_______________________________________
Ini di luar dugaanku
Ini di luar keinginanku
Ini di luar dari apa yang aku perkirakan
Janur kuning sudah melengkung di depan rumah kakek.Hari ini aku akan menikah dengan Alvin.Ayah dan ibuku sedang bercakap-cakap dengan kedua orang tua Alvin di ruang rias.Aku sendiri juga sedang berada di ruang rias yang terpisah.
Penata riasku sedikit heran melihatku yang nampaknya tidak bahagia hari ini.Namun dia tak berani mengatakan keheranannya itu.Sudah berulang kali dia harus merapikan riasannya lantaran aku yang sudah sangat sering meneteskan airmata.
Alvin mencintaiku.
Tapi aku tidak.
Aku hanya menganggapnya sebagai teman saja.
Apa aku harus menikah dengan temanku sendiri?
Aku baru lulus SMA.Kedua orang tuaku ingin aku menikah dulu sebelum kuliah.Hal itu terjadi lantaran kakek dan nenek memberitahu mereka bahwa aku tak kunjung bisa melupakan Ayub.
Mencintai orang yang sudah meninggal bagi kedua orang tuaku adalah hal yang harus aku hindari.Dengan membuatku menikah mudah mereka berharap aku bisa mendapatkan cinta baru dari suamiku.
"Ayah dengar Alvin dan dr.Yusuf menyukaimu?"tanya ayahku kepadaku.
Percakapan ini terjadi sebulan sebelum hari ini tiba.
Aku mengangguk menanggapi pertanyaan ayahku.
"Nikahi salah satu dari mereka"kata ibuku.
Kedua orang tuaku secara khusus datang dari Sekarjaya hanya untuk membahas hal itu denganku.
"Tapi aku tidak mencintai mereka,bu"jawabku
"Sampai kapan kau harus menyukai orang yang sudah meninggal, Maura?"tanya ayahku prihatin
Aku terdiam.
Aku memang masih mencintai Ayub.Apa itu salah?
"Pokoknya kamu tidak bisa kuliah.Kalau tidak menikah"kata ibuku.
"Aku mau kuliah,bu"kataku
"Menikah dulu baru kuliah"kata ayahku.
Airmataku menetes.
Kuliah adalah hal uang paling aku inginkan sejak lama.Jika menikah adalah syarat yang harus aku jalani agar bisa kuliah maka aku harus menerimanya.Aku harus kuliah.Harus.
"Baiklah"kataku."Beri aku waktu sampai besok untuk memilih dengan siapa aku akan menikah"
Kedua orang tuaku mengangguk.
Aku kemudian mengurung diri di kamar.Aku berpikir keras.antara Alvin dan dr.Yusuf siapakah yang harus pantas untuk menjadi suamiku?
Aku sekarang sedang mencari suami
Aku sekarang sedang tidak mencari orang yang aku cintai
Apa suamiku akan terima jika ku menikahinya bukan karena cinta?.
Alvin baik.Dia juga mencintaiku.
dr.Yusuf baik.Dia juga mencintaiku.
Aku memutuskan menulis nama Alvin di kertas-kertas kecil yang berjumlah 11 buah.Nama dr.Yusuf juga aku tulis di kertas-kertas kecil.Total kertas-kertas kecil yang ada 22 buah.22 buah kertas kecil itu aku gulung dan mengambil gelas yang ada di dalam kamarku.Aku menaruh gulungan kertas itu di dalam gelas tersebut.
Ini seperti arisan.
Aku mengocok dalam gelas yang sudah kututupi dengan kertas yang ada lubanganya itu.Kocokkan yang keras,setelah itu aku menjatuhkan gulungan itu ke lubang yang ada.1 gulungan berhasil jatuh dan aku meletakkan gelas di atas meja.
Nama dalam gulungan yang berhasil jatuh itulah yang harus aku nikahi.Aku perlahan membuka gulungan itu dan ada nama Alvin disitu.
Alvin akan menjadi suamiku?
Aku tidak mencintainya tapi hanya agar bisa kuliah aku harus menikahinya.
Kembali ke nuansa hari pernikahanku dan Alvin.Alvin juga sedang dirias oleh penata rias di ruang yang terpisah.Dia sama sekali tidak menyangka aku mau menikah dengannya.Alvin kini sudah mengenakan pakaian adat Sulawesi Tenggara yang begitu indah.Dia memutuskan untuk menemuiku di ruang rias.
Penata riasku belum juga selesai meriasku.Airmataku adalah penyebabnya.Alvin melihat itu semua. Dia menghampiriku.
"Maura....kenapa menangis?"tanya Alvin.
Aku menghapus airmataku lagi.Pakaian adat Sulawesi Tenggara sudah aku kenakan jauh sebelum aku dirias.Jilbabku nampaknya sudah basah akibat airmataku yang banyak jatuh.
"Jangan menangis"kata Alvin kepadaku.
Aku mengangguk.
"Kenapa mau menikah denganku Maura?"tanya Alvin "Apa kamu mencintaiku?"
Aku terdiam.
"Jangan Maura.Aku tak mau menikahimu jika kau merasa terpaksa karenanya "kata Alvin
Aku tetap diam.Alvin memang belum tahu alasan sebenarnya kenapa aku mau menikah dengannya.
"Aku mencintaimu, Maura.Tapi jika engkau tidak mencintaiku aku tak bisa memaksamu untuk mencintaiku"kata Alvin.
Aku diam saja.Alvin kemudian keluar dari ruang rias.Aku kembali dirias untuk sang penata rias.kali aku tidak menangis lagi.Aku harus fokus.Untuk bisa kuliah aku tidak boleh menangis di hari pernikahanku.
