Chereads / NOSTALGIA 2000 / Chapter 18 - BAB 18 . MENIKAH MUDA?

Chapter 18 - BAB 18 . MENIKAH MUDA?

___________________________________Tahun 2001

Maura dan Ayub telah resmi menjadi sepasang kekasih.Dari pantai,Ayub tidak langsung membawa Maura pulang ke rumah.Ayub mengajak Maura untuk makan cemilan di warung yang ada di pinggir pelabuhan.

Warung itu khusus menyediakan aneka cemilan seperti pisang goreng,ubi goreng,teh,kopi,susu,dan lain-lain.Ayub memesan pisang goreng 1 piring dan 2 gelas teh hangat.

Mereka duduk berhadapan.Ayub tersenyum.Maura pun tersenyum.Bunga-bunga cinta menghiasi hati mereka.Teh dan pisang goreng berubah fungsi dari makanan seperti menjadi aksesoris semata saja.Tak ada yang menyentuh pisang goreng dan teh tersebut.

Alunan musik di warung itu sesuai dengan isi hati keduanya saat ini.Ayub kemudian mengajak Maura untuk ke panggung kecil warung tersebut.Ayub hendak menyumbangkan lagu untuk Maura.

Suara Ayub begitu merdu.Pandangannya tak pernah beralih dari Maura yang saat ini berdiri di sampingnya.Maura mendengarkan lagu itu dan jadi tersentuh dibuatnya.

Ayub menyanyikan 2 lagu bertema cinta.Pengunjung yang hadir terpesona dengan penampilan Ayub.Mereka ingin Ayub terus menyanyi namun Ayub harus meminta maaf karena dia tidak bisa lagi menyanyi lantaran akan ke tempat lain lagi bersama Maura.

Dari warung itu,Ayub mengajak Maura berjalan-jalan lagi menuju ke taman desa.Sudah jam 5.15 sore.Pengunjung taman sudah lumayan banyak.Di taman ini suasana senja seperti ini sangat indah.Bunga-bunga yang wangi juga sangat membuat betah.

Ayub dan Maura duduk di kursi taman.Ada pohon besar di samping kursi.Aneka bunga indah tumbuh di sekitar kursi taman.

"Di Korea Kak Ayub mau tinggal dimana?"tanya Maura kepada Ayub.

"Ada asrama yang disiapkan penyelenggara beasiswa.Asramanya ada di dekat kampus."jawab Ayub.

"Apa Kak Ayub bisa pulang ke Indonesia sekali setahun?"tanya Maura.

"Insha Allah."jawab Ayub."Belum pergi saja,aku sudah merasakan rindu kepadamu."

"Aku juga."kata Maura.

"Aku akan sering mengirim surat."kata Ayub.

"Aku pasti rajin membalasnya."kata Maura.

"Hm....bagaimana kalau kita punya panggilan kesayangan?"tanya Ayub.

"Apa yang bagus?"tanya Maura.

"Ayra."jawab Ayub."Ayra adalah gabungan dari nama kita berdua."

"Baiklah,ayra."jawab Maura.

Ayub tersenyum mendengarnya.

"Selama aku pergi,ayraku harus rajin belajar dan menjadi juara 1."kata Ayub.

"Ayra ku juga harus rajin kuliah dan kelak bisa menjadi dokter yang baik hati."kata Maura.

Ayub mengangguk setuju.Tak ada istilah pegangan tangan atau melakukan hal-hal aneh dalam pertemuan ini karena keduanya meyakini bahwa hal-hal itu hanya bisa dilakukan jika keduanya sudah resmi menjadi sepasang suami isteri.

"Ayo,aku antar pulang.Sudah mau maghrib.Besok kita ketemuan lagi."kata Ayub.

"Jam berapa?"tanya Maura.

"Pulang sekolah aku jemput."jawab Ayub."Semua teman jalan kakimu sudah tamat semua."

"Oke."kata Maura senang.

Mereka berdua bangkit dari kursi taman.Mereka berjalan berdampingan.Ayub kemudian membukakan pintu mobil untuk Maura.Maura tersenyum dan masuk ke dalam mobil.Dia duduk di kursi depan.Ayub kemudian menutup pintu mobil rapat.Setelah itu Ayub menuju ke kursi kemudi.Dia mengemudikan mobil dengan kecepatan yang sangat lamban berharap mereka tidak lekas tiba di rumah kakek.Sepanjang perjalanan mereka mendengarkan musik yang diputar di dalam mobil sambil sesekali berbincang-bincang ringan membahas banyak hal.

