Lazuardi mulai diselimuti kegelapan, senja mengiringi kehadiran sang malam dan mentari bersembunyi di balik gundukan awan hitam. Rembulan malam mulai menampakkan diri menghiasi malam yang sunyi. Keheningan malam menemani Luna yang masih hanyut dalam lamunan kerinduan. Malam ini, ia terlihat duduk terpaku di taman bunga yang terletak tak jauh dari penginapan yang disediakan oleh James. Sudah beberapa jam ia berada ditempat ini. Mengetahui sahabatnya itu sedang gelisah, Alice pun menghampirinya.
"Luna, tidak adalah kegiatan lain selain melamun?" tanya Alice.
"Entahlah Alice, aku bingung dengan pikiranku," jawab Luna.
"Bingung? Apa yang kau bingungkan?" tanya sahabatnya lagi.
"Perasaan ku tidak enak, dan aku terus kepikiran ayah dan ibuku," jawab Luna.
"Itu mungkin karena rasa rindumu yang terlalu besar kepada mereka, apalagi kamu jarang jauh dari keduanya," terang Alice.
"Mungkin apa yang kau katakan itu benar Alice," ucap Luna.
"Ya sudah, kamu istirahatlah. Hari sudah mulai gelap," ucap Alice.
Luna menganggukan kepala, kemudian ia berdiri dan memutar badan serta berjalan menuju penginapannya.
Baru berjalan beberapa langkah, Tiba-tiba burung elang itu datang.
"Luna, elang itu datang," teriak Alice.
Luna seketika menghentikan langkahnya, betapa kagetnya mereka saat melihat elang itu berubah wujud menjadi seorang manusia.
"Kau juga bisa berubah menjadi manusia?" tanya Luna heran.
"Waow, semua yang ada disini membuatku takjub," sahut Alice.
"Tentu saja Nona, ada yang ingin saya sampaikan. Mari kita menemui Tuan James," ucap Elang itu.
Ketiga berjalan menuju istana James, kebetulan Liora sedang berada disana untuk berdiskusi.
"Selamat Malam Tuan James, saya sudah kembali dan ingin menyampaikan kabar dari desa," ucap Elang itu.
"Silahkan duduk semuanya," ucap James.
"Terima kasih Tuan," ucap sang Elang.
"Apa yang hendak kau sampaikan wahai Elang?" tanya James.
"Jadi begini Tuan, setelah saya sampai dirumah Luna rumah itu tampak kosong. Saya menunggu disana sekitar dua jam, kemudian saya putuskan pergi mengantar surat ke rumah Nona Alice. Aku bertemu dengan adik laki-laki Alice, karena aku tak terlalu mempercayainya aku memutuskan untuk menunggu kedua orang tuanya datang. Setengah jam kemudian orang tua mereka datang dan aku memberikan surat itu," ucap Sang Elang.
"Berarti orang tuaku sudah menerima suratku?" tanya Alice.
"Sudah Nyonya dan aku sudah menceritakan keadaan kalian disini. Ini surat balasan dari orang tua mu," ucap Elang itu.
Alice menerima surat balasan dari orang tuanya dan segera membacanya.
"Lalu bagaimana dengan keadaan orang tuaku?" tanya Luna.
"Itulah yang ingin saja jelaskan Nona," jawab Elang.
Perasaan Luna semakin tidak enak mendengar jawaban dari manusia Elang.
"Jadi saat aku mendengar apa yang dialami orang tuamu obrolan orang tua Alice, aku sengaja menunggu sampai petang tiba. Supaya aku dapat berubah menjadi manusia seperti sekarang ini. Kemudian aku berkomunikasi dengan orang tua Alice, mereka bilang orang tua mu di sandera oleh keluarga ayahmu," ucap Elang.
"Ya Tuhan, apa yang mereka lakukan kepada Ibu dan Ayahku," teriak Luna syok.
"Tenanglah mereka dalam keadaan baik. Aku sengaja merubah wujudku aku dapat berkomunikasi dengan orang tua Alice yang menanyakan alamat Kakekmu," ucap Elang.
"Syukurlah. Dimana mereka menyandera kedua orang tuaku?" ucap Luna.
"Mereka ditempatkan di sebuah Paviliun di belakang rumah Kakekmu. Mereka berpesan jika kamu lebih baik berada disini untuk beberapa waktu, karena tidak hanya keluarga ayahmu yang mencarimu namun keluarga Haugert juga menginginkanmu," ucap sang Elang.
