Zoya diam. Dia tidak pernah menyadari ada fenomena seperti itu. Dia tidak pernah menyadari jika pakaian terbuka bisa memunculkan niat jahat dari orang lain. Dia menatap wajah Fahri.
"Kejahatan bukan hanya sesuatu yang direncanakan tetapi kejahatan yang bisa terjadi juga karena adanya kesempatan."
"Sudah, apapun yang terjadi aku akan menjahit pakaian ini." Fahri berjalan mengambil gaun berwarna biru yang ada di atas sofa. Dia mulai menjahit nya. Kali ini Zoya tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya menatap Fahri melakukan pekerjaannya. Sementara pikirannya masih dipenuhi rasa tanya. Tentang fungsi pakaian sebenarnya.
Fahri menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Gaun panjang itu sudah tersambung sempurna. Tidak ada lagi belahan yang bisa menunjukkan kaki yang mulus. Tidak ada lagi belahan yang memperlihatkan aurat seorang wanita.
"Ni, pakailah!" perintah Fahri kepada wanita itu. Zoya hanya diam. Dia masih merasa bingung. Bagaimana mungkin yang mengenakan pakaian yang sangat tertutup seperti itu.
"Apakah kamu tidak mau mengenakan nya?" pemuda tampan itu kembali bertanya. Pertanyaan yang menyimpan ancaman di dalamnya. Sehingga Zoya tak punya pilihan lain selain mengikuti perintah suaminya.
Zoya mengambil ponsel dan juga mengambil gaun di tangan Fahri. Berjalan meninggalkan pria itu untuk mengenakan pakaian yang dia berikan. Sementara tangannya sedang menghubungi seseorang.
"Ada apa, Sayang?" sebuah suara terdengar dari seberang telepon. Zoya kesal dengan perbuatan suaminya karena itulah dia menghubungi kekasihnya yaitu Bernard.
"Sampai kapan aku akan bertahan seperti ini? Apakah kamu tahu apa yang diperlakukan oleh suamiku kepadaku?" Zoya menyampaikan keluhan yang kepada pria yang merupakan kekasihnya itu.
"Sabar Sayang, apakah kamu punya waktu. Kita harus bertemu untuk membicarakan semua ini," jawab Bernard. Pria itu juga merasa bahwa mereka tak bisa menunggu dan menunda waktu lebih lama. Bernard sudah tidak sabar ingin membawa istrinya Jessica meninggalkan negara itu dan hidup bebas di negara lainnya. Bernard dan Jessica berencana untuk menipu Zoya. Mengambil semua harta kekayaan milik Zoya dan menjualnya serta mereka membawa kabur uangnya. Rencana itu sudah diatur dengan baik. Mereka hanya perlu meyakinkan Zoya agar wanita itu mengikuti rencana yang sudah mereka buat.
"Baiklah. Malam ini kita harus bertemu. Kamu hanya perlu mengabari tempat pertemuan kita." Zoya menyelesaikan pembicaraan itu. Dia mematikan ponsel setelah dia mendengar suara panggilan dari Fahri. Zoya mengenakan pakaian yang sudah dijahit oleh suaminya. Dia merapikan rambutnya kemudian berjalan menemui suaminya.
Fahri menatap Zoya, hatinya mengakui kecantikan wanita itu. Kecantikan Zoya memang sangat tak bisa diragukan. Kecantikan itu benar-benar luar biasa. Tetapi Fahri tidak ingin kecantikan istrinya dinikmati oleh orang-orang yang tidak halal baginya. Dia mencoba memperhatikan tubuh Zoya setelah itu dia kembali meninggalkan wanita tersebut.
Fahri mencari sesuatu di dalam lemari Zoya. Setelah mencari beberapa saat dia pun menemukan sebuah syal yang biasa dikenakan oleh wanita itu. Dia mendekati Zoya meletakkan syal tersebut di kepalanya. Mengambil jarum pentul dan ingin menyematkan nya.
"Apa ini?" wanita itu bertanya kepada Fahri. Dia tak mengerti apa yang ingin dilakukan oleh suaminya.
"Sudah, kamu tak perlu banyak bergerak. Diam jika kamu tidak ingin benda ini menyakitimu." Zoya terpaksa diam. Dia tak mau jika jarum pentul menyakiti dirinya. Dia membiarkan Fahri melakukan apa yang dia inginkan.