Tiba di depan rumah kakek,Ayub turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Maura.Maura turun dari mobil dan melangkah bersama Ayub menuju ke rumah kakek.Rupanya kakek sedang bersiap-siap ke masjid.

"Ayub."

Kakek langsung memeluk Ayub begitu melihatnya.Ayub senang sekali bisa bertemu kembali dengan kakek.

"Mana nenek?"tanya Ayub setelah kakek melepaskan pelukannya.

"Nenek sedang berkunjung ke rumah keluarga."jawab kakek."Kemana saja kau selama ini?"

"Aku kuliah,kek."jawab Ayub."6 hari lagi aku akan ke luar negeri karena mendapat beasiswa untuk kuliah disana."

"Wah,hebat.Luar biasa."kata kakek."Apa kau sudah menikah?"

Ayub menggeleng.

"Sudah punya calon?"tanya kakek.

Ayub mengangguk.

"Siapa gadis beruntung itu?"tanya kakek.

"Maura."jawab Ayub sambil melirik Maura.

Kakek terkejut dengan kabar ini.Beliau kemudian tersenyum.

"Apa Maura mau jadi calon isterimu?"tanya kakek.

"Iya."jawab Ayub.

Kakek lebih setuju jika Maura menyukai dr.Yusuf namun sebagai kakek yang baik beliau menerima apapun keputusan Maura.Maura sudah dewasa dan bisa menetukan pilihan hidupnya sendiri.

"Kakek do'akan kalian bisa berjodoh."kata kakek tulus.

"Aamiin."kata Ayub.

"Baiklah.Kakek ke masjid dulu.Ayub tidak ke masjid?"tanya kakek.

"Tentu pergi.Laki-laki wajib shalat di masjid."jawab Ayub."Ayo,kita sama-sama ke masjid."

Kakek mengangguk gembira.Maura melepas kepergian mereka dengan hati bahagia.Kakek dan Ayub menuju ke masjid dengan menggunakan mobil yang dikemudikan oleh Ayub.

"Ayub."kata kakek ketika mobil sudah melaju.

"Iya,kek."kata Ayub.

"Jangan pernah sakiti Maura.Sayangi dia.Cintai dia dengan setulus hatimu."kata kakek.

"Insha Allah,kek."kata Ayub sungguh-sungguh.

"Kakek punya tiga anak kandung,tapi bagi kakek semua cucu kakek juga adalah anak."kata kakek."Kalau sampai kau menyakiti Maura,kakek tidak akan segan berlaku kasar kepadamu."

"Saya pasti selalu menyayangi Maura,kek."kata Ayub berjanji.

"Jika sudah menikah jangan pernah bermimpi untuk berselingkuh apalagi untuk mencari isteri kedua."kata kakek lagi.

"Siap,kek."kata Ayub.

Kakek tersenyum melihat kesungguhan Ayub.

.......

Ayub sudah menunggu Maura di depan pintu gerbang sekolah.Kali ini dia membawa sepeda motor.Yang ditunggu belum juga datang tapi yang menunggu sudah dihujani rindu yang sedemikian lebatnya.

Yang ditunggu kemudian datang juga.Maura tersenyum ketika melihat Ayub.Ayub pun demikian.

"Dapat nilai berapa?"tanya Ayub kepada Maura dengan tatapan penuh kasih.

"95."jawab Maura.

"Kenapa bukan 100?"tanya Ayub.

"Entahlah....soalnya terlalu rumit."jawab Maura.

"Tetap semangat,ya..."kata Ayub.

"Ya."kata Maura.

Maura kemudian membonceng di belakang Ayub.Sudah pukul 2 siang,matahari sudah tidak seterik saat jam 12 siang.Ayub mengendarai sepeda motor dengan hati berbunga-bunga.Motor bebek keluaran terbaru itu serasa bagaikan kuda putih yang ditunggangi oleh raja dan ratu.

Ayub tidak membawa Maura ke rumah kakek.Motor melaju ke arah yang berlawanan dengan arah menuju rumah kakek.

"Aku mau dibawa kemana?"tanya Maura.

"KUA"jawab Ayub.

Maura langsung cemberut.

"Ayub,aku belum mau menikah muda."kata Maura.

