kini sudah memiliki toko yang lumayan besar di pasar dan memiliki beberapa orang karyawan.
Aku memilih kos di rumah kakek karena di rumah orang tuaku aku tidak bisa hidup akur dengan iparku.Bagiku dia adalah wanita yang terlalu egois.Aku juga sudah dalam proses mendirikan rumah.Di tahun 2001 rumahku akan jadi.Dan aku berharap saat pindah nanti aku sudah membawa serta gadis pujaanku ke rumah itu.Dia akan menjadi pemilik sah rumah tersebut.
Mauraku
Cintaku
Hidupku
Dia adalah cahaya dalam hidupku.Aku tak pandai merangkai banyak kata untuknya.Aku hanya bisa memberi bukti nyata bahwa aku begitu mencintainya.
Hari ini kedua orang tuaku datang berkunjung ke rumah kakek.Jadwal seminggu diundur menjadi satu bulan karena kondisi kakek yang butuh perawatan pasca operasi.Seminggu yang lalu kakek sudah kembali ke rumah.Dan hari ini kakek dan nenek sudah duduk di hadapan kedua orang tuaku.
Maura juga sudah duduk tepat di sampingku.Hanya kami berenam saja di ruang tamu ini.Kami semua sangat penasaran saat ini dengan jawaban Maura.
"Aku merasa terhormat menerima lamaran dari Ayub.Ayub adalah pemuda yang luar biasa.Di usia muda dia sudah memiliki toko sendiri dan sebentar lagi akan punya rumah.Anak muda seperti kami butuh mencontoh semangatnya."kata Maura kepada kami semua.
Pujian itu tulus.Maura mengucapkannya dengan begitu baik dan mampu menyentug hati kami semua.
"Dengan berat saya mengatakan harus menolak lamaran Ayub."kata Maura sopan.
Ini musibah bagiku.
Duniaku hancur.
Airmataku jatuh setitik.
"Aku masih muda untuk memikirkan sebuah pernikahan.Aku masih ingin fokus sekolah,kuliah,berkarir lalu menikah.Ada baiknya Kak Ayub mencari wanita lain yang jauh lebih siap dibanding aku."kata Maura lagi.
Aku menghapus airmataku.
Namun hatiku masih sakit.
Ini seperti petir di siang bolong.
"Aku yakin Kak Ayub yang begitu sempurna pasti bisa menemukan jodoh terbaiknya."kata Maura lembut.
"Baiklah kalau itu keputusan Maura.Kami menerima jawaban Maura dengan hati lapang."kata Ibu Feni dengan senyuman.
"Kami harap Maura bisa sukses dalam karir."kata Pak Ardi.
"Jangan sungkan-sungkan untuk ke rumah.Silaturahmi kita harus tetap terjalin."kata Ibu Feni tulus.
Maura mengangguk.
Aku diam saja.
Esoknya aku sudah berkemas saat Maura dan para sepupunya sudah berada di sekolah.Anak-anak kos lainnya juga juga sedang tidak ada di rumah.Hanya kakek dan nenek yang melihatku berkemas.
"Mau kemana?"tanya kakek kepadaku.
"Entahlah."jawabku."Aku mau pindah,kek."
"Kemana?"tanya nenek penasaran.
"Entahlah....."jawabku lagi.
Aku sudah selesai berkemas.Aku memindahkan barang-barangku ke dalam mobilku.Kakek dan nenek terus memperhatikanku.
"Apa karena Maura kamu pindah?"tanya kakek menebak.
Aku mengangguk.
"Kami mengerti perasaanmu."kata nenek prihatin."Apa daya cinta memang tidak bisa dipaksakan."
Aku mencium tangan kakek dan nenek sebelum pergi.Nenek memberiku lima toples kue nastar buatannya untukku.Kakek tidak mau menerima bayaran uang kos terakhirku.Mereka berdua memelukku erat sebelum aku pergi.
"Tetap ingat sampai kapanpun kamu sudah kami anggap cucu.Jika kau mau kapanpun bisa kau kemari.Kami selalu siap menerimamu."kata kakek tulus.
"Jaga diri baik-baik.Kami akan selalu mendo'akanmu."kata nenek.
Aku tersenyum dan mengangguk mendengar penuturan mereka berdua.Aku memang sudah menganggap mereka sebagai kakek dan nenekku juga.Aku kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Aku mengemudikan mobilku menuju ke Sekarjaya.Aku ingin menenangkan dulu pikiranku di kota ini.Untuk sementara tokoku dikelola dulu oleh karyawan kepercayaanku.Perjalananku ke Sekarjaya kadang ditemani oleh linangan airmata dariku.Tak terhitung lagi aku berapa kali sudah menghapus airmataku sampai aku tiba di Sekarjaya.Di Sekarjaya aku menyewa sebuah kamar kos.