Aku sudah begitu cantik sekarang.Penata rias itu sukses membuatku cantik menawan.Akad nikah akan dimulai sebentar lagi.Aku kemudian menuju ke kamar pengantin.
Di kamar pengantin inilah sebentar malam aku akan melewati malam pertamaku bersama bersama Alvin.Lelaki yang yang mencintaiku namun yang tak kucintai.Sanggupkah aku melewatinya?
Aku duduk di ranjang pengantin pengantin yang sudah berhiaskan seprei putih yang begitu memakau.Dekorasi kamar pengantin juga begitu juga begitu indahnya.Banyak
Nuansa adat yang mendominasi kamar pengantin ini karena Alvin dan aku bersuku Buton maka untuk nuansa akad kali ini semuanya menggunakan dekorasi Buton dan adat Buton.
Alvin sudah siap duduk di balik meja lesehan yang ada di ruang tengah rumah kakek.Penghuluku sudah ada.Mahar sudah ada di atas meja lesehan.Saksi sudah ada.Hari ini ayahku sendiri yang akan menikah kan aku dengan Alvin.
Di depan rumah kakek terjadi kehebohan.Suasana tenang menjadi sangat ribut.Para undangan yang hadir nampak tidak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.
Namun pemuda itu tidak peduli.
Dia terus melangkah mendekati rumah kakek.
Dia adalah Ayub.
"Hantu..."kata beberapa Ibu-ibu yang hadir di acara akad ini.
"Tidak bisa di percaya "
"Ini aneh "
Berbagai macam komentar terdengar. Ayub tak peduli kini dia sudah ada di depan kamarku.
Aku melihatnya di balik tirai tipis yang menghalangi pandanganku.Ayub menyingkap tirai itu.
Aku terkejut.
Ayraku.....
Aku dan Ayub terdiam untuk waktu yang lama.Pandangan kamu menunjukkan kerinduan yang mendalam .
Airmataku menetes lagi.Akad belum di mulai tapi aku sudah menangis.Aku menghentikan tangisku.Aku kemudian turun dari ranjang dan mendekati Ayub yang masih mematung.
Aku tidak sedang bermimpi.Ayub masih hidup.Ini benar-benar Ayub.Kupandangi dia dari atas sampai bawah dia masih seperti dulu tak kurang satu pun.
"Maaf,aku datang mendadak"kata Ayub kepadaku.
Aku terdiam.
Suara khas itu yang selalu aku rindukan tak kusangka kudengar lagi.
"Selamat.Kau dan Alvin adalah pasangan serasi "kata Ayub lagi.
Ayub siap meninggalkanku namun aku menahannya memegang lengan bajunya.Ayub berhenti.Aku lihat matanya sudah berkaca-kaca.
"Ayub,mau menikah denganku?"tanyaku kepadanya
Ayub tidak mengerti denga apa yang aku katakan.Dia merasa seperti sudah menculikku dari Alvin.
"Ayub aku hanya mencintaimu.Menikahlah denganku"kataku lagi
"Maura.....tolong lupakan aku .Alvin sudah siap untuk menjadi ijab kabul.Tolong lupakan aku"kata Ayub
Alvin melangkah mendekati kami.Dia langsung merangkul Ayub.Dua sahabat itu berpelukan erat.Setelah itu Alvin melepaskan pelukannya.
"Kau sangat serasi dengan Maura"kata Ayub kepada Alvin."Jaga dia dengan baik"
"Aku tidak mau"kaya Alvin.
"Jangan begitu"kata Ayub.
"Maura hanya mencintaimu.Aku memang mencintainya tapi kalian lebih pantas untuk bersama"kata Alvin sungguh-sungguh.
Alvin menarik tangan Ayub.Dia membimbing Ayub untuk menuju ke tempat di mana dia tadi duduk.Aku melihat Alvin mengambil microphone dan mengumumkan bahwa hari ini Ayub akan menikahiku.
"Aku akan jadi saksi pernikahan mereka"kata Alvin.
Aku kembali duduk di atas ranjang.Ayub mengucapkan ijab kabul dengan begitu fasih.Hari ini aku resmi menikahi dia yang aku cintai dan mencintaiku.
_________________________________________Tahun 2020
"Ayah tidak pernah mengajari ibumu membawa sepeda motor.Yang mengajarinya adalah Om Alvin"kata suamiku kepada Agadaud dan Ainuh malam itu.
"Om Alvin itu siapa?"tanya Ainuh.
"Dia adalah Om yang berbaju merah saat itu.Yang Ainuh tanyakan keberadaannya"jawabku kelada Ainuh
"Om Alvin sering kesini.Tapi setiap dia kesini kalian berdua ada di sekolah"kata suamiku kepada Ainuh dan Agadaud.
"Om Alvin sekarang ada di Amerika.Dia sudah jadi dokter spesialis yang hebat.Dia berjanji setelah Corona berakhir dia akan kemari"kataku.
"Begitu,ya.....aku kira dia sudah meninggal dunia"kata Ainuh.
"Detektif payah"kata Agadaud menggoda Ainuh.
Suamiku kemudian mengajakku,Agadaud,dan Ainuh untuk video call an dengan Alvin,dr.Yusuf,dan Tirta.Ketiga sahabat suamiku itu nampak sangat bugar dan sehat.
"Mari kita saling menguatkan di tengah wabah yang mengancam dunia ini"kata dr.Yusuf kepada kami semua.
Kami mengangguk setuju.
"Kapan isterimu melahirkan?"tanya suamiku kepada Alvin.
"Masih lama"jawab Alvin"2 bulan lagi"
Sesi video call an ini berlangsung lumayan lama.Banyak hal yang kami perbincangkan dan semua itu terasa begitu menyenangkan.
...