"Tapi,aku sudah tidak muda lagi."kata Ayub.

"Ayub....tolong berhenti.Aku mau putus kalau begini."kata Maura.

Ayub tidak berhenti mengemudikan motor,malah dia menambah kecepatannya.Maura seperti mau melompat saja dari atas motor.Mata Maura sudah berkaca-kaca.Menikah muda adalan hal yang paling ditakuti Maura dalam hidupnya saat ini.

Namun Ayub malah membawa Maura ke pantai.Pantai yang memiliki pasir putih yang begitu indah.Motor diparkir di tempat parkir yang disediakan.

"Aku tak akan pernah memaksamu menikah denganku."kata Ayub."Tadi,hanya bercanda,ayra."

Maura kemudian turun dari motor.Ayub juga.Ayub melihat Maura sedang menghapus airmatanya yang menetes,Ayub menyodorkan sapu tangannya kepada Maura.Maura menerima sapu tangan tersebut dan menghapus airmatanya dengan sapu tangan itu.

"Kenapa takut menikah muda,ayra?"tanya Ayub kepada Maura saat keduanya sudah duduk-duduk di atas pasir putih.Maura masih mengenakan seragam sekolahnya.Airmatanya sudah tidak ada lagi dan sapu tangan Ayub sudah dia letakkan di dalam tas sekolahnya.

"Menurutku menikah muda rentan dengan perceraian"kata Maura."Hal itu terjadi karena biasanya di usia muda seseorang belum terlalu pandai mengelola emosinya sedangkan dalam pernikahan hal itu sangat penting untuk dilakukan."

"Teorimu itu keliru."kata Ayub.

"Kok bisa?"tanya Maura.

"Justru dengan menikah muda seseorang bisa terbebas dari maksiat.Allah menghadirkan rezeki tak terhingga bagi mereka yang menikah.Menikah muda itu baik.Sangat baik."kata Ayub.

"Om Tedy menikah muda 2 kali dan 2 kali juga bercerai."kata Maura.

"Itu beda kasus."kata Ayub."Sebenarnya bukan menikah mudanya yang harus ditakuti,tapi yang harus diperhatikan adalah dengan siapa engkau akan menjalaninya."

Maura diam.Perutnya kemudian berbunyi.Benar saja,dia sudah lapar.Ini sudah jam makan siangnya.Ayub tersenyum mendengar bunyi kriuk-kriuk di perut Maura,dia kemudian bangkit dan berlari mendekati motornya.Ayub rupanya meletakkan kotak bekal di dalam bagasi motornya.Dia kemudian mengambil kotak bekal itu,menutup bagasi motor dan berlari kembali menuju tempat dimana tadi dia bersama Maura.

Ayub kemudian menunjukkan kotak bekal itu kepada Maura.Setelah itu Ayub kembali duduk di samping Maura.Maura membuka kotak bekal itu.Isi kotak bekal itu adalah nasi goreng,2 potong ayam goreng,dan sayur kangkung yang ditumis.Di dalam kotak makan juga terdapat 2 gelas air mineral kemasan,2 buah sendok,dan tisu.

"Ayraku yang masak?"tanya Maura.

"Tentu saja."jawab Ayub.

Ayub dan Maura membaca do'a sebelum makan.Setelah itu Ayub kemudian menyuapi Maura.Kemudian gantian Maura yang menyuapi Ayub dengan menggunakan sendok yang tadi digunakan Ayub untuk menyuapinya.Satu sendok yang masih belum digunakan diabaikan begitu saja.Untuk pasangan ini hidup dengan satu sendok pun sudah terasa mewahnya.

"Enak,kan?"tanya Ayub percaya diri.Pertanyaan itu lebih terdengar seperti pernyataan.

Maura mengangguk.

"Aku janji kalau kita sudah menikah,satu bulan pernikahan aku yang memasak."kata Ayub.

"Dua bulan saja."kata Maura.

"Bisa.Tapi ada syaratnya."kata Ayub.

"Apa?"tanya Maura.

"Kita menikah ba'da Ashar nanti."jawab Ayub.

Maura langsung cemberut.Ayub tersenyum menggodanya.Ayub kembali menyuapi Maura yang sudah tidak cemberut lagi.Sebuah suapan yang penuh kasih dan sayang.Tak terasa hidangan yang ada dalam kotak bekal sudah habis.Ayub dan Maura kemudian minum dalam satu gelas yang sama.Maura yang minum terlebih dahulu dan Ayub minum sesudahnya tepat di bekas tempat bibir Maura menyentuh gelas plastik tersebut.

