Chereads / Kutukan Nyai Darsimah / Chapter 19 - Aku Yakin

Chapter 19 - Aku Yakin

Pengintai yang diminta untuk memata-matai polisi yang datang di desa kemuning itu menghadap jurangan Benny. Wajah pucat dia perlihatkan dihadapan Juragan Benny. Terlihat wajah penuh peluh dan keringat, padahal malam ini angin sangat menyejukan tulang rusuk mereka.

"Kau kenapa? Kenapa wajahmu pucat pasi seperti itu hmm?" tanya juragan Benny pada anak buahnya yang diminta oleh dia mengawasi orang kota dan wanita yang dia incar itu.

"Ada arwah yang menakutkan di sana dan dia sungguh menakutkan juragan. Saya saja sampai lari untuk menghindari dia dan sama halnya orang kota itu juragan," jawab anak buah juragan yang sudah ketakutan.

Juragan Benny hanya diam dan mengisap cerutu yang masih berada di kedua sela jarinya. Dia mencerna arwah yang jadi perbincangan para warga, tapi siapa pikir mereka semua.

"Kamu jangan sembarang berkata seperti itu, mana ada arwah yang menakuti orang. Yang sudah meninggal tidak akan kembali lagi kamu paham tidak?" tanya teman Benny yang berada satu ruangan dengan Benny.

"Hei, Lukman kamu harus tahu, gosip di tempat ini, apa kamu tahu arwah Imah sudah menghantui desa kita ini. Harusnya kamu tahu akan hal itu," ucap Bagus kepada temannya yang tidak mempercayai sama sekali apa yang terjadi. di desa kemuning.

"Aku tahu, tapi itu pasti jin, jin yang tentunya akan membuat kita takut. Kita perlu pakai jimat saja, lagian dia tidak akan menyakiti kita kan dia kekasih Benny tercinta," sambung Lukman sambil melirik ke arah Benny.

Benny masih diam, dia tidak menanggapi apa yang temannya katakan. Ariel, Budi dan Herry menunggu jawaban dari Benny, orang yang bertanggung jawab akan masalah yang terjadi.

"Kamu boleh pergi, pergi lah sana, jangan sebarkan ini ke masyarakat. Saya rasa kamu paham jika tersebar ke masyarakat." Benny memberikan peringatan pada anak buah yang dia minta mengintai Angga dan rekannya.

Anak buah juragan Benny pergi dan meninggalkan Benny bersama temannya. malam semakin larut, tidak ada yang mau mengistirahatkan diri. Benny bangun dan berjalan keluar. Semua temannya penasaran kenapa Benny pergi begitu saja.

"Ben! Kamu mau kemana?" tanya Ariel.

"Kalian tidak mau tidur? Ini sudah malam. kalian pilih saja kamar yang kalian mau dan segera tidur. Aku tidak mau melihat kalian berkeliaran di tempatku." Benny keluar meninggalkan rekannya yang memandangnya dengan tatapan tidak percaya.

Di tempat pak Kades Angga dan rekannya dari kesatuan polisi masih tetap memikirkan kejadian apa yang terjadi. Baru satu hari di Desa Kemuning mereka harus mendapatkan hal yang diluar akal nalar.

"Ga. Ini luar biasa sekali, aku sampai gemetar tadi. Sekarang kita jangan percaya nena di malam hari, tahu kenapa? Karena tentu ini akan membuat kita makin sukses dibodohi," cicit Zuki yang berbicara ngelantur.

Angga membolakan matanya, kenapa Nena dikatakan seperti itu. Bono, Boni dan Bobo heran kenapa Zuki mengatakan hal itu. Tidak ada jawabam dari rekannya, Zuki memerengkan badannya menghadap Angga yang masih membuka matanya.

"Hei, kamu dengar tidak apa yang aku katakan? Kita ini terjebak sama Nena, lihat saja, Darsimah menjelma seperti Nena dan membunuh orang, kamu lihat kan bagaimana sadisnya dia. Semua lelaki dibunuh, tujuannya apa coba? Apa para pria menakutkan atau karena tidak menemukan pembunuhnya?" tanya Zuki lagi.

