_____________________________________________Tahun 2002
Aku dan Ayub sudah berada di dalam kamar pengantin.Pintu sudah dikunci.Hanya ada kami berdua di dalam kamar yang begitu wangi itu.
"Isteriku"kata Ayub kepadaku.
"Iya"jawabku
Ayub kemudian mengajakku duduk di atas ranjang pengantin.Ayub duduk di sampingku.
"Mau cerai?"tanya Ayub kepadaku.
Aku menggeleng.
Aku tersenyum.
Ayub mengecup dahiku mesra.
Ini seperti mimpi.Aku kira semua ini tidak akan pernah terjadi dalam hidupku.
Ayub kemudian menggenggam tanganku dan menatapku dengan tatapan mesra.Tatapan itu meneduhkan jiwaku.
"Isteriku"kata Ayub kepadaku.
"Iya"jawabku
"Jadi seperti ini rasanya malam pertama"kata Ayub.
"Ayra...apa aku bisa bertanya?"tanyaku
"Besok saja bisa?"tanya Ayub.
Aku menggeleng.
"Pertanyaannya jangan susah-susah, ya"kata Ayub.
Ayub kemudian berbaring di pangkuanku.Kau membuka topi pengantin yang dikenakannya.Setelah itu aku mengusap rambutnya lembut.
"Aku kira kau sudah wafat"kataku"Jelaskan kepadaku apa yang terjadi sebenarnya"
"Fungsi malam pertama adalah untuk menjawab soal rupanya"kata Ayub tersenyum.
"Jangan buat aku penasaran"kataku.
Ayub diam saja.Aku memeriksa,matanya masih terbuka.Mungkin dia sedang menyusun kata-kata.Tak lama setelah itu Ayub bangkit dari baringnya dan dia kembali duduk di sampingku.
"Aku mau cerita tapi ada syaratnya"kata Ayub
"Syarat apa?"tanyaku sambil berbalik kepadanya.
Ayub langsung mengecup bibirku saat itu juga.Ini adalah pertama kalinya dia mengecup bibir seorang gadis dan aku adalah gadis yang beruntung itu.Kecupan itu begitu manis dan mesra.
"Syaratnya sudah terlaksana"kata Ayub sambil merangkulku.
Aku tersipu malu.Hatiku berbunga-bunga.
"Mau di mulai darmana ceritanya?"tanya Ayub.
"Darimana saja bisa"jawabku.
____________________________________________Seoul 2001
Udara dingin.Itu sudah jadi kewajiban yang terjadi di negeri gingseng ini.Jika tidak dingin bukan Seoul namanya.Aku kadang merindukan hawa Sukajaya yang panas.
Bukan hanya hawa Sukajaya yang kerindukan,aku juga merindukan gadis cantik yang menghuni Sukajaya.Gadis yang sudah membuatku berani menyatakan cinta.Mauraku.Hidupku.
Aku berangkat kuliah seperti biasa.Syal hitam pemberian Maura aku kenakan di leher.Bajuku berlapis-lapis dan akhirnya jaket yang menjadi penyempurna fashion atasanku kali ini.Aku mengenakan celana jeans berbahan tebal yang anti dingin.
Langkahku optimis.Bisa kuliah disini adalah anugerah.Mahasiswa-mahasiswanya baik dan dosen-dosennya cerdas.Aku sudah tiba di kampus yang jaraknya sangat dekat dengan asrama.
"Ayub"
Seseorang menyapaku.
"Gun"kataku.
Dia adalah Kim Gun,dia teman kampusku.Kami sangat akrab.
"Bisa bantu aku hari ini?"tanya Gun sambil menghampiriku.
"Bantu apa?"tanyaku.
"Hari ini aku mau kencan dengan Min Jung"jawab Gun.
Kami berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Korea.Kulihat Gun begitu bahagia saat menyebut nama Min Jung.
"Alhamdulillah"kataku.
"Apa itu Alhamdulillah?"tanya Gun.
Aku tersenyum.
