Fahri mengikuti langkah istrinya. Mereka berdua berjalan bersama menuju ruangan makan besar yang ada di rumah itu. Pasangan suami istri tersebut adalah pemilik rumah besar itu. Mereka adalah raja dan ratu.
Ruang makan tersebut sangat luas dan juga mewah. Tetapi di sana hanya terdapat dua kursi saja. Kursi yang pertama adalah milik Zoya sementara yang lainnya adalah milik Fahri. Karena hanya mereka berdua yang boleh menikmati makan di meja makan mewah tersebut.
Sementara Florida dan juga Alex berdiri di belakang mereka. Keduanya hanya bertugas untuk mengawasi majikan mereka menikmati makanan yang ter hideung di atas meja. Fahri merasa heran, makanan di atas meja begitu banyak dan juga terlihat sangat lezat tetapi bagaimana mereka berdua bisa menghabiskan semua makanan itu. Lalu pertanyaan lainnya muncul di benak Fahri, mengapa para pelayan dan orang-orang kepercayaan mereka hanya berdiri dan menatap saja. Apakah mereka tidak lapar. Fahri terus memperhatikan sekitarnya.
Tetapi berbeda dengan Zoya, wanita itu menikmati makan malam tanpa mempedulikan sekitarnya. Termasuk Fahri yang masih menunjukkan rasa heran terhadap orang-orang disana. Pemuda tampan itu baru menyadari bahwa dia hidup di dunia yang berbeda. Dia hidup di dunia yang tidak sama dengan kehidupannya yang lalu. Dia hidup di dunia di mana kasih sayang dan juga pengertian mungkin sudah dihilangkan begitu saja. Karena beratnya yang terasa sangat lapar dia mencoba menikmati makanan yang sudah disiapkan untuk dirinya. Satu sendok nasi masuk ke dalam mulutnya.
"Hmm, bukankah makanan ini sangat enak," ucapnya. Tetapi tidak ada yang menanggapi kata-kata yang diucapkan oleh pria tampan itu. Zoya bahkan seakan tidak mendengar kata-kata suaminya. Sementara Florida mencoba menyembunyikan senyumannya. Dia harus bisa mengendalikan senyuman itu sebelum Zoya mengetahuinya dan akan marah kepada dirinya.
Makan malam sudah selesai, Zoya dan juga Fahri kembali masuk ke dalam kamarnya. Zoya berjalan mendahului Fahri. Wanita itu meninggalkan Fahri bahkan saat pria tersebut masih berada di meja makan.
Fahri berdiri di hadapan Florida dan juga Alex. Dia ingin menanyakan sesuatu kepada kedua orang itu.
"Kenapa kalian berdua tidak makan? Apakah kalian sedang puasa?" tanya Fahri. Kedua orang itu saling pandang kemudian mereka kembali tersenyum. Fahri tidak mengerti dengan senyuman yang mereka tunjukkan.
"Kenapa?" pertanyaan selanjutnya kembali dilontarkan.
"Tidak tuan muda. Kami hanyalah pelayan. Dan pelayan tidak boleh makan satu meja dengan tuannya." penjelasan itu membuat Fahri terkejut. Dia pernah mendengar cerita tentang kehidupan orang-orang yang berada di kelas atas. Tetapi dia tidak percaya jika semua cerita itu benar. Dan selama ini pemuda tampan itu hanya menghabiskan waktunya dengan belajar dan belajar. Dia tidak memiliki waktu untuk melihat keadaan sekitarnya apalagi menyelidiki tentang sikap-sikap yang diperbuat oleh orang lain. Seperti perilaku orang orang kaya dan juga orang-orang yang berada di kelas yang tidak terjangkau oleh dirinya.
Tetapi masih tanpa diminta dan tanpa direncanakan dia sudah berada di sana. Dia sudah berada di tempat yang meski tidak seharusnya tetapi takdir telah membawanya. Fahri baru menyadari bahwa dia berada di tempat yang tak sama tetapi haruskah dia lari dari kehidupan nyata sementara dirinya sudah memiliki tanggung jawab atas istrinya.