Selama di Sekarjaya aku berjalan-jalan ke tempat-tempat wisata untuk bisa melupakan Maura.Namun semakin aku berusaha untuk melupakannya,bayangan Maura semakin jelas menghiasi pelupuk mataku.Aku semakin merindukannya setelah aku menciptakan jarak fisik ini.
Menyakitkan bagiku karena aku menyadari bahwa sekuat apapun aku merindu Maura tetap dan pasti tidak sedang merasakan hal yang sama.Dalam tahajudku aku berdo'a agar Allah membantuku untuk melupakan Maura.
Mengapa aku tak bisa melupakan Maura?
Apakah cintaku terlalu kuat kepadanya?
Hingga suatu hari Allah mempertemukan aku dengan seorang gadis.Dia adalah tetangga kosku.Dia seorang mahasiswi kedokteran.
Nama gadis itu Kiara.
Kiara kos di kamar No.17.
Aku kos di kamar No.21.
Kamar kami berhadapan.
Kiara adalah teman yang baik.Kami bisa langsung akrab hanya dalam beberapa hari saja.Aku juga kemudian tahu kalau dia sudah memiliki kekasih.Hubunganku dengan Kiara hanya sebatas teman dan berkembang menjadi sahabat seiring berjalannya waktu.
Karena bergaul dengan mahasiswi kedokteran,mau tidak mau aku terbawa arus kehidupan mereka.Kiara adalah gadis cerdas dan gemar belajar.Kadang saat dia belajar aku ikut memperhatikan.Aku mulai paham beberapa istilah kedokteran gara-gara itu.Berjalan waktu aku mulai membaca serta mempelajarinya.Larut dalam buku membuatku sedikit melupakan kesedihan akibat ditolak menikah oleh Maura.
"Tahun depan aku mau kuliah."kataku kepada Kiara.
Sejak tamat SMA,aku tidak kuliah lantaran sudah keenakan menjalani bisnis.Kiara menyarankan aku untuk ikut banyak bimbingan belajar lantaran aku tamat SMA di tahun 1994.Enam tahun tidak kuliah setelah tamat SMA menurut Kiara itu terlalu beresiko bagiku untuk bisa masuk universitas.Aku menuruti saran Kiara.Aku mengikuti semua bimbingan belajar yang dia sarankan untukku.
Mengikuti bimbingan belajar rupaya sangat menyenangkan.Teman-temanku di tempat-tempat bimbingan belajar kebanyakan adalah anak-anak SMA yang seusia dengan Ilyas dan Evy.Mereka kadang heran dan bertanya mengapa aku yang sudah berusia 24 tahun ini baru ada niat untuk kuliah.
Bagiku menuntut ilmu tak pernah terlambat.Kapanpun kita mau maka kita harus menjalaninya.Niatku kuliah semata-mata untuk ilmu bukan untuk mendapatkan penghasilan besar kelak di kemudian hari.Bisnisku di Sukajaya sudah berkembang pesat,para karyawanku jujur dan amanah sehingga untuk membiayai hidupku aku tak terlalu kesusahan.
Tepat saat Ilyas dan Evy juga mendaftar kuliah maka aku pun juga mendaftar kuliah di Universitas Hasanuddin.Kiara juga kuliah di tempat itu.Saat ikut test aku memilih jurusan Komputer,Kedokteran,dan Fisika.Rupanya diantara ketiga jurusan itu aku memenuhi syarat untuk masuk ke Fakultas Kedokteran.
"Selamat"kata Kiara."Luar biasa"
Aku tersenyum.Aku tak menyangka bisa lulus test untuk Fakultas Kedokteran.Ini seperti mimpi.Menjadi junior Kiara adalah hal yang begitu mengejutkanku.
Aku pun menjadi anak kuliahan.Semua teman seangkatanku adalah anak-anak seusia Ilyas dan Evy.Aku mendapat julukan "paman" selama di kampus lantaran usiaku yang seharusnya sudah S2.
Belum lama masuk kuliah,aku memenangkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah kedokteran ku di Korea Selatan.Sebelum berangkat ke negeri gingseng aku menyempatkan diri untuk ke Sukajaya.Aku harus mendapat izin dari ayah dan ibuku sebelum aku kesana.
Sukajaya masih sama.
Dan aku rindu Maura.
Sedang apa gadis yang tak pernah pergi dari hatiku itu?
Dia pasti sekarang sudah duduk di bangku kelas 3 SMA.
Apa aku harus ke rumah kakek untuk menemuinya?
Aku kemudian melihat Evy yang kebetulan lewat di depan rumahku.Aku segera menghampirinya.
"Kak Ayub"kata Evy."lama tak jumpa"
"Iya.Kamu tidak kuliah?"tanyaku
"Aku kuliah"jawab Evy "Hanya sekarang lagi pulang liburan"
"Ini belum musim liburan"kataku
"Memang.Aku terpaksa pulang kampung dulu lantaran ayahku merampas uang kuliah yang mau dikirim kakek kepadaku.Daripada menganggur di Jakarta aku kemari dulu sekalian mencari uang untuk biaya kuliah.Aku ambil cuti 1 semester."kata Evy.