Fahri memakaikan jilbab untuk menutupi rambut istrinya. Dia memakainya sedemikian rupa. Setelah selesai dia pun memandangi wajah istrinya. Wajah itu terlihat lebih cantik daripada sebelumnya. Fahri mendorong perlahan tubuh istrinya. Berjalan menuju cermin yang ada di dalam kamar mereka. Alangkah terkejutnya Zoya ketika melihat pantulan tubuhnya yang begitu mempesona di depan cermin dengan mengenakan hijab yang menutupi kepala.
Zoya menatap Fahri, memberi isyarat akan bertanya apakah wanita cantik yang ada di dalam cermin adalah dirinya. Fahri yang tidak mendengarkan sepatah kata pun hanya mengangguk kan kepala seakan dia mendengar semua yang disampaikan oleh Zoya kepada dirinya.
"Bagaimana? Kamu cantik bukan?" Fahri memberikan pujian kepada istrinya.
"Ayo kita berangkat!" Zoya masih berdiri di depan cermin. Wanita itu tidak percaya dengan penampilannya saat ini. Gaun berwarna biru yang panjang menutupi seluruh tubuhnya. Belahan yang merupakan aplikasi dari gaun tersebut juga sudah dijahit dengan rapat. Kini gaun itu benar-benar milik seorang muslimah. Ditambah kepala Zoya juga sudah ditutup dengan sebuah hijab. Penampilan wanita itu telah berubah. Wanita itu sampai tak menyadari bahwa suaminya sedang memanggilnya. Fahri menarik tangan Zoya kemudian membawanya pergi dari rumah itu.
Florida dan Alex yang sedang menunggu di ruang makan sangat terkejut melihat kehadiran seorang wanita muslimah di dalam rumah mereka. Pada awalnya mereka bahkan tidak mengenali Zoya. Tadinya mereka berfikir bahwa Fahri sedang berjalan dengan wanita lain. Namun setelah jarak diantara mereka begitu dekat lahirnya kedua orang itu pun bisa mengenali majikan mereka. Mereka berdua benar-benar tak percaya dengan perubahan yang ada di hadapannya saat ini.
"Mba, kami akan sarapan di luar. Jika kalian ingin sarapan maka sarapan saja duluan. Oh iya, tolong kumpulkan semua data perusahaan terbaru. Kami akan segera mengerjakannya." ucap Fahri kepada sekretaris dan assistant pribadi mereka.
Selanjutnya fahri dan istrinya mulai meninggalkan rumah itu. Fahri mengenakan mobil mewah yang telah diberikan oleh Florida kepada dirinya. Beberapa fasilitas yang digunakan oleh Fahri sudah diserahkan oleh Florida kepada dirinya. Tadinya dia tidak ingin menerima semua itu. Tetapi semua itu adalah perintah dari almarhum ayah mertuanya. Akhirnya diapun menerima semuanya dengan berat hati.
Mobil itu berjalan meninggalkan rumah besar dan juga mewah. Zoya juga berada di dalam mobil tersebut. Tetapi dia tidak tahu kemana suaminya kan membawa dirinya pergi. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Mobil berjalan menuju jalanan yang ramai. Banyak sekali orang yang melakukan aktivitas di jalanan. Orang-orang melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Begitu juga dengan Fahri dan istrinya.
Mobil yang mereka tumpang i memasuki jalanan yang kecil. Zoya mengerutkan keningnya. Hatinya bertanya-tanya kemanakah suaminya kan membawa dirinya pergi. Sudah berulangkali dia menanyakan pertanyaan itu kepada pria tersebut tetapi Fahri enggan untuk menjawabnya. Perjalanan itu masih tetap berlanjut. Kini mereka memasuki daerah kumuh. Dimana rumah rumah kecil dan juga sederhana tampak berbaris. Anak-anak berlarian ke sana kemari. Fahri sedang membawa istrinya pulang ke rumah orang tuanya. Di mana ibu dan kedua adiknya berada. Wanita itu telah memberikan banyak hal kepada dirinya. Dia ingin kembali mengabadikan diri kepada ibunya.
Mobil itu berhenti. Tempat di halaman sebuah rumah yang sangat sederhana. Bahkan bagi Zoya yang terbiasa tinggal di kota berfikir bahwa rumah itu tidak layak untuk dihuni sama sekali. Hati wanita itu benar-benar diselimuti oleh banyak pertanyaan.