"By the way....aku lupa bawa arloji.Bisa pinjam arlojimu,kan?"tanya Gun.
Aku mengangguk.
Aku menyerahkan arloji yang kukenakan kepada Gun.Gun mengambilnya dan langsung memasangnya di tangannya.Arloji itu nampak cocok di lengannya.
"Minta kunci kamarmu juga"kata Gun.
Aku mengangguk lagi.
Kunci kamarku ada dua.Kuberi satu kepada Gun.Gun menerimanya.
"Kau tahu kan Orang tuaku tidak setuju aku menyukai Min Jung. Hari ini aku beralasan untuk menginap di asramamu agar bisa kencan dengan Min Jung"kata Gun "Aku bisa pulang larut sebentar malam"
"Siap"kataku
Gun tidak masuk ke kelas untuk kuliah.Dia langsung segera pergi meninggalkanku.Aku kemudian masuk ke kelas.Tak lama setelah itu dosen masuk untuk mengajar.
Tak terasa hari sudah sore.aku memutuskan untuk ke mall.Hari ini jadwal kuliahku sudah selesai.Aku hendak membelikan sesuatu untuk Maura.
Perjalananku ke mall ditemani oleh bus.Naik bus di Seoul memang menyenangkan.Tak lama kemudian aku pun tiba di mall.
Aku hendak membelikan Maura sebuah tas ransel.Tas ransel itu pasti cocok dikenakannya saat ke sekolah.Rencana minggu depan aku hendak mengirim surat lagi untuknya.Karena hari ini aku punya waktu luang yang panjang,maka belanja di hari ini adalah solusi.
Banyak tas ransel yang dijual di mall ini.Semuanya bagus dan berkelas,harganya pun terjangkau.Aku sibuk memilih tas mana yang cocok untuk Maura.
Hingga...
Dua orang datang menghampiriku.Mereka berseragam hitam.Sepertinya mereka bodyguard.Dua orang itu mengajakku untuk berbincang di luar mall.Aku menuruti ajakan mereka.Sebenarnya aku tidak mau menerima ajakan itu namun salah satu dari mereka sudah menodongkan pistol secara sembunyi-sembunyi di punggungku.
"Mahasiswa Indonesia?"tanya mereka.
Aku mengangguk.
Mereka memaksaku masuk ke dalam mobil.Aku dibawa ke suatu tempat yang aku tidak tahu di mana karena begitu aku masuk dalam mobil wajahku langsung ditutupi kain hitam.Untuk teriak juga percuma lantaran sebelumnya mulutku juga sudah ditutupi lakban.
Kami kemudian tiba di suatu tempat yang sangat asing bagiku.Aku bisa menggunakan kembali pandanganku saat aku sudah di dalam ruangan tertutup.Ruangan itu juga kedap suara.Kedua tanganku juga sudah diborgol.
Apa aku mau dibunuh?
___________
"Lalu?"tanyaku penasaran kepada Ayub.
"Bisa dilanjut besok saja?"tanya Ayub.
Aku menggeleng cepat.
Malam sudah larut.Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2.30 dinihari.Aku belum mengantuk sama sekali,Ayub juga.
"Ini malam pertama atau malam interogasi?"tanya Ayub.
"Ayolah.....lanjutkan ceritanya"pintaku manja.
"Ada syaratnya"kata Ayub.
Aku buru-buru menutup bibirku dengan tanganku.Ayub tersenyum melihatnya.Ayub malah bangkit dari ranjang dan mendekati saklar.Ayub mematikan lampu.
Gelap.
"Dalam kegelapan begini,apa yang harus dilakukan oleh sepasang pengantin baru?"tanya Ayub kepadaku.
Aku mau teriak,tapi kutahan.Aku kemudian bangkit dari ranjang dan mendekati saklar.Ini kamarku sehingga tanpa sinarpun aku bisa melangkah dalam kegelapanaku sudah hafal tata letaknya dengan baik.Aku kembali menyalakan lampu.Ayub membunuhnya lagi.Aku menyalakan lagi.Lebih dari 11 kali lampu mati menyala lagi setelah itu
"Tagihan listrik bisa menanjak kalai begini"kataku kepada Ayub.