Setelah itu Ayub merapikan tempat makan mereka.Maura ingin mengambil alih tapi Ayub melarangnya.Dia ingin memperlakukan Maura layaknya ratu untuk hari ini.Ayub tidak ingin menyebarkan sampah yang mencemari pantai,sisa gelas plastik,tisu,dan tulang-tulang ayam dia kumpulkan dan dia taruh di kotak makan kembali.Pantai ini masih sangat asri sehingga keindahannya adalah tanggung jawab semua yang datang ke pantai.

______________________________________Tahun 2020

Aku dan suamiku sudah berada kembali di rumah.Naira dan Ilyas juga sudah kembali di rumah mereka.Masa lockdown membuat kami tak bisa sering-sering menjenguk baby Visya.Kami hanya nisa video call an melalui aplikasi zoom saja saat ini.

Jumlah pasien corona semakin bertambah banyak.Hal itu mengundang keprihatinan yang dalam.Suamiku yang juga adalah seorang dokter hanya bisa mendo'akan rekan-rekan sesama dokternya yang bekerja saat ini agar selalu dalam lindungan Nya.

"Jika dulu aku mengambil spesialis yang ada kaitannya dengan pengobatan corona tentu saat ini aku pasti sudah panen pahala seperti rekan-rekanku sekarang yang sedang menangani pasien corona."kata suamiku.

"Mengapa dulu memilih spesialis kandungan?"tanyaku.

"Aku sangat menghormati sosok ibu.Mereka rela mengorbankan jiwa dan raga untuk bisa melahirkan anaknya.Bisa membantu dan menjadi bagian dari senyuman seorang ibu adalah impian dan cita-citaku."jawab suamiku.

"Terima kasih sudah menciptakan senyuman di bibirku,pak dokter."kataku sambil merangkul lengannya.

Suamiku memang adalah dokter yang menangani persalinanku.Aku melahirkan bukan di rumah sakit seperti kebanyakan orang.Jadwal melahirkanku selalu tidak sesuai dengan realita.Saat kelahiran Agadaud dokter spesialis kandungan tempatku biasa memeriksakan kandungan ku mengatakan bahwa anak laki-laki ku itu akan lahir di akhir bulan Desember.Aku yang senang traveling memilih berlibur ke Sukajaya terlebih dahulu sebelum melahirkan.Kami berangkat ke Jakarta tepat tanggal 1 November dengan menggunakan pesawat.Pesawat mendarat di bandara Kendari.Kami menginap di Kendari semalam.Esoknya kami ke Sukajaya.

Di tengah perjalanan yakni saat kami menempuh rute Kendari -- Sukajaya melalui jalur laut,aku tiba-tiba merasa ingin melahirkan.Hal itu tentu mengejutkanku dan suamiku.Suamiku segera memeriksa kondisiku dan benar saja aku sudah pembukaan 5.Di kapal yang membawa kami akhirnya suamiku segera menangani persalinanku.Saat kami tiba di Sukajaya aku sudah selesai melahirkan Agadaud.

Kelahiran Ainuh pun juga nyaris sama.Dokter Diana yang juga menjadi dokter kandungan tempatku selalu memeriksakan diri saat Agadaud masih dalam kandungan kembali memberi prediksi bahwa aku akan melahirkan di akhir bulan Maret.Pada kenyataannya aku malah melahirkan Ainuh di bulan Februari di tempat yang sama dimana aku melahirkan Agadaud.Dan suamiku kembali membantu persalinanku seperti saat aku melahirkan Agadaud.Ya.Kedua anakku lahir di tengah lautan di dalam kapal yang membawa kami dari Kendari ke Sukajaya.

Kesalahan prediksi dokter bukanlah karena kebodohan seorang dokter,secara medis aku memang akan melahirkan di waktu yang sudah diprediksi dokter.Namun seorang dokter,sepintar apapun dia,setinggi apapun prestasinya di bidang medis dia tetaplah manusia biasa.Allah adalah penentu segalanya.Allah berhak menentukan kapan dan dimana tepatnya aku melahirkan.

Dan Allah juga yang menjadikan aku berjodoh dengan suamiku meskipun dalam pandangan manusia tak ada tanda-tanda vital yang menunjukkan kami pantas berjodoh.

............