Chereads / Kutukan Nyai Darsimah / Chapter 9 - Kekejaman Darsimah

Chapter 9 - Kekejaman Darsimah

Angga berusaha untuk menghirup udara, dia tidak mau meninggal di tangan Darsimah. Darsimah dendam dengan semua pria, dia tidak peduli bila pria itu benar atau salah. Kejadian yang membuat dia terbunuh membuat Darsimah mempunyai dendam kusumat pada pria, apa lagi dia tidak mengetahui siapa yang membunuhnya, jadi dia membunuh setiap pria yang menari di depannya dengan cara menghipnotis pria tersebut dan membunuhnya. Dengan begitu dia tahu siapa yang membunuhnya.

"Aku akan membunuhmu pria sialan, karena kau aku mati! Hahahah," tawa Darsimah dengan kencang.

Zuki yang melihat Angga dicekik hingga kakinya terangkat berusaha untuk membantu Angga. Zuki sudah terbebas dari hipnotis Darsimah, dia diselamatkan oleh Angga, tapi, Angga malah yang jadi korban.

"Dasar hantu bodoh, siapa yang kau tuduh membunuhmu hahhn! Kami tidak membunuhmu, kami di sini membantumu, dasar tidak tahu terima kasih! Mati saja kau sana!" teriak Zuki.

Zuki membantu Angga untuk terlepas dari cekikan Darsimah. Zuki menarik dengan kencang tangan Darsimah yang sangat erat. Angga sudah tidak bisa menahan sakit di lehernya. Dia menatap mata Nena yang melotot, itu bukan Nena, itu mata Darsimah.

"Nena, sadar Nena, aku mohon, Sa-sadarlah, aku su-sudah ti-tidak kuat!" pekik Angga dengan suara terbata-bata.

Zuki berusaha menarik tangan Nena yang kerasukkan arwah Darsimah sekuat tenaga, dia tidak mau menyakiti Nena sahabatnya itu. Nena tidak bersalah, dia kerasukkan Darsimah yang membenci pria.

Tangan Nena yang satu menghempas ke arah dada Zuki, Zuki yang lengah terpental hingga tersungkur di lantai dan tersudut di lemari besi. Punggung belakang Zuki membentur lemari besi.

Gubrakkk!

Akhhh! Rintihan Zuki terdengar, Zuki menatap Angga yang sudah merah padam, Zuki mulai merapalkan doa untuk memudahkan melawan arwah Darsimah. Zuki sudah tidak sanggup lagi, badannya sakit karena terpental dengan cukup keras.

Lantunan ayat suci terdengar sangat indah dari Zuki, Angga hanya bisa berdoa dalam hati, dia sudah tidak berdaya lagi, jika harus meninggal, dia ikhlas. Dia paham dendam Darsimah begitu kuat dan dia juga mengutuk siapapun pria itu akan mati, dia akan membunuh sampai pria itu tertangkap.

Lantunan doa yang Angga dan Zuki lafazkan membuat Darsimah menjerit histeris. Dia merasakan telinganya panas dan tangannya juga panas. Arwah yang masuk di tubuh Nena melempar Angga dengan kencang, Angga yang dilempar kencang dan tersuruk di bawah bankar meringis kesakitan, darah keluar dari mulutnya. Zuki melihat sahabatnya yang terluka parah.

Arwah Darsimah seketika hilang, Nena yang kerasukan arwah Darsimah terjatuh di lantai. Zuki bangun perlahan untuk membawa Nena ke bankar setelah itu dengan tertatih, Zuki mendekati Angga yang tergeletak di lantai.

"Angga ... Angga, kau tidak apa? Kau sudah sadar Ngga?" tanya Zuki yang tidak tahu mau bertanya apa.

Angga hanya diam saja, dia tidak menunjukkan reaksi apapun. Zuki menarik perlahan tangan Angga untuk keluar dari kolong bankar.

"Ya Tuhan, kau mengenaskan sekali Ngga, maafkan aku tidak bisa membantumu, maafkan aku tergoda dengan hantu sialan itu." tangis Zuki yang melihat sahabatnya terluka.

Tidak berapa lama, suster masuk dan melihat kondisi ketiganya. Dia kaget karena melihat dua orang terluka di rumah sakit.

"Loh, ini kenapa mas?" tanya suster itu kepada Zuki.

"Ceritanya panjang suster, tolong bantu saya," ucap Zuki sambil menangis.

Dia tidak peduli jika dia harus menangis di depan suster wanita ini. Tapi, belum lima menit, lagi-lagi suara musik khas itu datang lagi. Zuki menghentikan tangisannya, dia menelan salivanya, lirikkan dari sudut mata Zuki melihat suster tadi bukan manusia, kakinya mengambang tidak tersentuh lantai kamar tempat dia berada.

"Tamat, riwayat kau Zuki. Habis kali ini kau jadi bulan-bulanan hantu. Nasib atau takdir, begini amat cari uang," cicit Zuki dengan suara lirih.