"Isteri hemat"goda Ayub.
Ayub kemudian mengecup bibirku lagi tanpa aku sadari.Wajahku memerah.Ayub tersenyum dan kembali duduk di atas ranjang.
"Sambil bercerita sini kubantu membukakan mahkota yang dipasang di kepalamu itu.Mahkota itu sangat berat,kan?"
Aku mengangguk.
Aku duduk di bawah ranjang. Ayub mulai membantu melepaskan banyak mahkota yang dipasang di kepalaku.
_______________________________________________Seoul 2001
Namanya Jin Seo Hyun.Dia anak konglomerat dan sangat kaya raya.Pengaruhnya juga kuat.Dia menjadi mahasiswa kedokteran dan seangkatan denganku.
"Ajussi"kata Jin Seo Hyun kepadaku
Wajar dia memanggilku sebagai ajussi mengingat usianya yang masih belia.Dia baru berusia 17 tahun sedangkan aku sudah 25 tahun.
"Aku tidak paham di usia setua ini ajussi masih ingin kuliah"kata Jin Seo Hyun "Aku tidak pernah bisa terima ajussi yang nomor 1 di kelas...ini tidak adil.Ajussi seharusnya tidak bersaing dengan anak-anak seusia saya"
Jin Seo Hyun memang selalu menjadi yang ke 2 di kelas,padahal dia terkenal jenius lantaran beberapa kali melompat kelas saat masih sekolah.Rupanya kehadiranku membuat dia tidak nyaman.
"Aku mau menculikmu"kata Seo Hyun "Jika kau tidak ada di kelas,aku bisa jadi yang pertama"
"Itu kriminal"kataku
Jin Seo Hyun nyengir.
"Keluargaku bisa saja membunuh menteri jika mereka mau"kata Jin Seo Hyun "Menculik mahasiwa Indonesia bagiku sama saja dengan bermain Go"
Dia kemudian bangkit dari duduknya.Dia mendekatiku dan berbisik di telingaku.
"Ajussi,izinkan aku menculikmu selama 1 semester.Akan aku urus banyak hal agar kau bisa kembali ke Indonesia dan kuliah disana saja."kata Jin Seo Hyun pelan.
"Jangan gila,Seo Hyun...."kataku.
Jin Seo Hyun hanya tersenyum.Kedua anak buahnya tadi segera membawaku ke penjara bawah tanah.
____________
Ayub sudah membuka semua mahkota yang ada di kepalaku.Aku bangkit.Mengambil kursi dan duduk di hadapannya.Jilbabku masih terpasang rapi,kulihat Ayub kagum dengan kecantikanku.
"Maura,karena kau cerdas pasti kau bisa menyimpulkan akhir ceritaku tadi,kan?"tanya Ayub.
Aku menggeleng.
" Isteriku,malam sudah larut.Sebentar lagi judulnya bukan malam pertama lagi tapi sudah menjadi subuh pertama."kata Ayub.
Aku tersenyum.
Mungkin kami adalah satu-satunya pasangan pengantin yang melewati malam pertama seunik ini di Sukajaya.
" Bagaimana dengan Gun?"tanyaku."Jadi selama ini aku menangisi jenazah Gun?"
Ayub mengangguk.
"Lalu syal itu,Gun kan tidak meminjamnya."kataku.
"Kabar kebakaran itu kemudian sampai di telinga Jin Seo Hyun.Dia merampas syal itu dariku dan menyuruh anak buahnya untuk meletakkannya di TKP.Teman seasramaku melihatnya dan menunjukkannya kepada wartawan."jawab Ayub.
Ayub melanjutkan.
"Aku menonton berita kebakaran itu bersama Jin Seo Hyun.Dia semakin senang mengetahui kabar itu.Dia tersenyum kepadaku saat syal itu masuk TV."kata Ayub.
"Lalu?"tanyaku.