Angga menghela nafasnya karena mendengar celotehan Zuki yang tidak mau diam sama sekali. "sudah malam, tidak enak kita berbicara masalah tadi. Nanti yang ada kita diintip sama orang yang tidak dikenal, mending dia manusia, kalau tidak bagaimana?" tanya Angga yang sudah menutup matanya.

Zuki menghela nafas, Angga tidak bisa diajak kerja sama. Dia berbalik dan melihat ke tiga rekannya yang masih memandang dirinya.

"A ...." Zuki menghentikan pembicaraanya karena ketiganya berbalik membelakangi dirinya dan meninggalkan dirinya sendiri.

"Cihh! Dasar kalian ini. Sama saja dengan dirinya. Aku tidak tahu kenapa kalian sekejam. itu dengan aku." cicit Zuki yang tertidur karena di tinggal pergi.

Angga yang mendengar dengkuran halus dari Zuki dan anak buahnya membuka mata dan melihat ke arah langit-langit kamar pak kades. Kenapa bisa Darsimah dibunuh dengan sadis, apa salah dia kepada pembunuh itu dan bukti itu kenapa hanya cincin batu akik. Cincin itu mirip dengan anak pak camat tadi dan pak kades juga katakan kalau dia mantan Darsimah, berapa banyak mantannya. Tentu ada satu orang yang jadi kekasihnya, tapi siapa pikirnya.

Suara tapak kaki kuda terdengar di sebelah kamar Angga. Angga membolakan matanya, tidak mungkin itu Darsimah. Apa dia tahu aku memikirkan dia? Tidak mungkin, dia arwah bukan dukun sakti yang tahu isi hati manusia pikir Angga. Angga menutup matanya, dia berusaha untuk menutup mataya, tapi suara lonceng dari kuda Darsimah berhenti tepat di samping kamarnya.

Darsimah melihat dari luar kamar Angga, dia tersenyum kepada Angga. "Nyai, kita pergi atau menunggu di sini? Hari mulai subuh, kita tidak bisa lama di sini Nyai," kata mang kusir kepada nyai Darsimah.

"Kita pergi saja, kita akan ke sini lagi." Darsimah meminta kusirnya pergi dari rumah yang di tempati oleh Angga dan yang lainnya.

Pagi ini suasana desa kemuning benar-benar heboh dan semua warga membicarakan pria tua yang meninggal digantung di hutan cemara. Tempat Darsimah dibunuh beberapa waktu yang lalu. Pak Kades yang mendengarnya langsung menemui tamunya.

Ceklekk!

"Buk, mana mereka?" tanya pak Mahmud pada istrinya.

"Mereka siapa?" tanya istri pak Mahmud.

"Siapa lagi kalau bukan tamu kita yang dari kota itu," kata pak Mahmud istrinya.

Ceklekkk!

Angga keluar dan melihat pak Kades masuk dengan wajah pucat. "kenapa pak?" tanya Angga.

Angga baru selesai mandi, dia sudah mandi pas subuh, tapi karena dia tidur balik jadi mandi dua kali biar segar. Pak Mahmud duduk dan meminum kopi yang istrinya buat.

"Gawat, kalian tahu ada pembunuhan lagi dia warga sini, warga yang kaya, dia juragan sapi. saat itu dia pergi ke acara di kampung sebelah dan tiba-tiba dia meninggal dan meninggal di tempat Darsimah meninggal. kalian tahu akan hal itu?" tanya pak Kades.

Angga terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh pak Kades. Zuki dan yang lainnya keluar dari kamar dan melihat kearah mereka yang sedang berbicang dengan serius.

"Ada apa ini? Kenapa kalian serius sekali?" tanya Zuki yang duduk bersama tiga rekannya.

"Berita kematian pria yang tadi malam kita lihat. Dan sekarang mayatnya di temukan di tempat Darsimah meninggal. Kita harus ke sana, kalian telpon polisi untuk ke sini dan ambulans. Biar tim forensik autopsi korban," ucap Angga memerintahkan Zuki dan lainnya.