Zuki berusaha tenang, dia menunduk dan berdoa agar tidak terganggu akan hal aneh, cukup sudah dia membuat sahabatnya ini terluka. Zuki berjongkok dan masih menunduk. Dia tidak peduli jika dirinya harus dilempar atau tidak.

Satu jam dia terus jongkok dan merapalkan doa, sampai pada akhirnya tepukkan di pundaknya membuat dia tersentak. Zuki melihat dari bawah sampai atas dan ternyata itu anak buah yang Angga minta menjemput keluarga korban. Lega, pasti, dia bisa melihat orang selain hantu.

"Pak Zuki, kenapa dengan Komandan dan bu Nena? Mereka terluka itu, saya panggilkan dokter ya untuk memeriksa mereka berdua."

Zuki lemas, dia hanya bisa anggukkan kepala, Zuki terduduk di lantai sambil memegang pinggiran bankar. Dia sangat takut tapi takutnya hilang.

"Kalian kenapa lama sekali, ini sudah malam, kami sudah sengasara di sini." Zuki mengeluarkan unek-uneknya.

Dia sudah ingin tidur di rumah dan tidak mau memikirkan tentang pembunuhan yang membuat dia menderita. Anak buah Angga masih menatap Zuki yang mengatakan hal yang aneh.

"Pak, ini sudah menjelang subuh, anda kenapa bisa bicara ngelantur?" tanya anak buah Angga.

Tidak lama, suster masuk dan memeriksa keduanya, tidak ada yang bicara sama sekali, dokter lain masuk dan ikut memeriksa secara detail Angga.

"Beliau harus dirawat di sini, sepertinya punggungnya retak, kita harus scan dulu. Dan anda juga harus di scan, takutnya tulang belakang anda retak juga." kata Dokter yang juga memeriksa Zuki.

Ada memar di punggung Zuki dan Angga. Lemparan yang cukup kuat membuat Angga dan Zuki mengalami memar. Zuki pasrah harus dirawat di sini. Dia menolak tidak mungkin.

"Semoga aku tidak mengalami nasib yang sama nanti." Zuki takut jika nanti dirawat akan bertemu dengan dengan yang tadi.

Pagi menjelang, Zuki dan Angga akhirnya dirawat dan satu kamar bersama, beda dengan Nena yang sudah sadar kini diizinkan pulang. Nena pun pamitan dengan sahabatnya itu. Otopsi akhirnya berjalan lancar, semua bersyukur bisa memakamkan kedua korban dengan layak. Keduanya dibawa ke kampung halaman di desa kemuning.

"Euhmm! Duh pusingnya kepalaku." rintih Angga yang sudah terbangun.

Hasil scan keduanya terlihat baik, tidak ada retakan di tulang, hanya lembam saja. Angga melihat ke arah Zuki yang tertidur dan diinfus. Angga mengingat kejadian yang mengerikan, dia tidak menyangka bisa menjadi salah satu kekejaman Darsimah. Dia tahu, jika saat ini tidak ada yang tahu siapa pria itu, dia saja masih belum memutuskan untuk menyelidiki lebih detail.

"Aku akan mencari BK itu dulu, aku yakin dari BK itu aku bisa tahu siapa yang membunuh Darsimah, jika tidak, akan banyak korban yang jatuh, tidak mungkin Darsimah melepaskan pria lain, karena dengan membunuh pria dia bisa tahu siapa yang membunuhnya dan kusirnya," gumam Angga yang menarik kesimpulan dari kekejaman Darsimah.

Darsimah membunuh pria tidak berdosa karena dia ingin mencari pembunuhnya, dengan membunuh pria yang dia jumpai, dia bisa tahu siapa yang membunuhnya, tidak mungkin pria yang dia bunuh tidak mengakuinya. Cukup cerdik wanita hantu ini pikir Angga.

Zuki yang sudah bangun melihat ke arah Angga yang melamun sendirian. "Apa sekarang kau sudah mulai gila?" tanya Zuki yang melihat ke arah Angga.

Angga yang sadar langsung menatap ke arah Zuki, dia melihat Zuki yang sudah sadar. Angga menarik nafas dan membuangnya.

"Kau tahu kenapa kita bisa seperti ini?" tanya Angga.

Zuki geleng kepala, dia tidak tahu, karena dia baru pertama merasakan kekejaman hantu, biasanya dia meraskaan kekejaman penjahat atau selainnya kali ini hantu yang sangat kuat.

"Aku tidak mau mengingatnya, aku takut dan aku ingin segera pulang. Apa mereka sudah menyelesaikannya? Jika sudah ayo kita pulang Ngga, aku trauma di sini," ucap Zuki yang merengek ingin pulang.

Angga menghela nafas, lebih baik dirawat di rumah pikirnya. Tidak berapa lama, dokter datang untuk memeriksa keduanya. Angga juga mengutarakan niatnya untuk pulang dan rawat jalan saja. Awalnya dokter tidak setuju mengingat keduanya terlihat tidak baik, tapi bujukkan Angga dan Zuki akhirnya keduanya pulang.