"Aku disekapnya.Selama dalam penyekapan aku jauh dari semua hal.Semua orang menyangka Gun adalah aku.Dan orang tua Gun menyangka Gun kabur bersama Min Jung ke luar negeri."jawab Ayub.
"Seperti drama di TV saja."kataku.
"Beruntung orang tua Jin Seo Hyun kemudian mengetahui perbuatan anaknya itu.Jin Seo Hyun dimarahi habis-habisan oleh kedua orang tuanya.Dan aku pun bebas."kataku.
Ayub menyentuh tanganku dan menggenggamnya erat.
"Beruntung aku belum terlambat pulang."kata Ayub.
Aku tersenyum.
"Insha Allah minggu depan kita langsung ke Jakarta.Aku sudah mendapatkan izin untuk kuliah di Jakarta.Jujur aku masih trauma kuliah di Seoul.Orang tua Jin Seo Hyun membayar semua ganti rugi yang aku alami.Mereka juga siap membiayai kuliahku hingga selesai."kata Ayub."Gara-gara anak mereka aku harus kehilangan beasiswaku.Rasanya tidak berlebihan jika aku menerima ganti rugi atas semua itu."
Aku mengangguk setuju.
"Orang tua Gun sudah tahu semuanya.Dalam waktu dekat mereka akan kemari untuk berziarah di makam Gun."kata Ayub.
Ayub kemudian menggendongku.Dia membaringkan aku di atas ranjang pengantin.Dia sudah hendak mengecup bibirku saat adzan Subuh tiba-tiba berkumandang.
Aku tersenyum.
"Ke masjid dulu sana."kataku.
Ayub hanya mengecup dahiku.Setelah itu dia keluar dari kamar pengantin dan melangkah menuju ke masjid.
Orang-orang di masjid heran melihat Ayub.Ayub lupa kalau dia belum melepas seragam pengantinnya.Dia seperti Raja Buton dari zaman dahulu kala yang terdampar di dunia modern.
Ayub pasrah.
Nasi sudah menjadi bubur.
Dia ingin pulang gantian namun itu sudah tidak mungkin lantaran iqamat akan berkumandang sebentar lagi.
Akhirnya dia shalat Subuh bersama para jama'ah yang lain dengan busana pengantin yang begitu mencolok.Setelah shalat usai dia langsung pulang ke rumah kakek.Aku menyambutnya di teras.
"Puas?"tanya Ayub kepadaku saat melihat aku berusaha menahan tawa saat melihat dirinya yang salah kostum itu.
Aku mengangguk.
"Ganti baju sana."kataku."Setelah itu kita masak bareng."
"Aku mengantuk."jawab Ayub.
Aku tersenyum.Ayub juga tersenyum.Dia kemudian menuju ke kamar dan langsung merebahkan diri di atas ranjang pengantin.Wajar dia mengantuk karena semalaman belum tidur.Aku juga sebenarnya mengantuk.Aku pun kemudian merebahkan diri di sampingnya.Kami berdua terlelap dan dibuai mimpi indah.
___________________________________Tahun 2020
Malam pertama kami gagal total.
Namun itu tidak mempengaruhi keharmonisan rumah tangga kami hingga saat ini.
18 tahun mendampinginya adalah sebuah kebahagiaan.
Kami melewati suka dan duka bersama-sama.
Dia tidak pernah pergi jauh dariku dan aku pun juga demikian.
Kami berdua menikmati senja ini di balkon kamar kami.
Dia sedang memelukku dari belakang dan aku menatap jauh ke depan.
Tak terasa sudah 20 tahun kami saling mengenal.
Mengenalnya membuatku menjadi wanita paling beruntung di dunia.
Tahun 2000,terima kasih sudah hadir dan menjadi perantara pertemuanku dengannya.
Tahun 2000,jawab aku.
Aku disini sedang mengenangmu dan senyuman selalu hadir disetiap aku berada di alam nostalgia itu.
♥️♥️♥️♥️♥️TAMAT♥️♥️♥️♥️♥️