"Sabar,ya."kataku menghibur Evy.
Evy tersenyum.Aku menyodorkan uang kepada Evy tapi Evy menolaknya.Aku memaksa Evy untuk menerimanya,akhirnya Evy mau menerimanya.
"Terima kasih,Kak Ayub."kata Evy kepadaku.
"Sama-sama."jawabku.
"Allah pasti membalas semua kebaikan kakak."kata Evy.
Aku tersenyum.Aku ingin menanyakan Maura kepada Evy.Haruskah?.Hm.....Atau bagaimana,ya?.Aku jadi salah tingkah.
"Maura sehat,kak."kata Evy.
"Oh.....iya."kataku.
"Maura sudah punya kekasih,lho."kata Evy.
Aku langsung terbakar api cemburu.Aku berusaha menyembunyikan kekesalanku dari pandangan Evy.
"Dan Alvin juga sudah kuliah.Dia kuliah kedokteran di sebuah Universitas."kata Evy lagi.
Aku tak peduli Alvin mau kuliah dimana dan dia sedang ada dimana lantaran aku mendengar Maura sudah punya kekasih.
"Anak kos di rumah kakek tinggal Tirta dan dr.Yusuf."kata Evy.
Aku tak peduli tinggal siapa saja penghuni rumah kakek saat ini lantaran aku mendengar Maura sudah punya kekasih.
"Sekarang apa kegiatan Kak Ayub?"tanya Evy.
Aku tak mendengar pertanyaan itu lantaran masih terbakar api cemburu.
"Kak Ayub.Kak Ayub masih ada di bumi,kan?"tanya Evy.
Aku masih fokus dengan pikiranku.
"Kak Ayub!"seru Evy.
Barulah aku tersadar.
"Ya."jawabku.
"Kegiatan Kak Ayub apa sekarang?"tanya Evy.
"Aku kuliah."jawabku."Sebentar lagi aku akan ke luar negeri untuk kuliah."
"Wah...luar biasa."kata Evy.
"Kalau boleh tahu siapa kekasih Maura?"tanyaku.
________________________________________Tahun 2020
"dr.Rahman"
Dokter yang menangani Naira berkata kepada suamiku.Sudah kebiasaan banyak dokter yang mengenalnya untuk menyapanya dengan nama belakangnya.
"Ya."jawab suamiku.
"Sebuah kehormatan bagi kami kedatangan dokter hebat seperti anda."kata dokter itu.Dokter itu bernama dokter Maya.
"Hebat apanya.Saya hanya butiran debu."kata suamiku.
"Kalau aku selesai menangani ipar isteri anda saya minta traktiran."kata dr.Maya.
"Siap."kata suamiku.
Tasnim,Idris,dan suamiku keluar dari ruangan bersalin saat Naira sudah berbaring di ranjang.Aku,Evy,dan Ilyas menemani Naira.
Ilyas duduk di samping kepala Naira dan mengusapnya.Aku dan Evy duduk di dekat Ilyas mencoba menguatkan Naira.Dokter Maya dan dua orang bidan menemani kami di ruang bersalin itu.
Naira berjuang.Perjuangan seorang ibu untuk melahirkan anaknya memang sangat luar biasa.Hidup jadi taruhannya.Tasnim,Idris,dan suamiku deg-deg an menunggu di depan pintu ruang bersalin yang tertutup.
Seorang anak tidak berhak berbuat kasar kepada ibunya.Itu tidak bisa.Perjuangan seorang ibu tidak bisa dibayar dengan apapun juga.Naira meneteskan airmatanya,rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya.Ilyas dengan sabar mendampingi Naira.
Pasangan putus nyambung terbanyak versi VITAMIN ini akhirnya menikah di tahun 2012.Sebelum menikah mereka melewati masa putus sebanyak 60 kali dan nyambung sebanyak 61 kali.Member VITAMIN lainnya adalah saksi perjalanan cinta yang unik dan penuh warna ini.
Sejak menikah di tahun 2012,Naira dan Ilyas sempat dikaruniai anak pada tahun 2014,namun bayi mungil itu meninggal dunia di tahun 2015.Sedih sudah pasti,namun ikhlas adalah jawabannya.Pasangan ini kembali dikaruniai anak di tahun 2017,namun di tahun 2018 anak tersebut juga harus meninggal dunia.Kehilangan untuk kedua kalinya tentu membuat mereka bersedih namun Allah adalah alasan bagi Naira dan Ilyas untuk kuat.Member VITAMIN lainnya juga menguatkan mereka kala itu.
Bayi ketiga yang dinanti-nanti ini apakah akan lahir dengan selamat dan mengobati kerinduan ayah dan ibunya akan kehadiran sang anak?.
................