Dalam hati Fahri terus bertanya-tanya. Akankah dia mampu menghadapi semuanya dengan tetap berada di jalan yang diberikan Tuhan untuk dirinya. Akankah dia kalah dalam peperangan yang dia bahkan tidak mengenali musuhnya.
Dia terus berjalan masuk ke dalam kamar, disaat pintu terbuka seorang wanita cantik sudah berdiri di sana. Sepertinya wanita itu sedang menunggu kehadiran Fahri. Semua itu jelas terlihat di wajahnya. Ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Zoya kepada suaminya.
"Aku ingin bicara!" ucap wanita itu.
"Baiklah!" jawab pemuda tampan tersebut kemudian mereka berdua berjalan untuk duduk di sebuah sofa yang ada di dalam kamar. Zoya sudah siap dengan semua kata-kata yang ada di dalam kepalanya. Wanita cantik itu hanya tinggal menumpahkan semua isi kepalanya kepada Fahri.
"Begini, pernikahan ini adalah pernikahan terpaksa. Jadi aku ingin mengatakan beberapa hal kepadamu," ucap Zoya memulai pembicaraan diantara mereka. Disaat bersamaan terdengar suara adzan berkumandang. Suara itu menunjukkan bahwa waktu isya sudah tiba.
"Jadi-" tetapi Zoya tidak peduli dengan suara adzan. Dia kembali ingin meneruskan kata-katanya namun kata-kata itu dihentikan oleh Fahri.
"Tunggu. Kita lanjutkan pembicaraan nanti. Ada hal penting yang harus aku lakukan. Sudah waktunya aku untuk menghadapi Tuhan. Apakah kamu ingin ikut?" Zoya tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Fahri. Tetapi dia tahu bahwa dirinya sangat marah saat ini. Selama ini tidak ada orang lain yang bisa menghentikan kata-katanya. Selama ini tidak ada orang lain yang berani memotong pembicaraan nya. Se penting apakah pekerjaan yang harus dilakukan oleh Fahri hingga dia harus meninggalkan Zoya yang bahkan sedang berbicara. Wajah Zoya memerah karena menahan marah. Dia benar-benar tidak percaya Fahri bisa merendahkan nya begitu saja. Zoya terus bertanya-tanya siapakah yang lebih penting dari dirinya.
Tetapi Fahri tidak memperhatikan perubahan sikap wanita itu. Dia berdiri dan meninggalkan tempat tersebut dengan langkah santai. Dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi membasuh anggota tubuhnya dengan air. Dia sedang menunaikan wudhu karena adzan sudah berkumandang pemuda tampan itu ingin menunaikan salat.
Zoya masih berdiam diri di tempatnya. Dia masih tidak mengerti apa sebenarnya yang ingin dilakukan oleh suaminya. Mengapa dia tiba-tiba membasuh muka dan beberapa anggota tubuh lainnya. Wanita itu terus memperhatikan gerakan Fahri. Tidak berapa lama Fahri keluar dari dalam kamar mandi kemudian dia berjalan dan berdiri di pinggir ranjang. Dia membentang sajadah yang sengaja di bawanya dari rumah. Pria itu mengangkat tangan dan mulai menunaikan salat isya.
Zoya terus memperhatikan gerak-gerik Fahri. Hatinya bertanya-tanya ritual apakah yang sedang dilakukan oleh pria itu. Dia seperti melakukan senam dengan gerakan teratur tetapi tidak ada suara karena dia terlihat begitu fokus. Wanita cantik itu tidak mengenal salat. Meski dia terlahir sebagai seorang gadis beragama islam tetapi dia tidak pernah menunaikan salat sama sekali. Dia juga sekolah di sekolah umum di mana praktek salat tidak pernah dilakukan. Sehingga dia tidak mengetahui gerakan yang dilakukan oleh suaminya. Gerakan salat itu sangat asing bagi dirinya.
Waktu yang dihabiskan oleh Fahri dalam melakukan ritual itu tidak begitu lama. Hanya sekitar 5 menit saja. Setelah itu pemuda tampan tersebut mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri. Dia mengangkat kedua tangan kemudian melipat sajadah dan kembali duduk di kursi di mana istrinya berada.