"Tapi aku khawatir dengan keadaan orang tua ku," ucap Luna.
"Tenanglah dulu Luna, nanti kita cari jalan keluarnya sama-sama." potong Liora.
"Apa yang dikatakan Liora itu benar Lun. Orang tua kita dalam keadaan baik, kita tinggal mencari cara untuk mengeluarkan mereka dari sana," sahut Alice.
"Saran Alice sepertinya bagus, apakah keluarga Haugert masih mengutus pengawalnya untuk berjaga di hutan ini?" tanya James.
"Masih Tuan, bahkan ada beberapa tenda terlihat berdiri di beberapa tempat berbeda di tepi hutan," jelas sang Elang.
Semua yang berdiskusi di meja itu terdiam dan berfikir.
"Pangeran, sepertinya hanya putri Bao You yang dapat menggunakan kekuatannya secara sempurna dunia nyata. Apa tidak sebaiknya kita menunggunya kembali kesini, dan meminta bantuannya untuk menjemput orang tua Luna," saran Nyonya Barney.
"Saran yang bagus Nyonya, tapi putri Bao You akan tiba disini sekitar lima hari lagi," ucap James.
Luna tampak kacau, James berusaha mendekati dan menenangkan gadis itu.
"Luna tenanglah, kami semua akan mencari cara untuk membebaskan orang tuamu," ucap James.
"Iya Tuan, terima kasih," jawab Luna sedikit gugup.
"Beristirahatlah kalian, malam semakin larut," ucap James.
"Baik Tuan," sahut Alice.
"Luna, ayo kita penginapan," ajak Alice.
Luna mengangguk dan segera berdiri dari tempat duduknya.
"Semuanya, kami permisi," ucap Luna.
Alice berpamitan dengan mengangguk dan tersenyum kepada penghuni meja itu.
"Mari aku antar kalian menuju penginapan," ucap James.
"Tidak perlu Tuan, kami berdua sendiri saja," tolak Luna.
"Sudahlah Lun, biarkan Tuan James mengantar kita supaya kita lebih aman," pinta Alice.
"Benar apa kata temanmu itu," ucap James.
Luna tak dapat menolak niat baik pangeran serigala itu.
"Baiklah Tuan jika itu tidak merepotkanmu," sahut ucap Luna.
"Tentu tidak Nona mari," ucap James.
Jantung Luna kembali berdegup kencang, darahnya serasa mengalir lebih cepat, wajahnya berubah menjadi gugup saat berdekatan dengan James.
"Alice, apa orang tuamu baik-baik saja?" tanya James.
"Tentu saja Tuan, kenapa kau bertanya seperti itu padaku?" tanya Alice.
"Aku hanya khawatir saja Alice. Aku takut orang tuamu mengalami nasib yang sama dengan orang tua Luna, mengingat kalian membantu Luna," jelas James.
"Tenanglah Tuan, keluarga besar Luna tak mengenali keluargaku. Jadi aku rasa semuanya akan baik-baik saja," ucap Alice.
"Baiklah, kita sudah tiba di penginapan. Kalian beristirahatlah dan jangan lupa kunci pintunya. Aku akan segera kembali ke istana," ucap James.
"Baik Tuan, terima kasih," ucap keduanya.
Manusia serigala itu kembali menuju istana nya, sedangkan Luna dan Alice segera memasuki penginapan mereka.
"Eryk kemana Al? Dari tadi aku tak melihatnya," tanya Luna.
"Sepertinya ia sedang keluar, sudahlah jangan pikirkan anak itu. Sebentar lagi ia akan kembali," ucap Alice.
Benar saja, belum lama Alice menutup bibirnya, suara ringkikan kuda terdengar di telinga mereka.
"Itu pasti Eryk," ucap Alice.
"Selamat malam semua," sapa Eryk.
"Dari mana saja kau saudaraku?" tanya Alice.
Tebakan sang Kakak tak meleset, benar saja adiknya lah yang datang.
"Malam ini aku tak sengaja bertemu dengan Raja katak. Aku heran dengan hewan disini, hampir semua hewan disini mempunyai sayap dan bisa terbang," ucap Eryk.
"Seharusnya kau tak perlu heran, bunga saja bisa terbang apalagi hewan. Ya sudah istirahatlah, kami mau beristirahat juga," sahut Alice.
Penghuni penginapan itu pun segera merebahkan badan mereka di kamar.