"Apa sebenarnya yang sedang kamu lakukan tadi?" tadinya wanita itu sangat marah tetapi rasa penasaran yang ada di dalam hatinya lebih besar daripada rasa marah yang menguasai dirinya. Karena itulah dia mengajukan sebuah pertanyaan kepada Fahri. Gerakan salat adalah suatu gerakan yang asing bagi dirinya karena itu dia benar-benar merasa penasaran lalu dia pun bertanya.
"Apa?" Fahri masih tidak mengerti apa yang ditanyakan oleh istrinya. Wanita itu memberi isyarat melalui matanya.
"Salat?" tanya pemuda tampan tersebut heran. Hatinya mulai bertanya-tanya apakah wanita itu tidak mengenal salat yang merupakan ibadah umat islam. Dia tidak tahu mengapa Tuhan menjadikan wanita itu sebagai istrinya. Jangankan untuk menjadi wanita solehah dan istri yang sholehah sementara wanita itu bahkan tidak tahu arti dari sebuah salat.
"Jika kamu ingin tahu, aku akan memberitahumu nanti. Sekarang lanjutkan kata-katamu tadi." Fahri mengalihkan pembicaraan. Semua itu membuat Zoya tidak begitu senang tetapi dia menuruti permintaan dari Fahri.
"Pernikahan kita hanyalah paksaan. Aku yakin kamu juga tak ingin menikah denganku. Jadi kita akan membuat peraturan di dalam rumah tangga kita." pemuda tampan itu mengurutkan keningnya. Dia masih tidak mengerti maksud dari kata-kata yang diucapkan oleh istrinya.
"Maksud kamu?" tanya Fahri.
"Kita jadikan saja pernikahan ini sandiwara. Kamu hanya berkat atas suamiku di atas kertas aja. Kamu tidak boleh menuntut apapun dari ku. Di depan orang kamu boleh berperan sebagai suamiku tapi sesungguhnya kamu hanyalah seorang pria yang menumpang hidup di dalam kehidupanku." kata-kata yang diucapkan oleh wanita itu sangat kasar. Fahri mencoba ber istighfar di dalam hati berulang kali agar bisa mengendalikan emosinya.
"Apa? Mungkin menurutmu pernikahan bisa dipermainkan tapi tidak menurutku. Jika kamu memang tidak ingin melanjutkan pernikahan ini maka kita bisa menyelesaikannya dengan perceraian." Zoya tidak menyangka jika suaminya lebih keras dari apa yang dia pikirkan.
"Apa alasan yang membuat kamu begitu keras kepala. Apakah karena uang? Untuk berpura-pura menjadi suamiku, aku siap memberikan kamu uang sebanyak yang kamu inginkan. Aku akan membayarmu untuk melakukan sandiwara itu." Zoya masih berusaha membujuk Fahri agar pria itu mau mengikuti kata-katanya. Agar pria itu mau mendengarkan setiap perintahnya.
"Tidak. Kamu memiliki hak untuk mengangkat pernikahan ini sandiwara atau apapun namanya. Tetapi aku juga memiliki hak yang sama. Jika kamu memang tidak membutuhkan pernikahan ini aku bisa menceraikan mu sekarang juga. Bagaimana? Apakah kamu ingin itu?" pertanyaan Fahri membuat Zoya dia mendalam marah. Ingin rasanya dia memukul wajah pemuda itu. Berani sekali dia mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Pernikahan paksa yang terjadi diantara mereka telah membuat pria itu berani.
Zoya benar-benar ingin bercerai dari pria tersebut tetapi dia tahu konsekuensinya bahkan Bernard juga akan meninggalkan dirinya. Wanita itu tidak memiliki pilihan lain selain bertahan dalam pernikahan tersebut.
"Bagaimana? Apakah kamu ingin pernikahan ini tetap dipertahankan atau kita menyelesaikannya sekarang juga dengan perceraian?" pertanyaan yang tegas dari pria itu membuat Zoya semakin gugup. Dia tak pernah ingin melanjutkan pernikahan tersebut tetapi dia juga tidak memiliki kekuasaan untuk menghentikannya.
'Baiklah, aku akan bertahan sebentar. Setelah semua kekayaan milik ayahku jatuh kepada diriku, aku akan segera membuang mu,' ucap Zoya di dalam hatinya.
"Karena kamu hanya diam saja, aku anggap kamu masih mau mempertahankan pernikahan ini. Tetapi pernikahan yang harus kita jalan nih adalah seperti pernikahan yang sebenarnya. Kamu harus siap menjadi istriku lahir dan batin. Kamu harusnya mengikuti semua perintah ku apapun yang terjadi karena aku adalah pimpinan dalam rumah tangga ini. Apakah kamu mengerti istriku?" seperti yang disampaikan oleh ayah mertua dari Fahri di dalam surat wasiat yang diberikan nya kepada Fahri disampaikan bahwa Fahri merupakan orang yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi kepada Zoya. Diterima atau tidak, dinginkan atau tidak tetapi pertanggungjawaban itu akan ditanya oleh Tuhan. Tetapi tanggung jawab itu akan dipertanggungjawabkan nantinya. Fahri juga tidak memiliki pilihan lain selain benar-benar menjadi imam bagi Zoya. Meski pemuda tampan itu menyadari semua itu tidak akan mudah.
"Apa?" Zoya melotot menatap wajah suaminya menanggapi kata-kata yang baru saja diucapkan oleh pria tersebut. Selama hidupnya wanita itu tidak pernah diatur apalagi di kakang. Bahkan sang ayah tidak memiliki kemampuan untuk bisa mengendalikan Zoya. Dia tidak percaya bagaimana seorang pria rendah seperti Fahri memiliki niatan untuk mengendalikan dirinya.
"Kenapa?" pria tampan itu kembali bertanya.
"Apakah kamu tahu di mana statusmu? Apakah kamu tahu di mana derajat mu? Tidakkah kamu menyadari bahwa kamu hanyalah parasit yang menumpang hidup di rumahku. Seharusnya kamu merasa bersyukur karena mendapatkan rezeki yang berlimpah menjadi orang kaya dalam waktu semalam. Tetapi kamu masih cukup mempunyai nyali karena berani memberikan perintah kepadaku." Zoya sampai tidak mampu menahan amarah nya. Dia benar-benar tidak menyangka jika ada pria rendah seperti suaminya yang memanfaatkan keadaan. Yang menganggap dirinya akan jatuh dan takluk di tangan pria rendah dan miskin seperti dia.
"Bukankah aku adalah suamimu?" sebuah pertanyaan disampaikan oleh Fahri. Pertanyaan yang membuat wanita itu mencoba mencerna maksud dari pertanyaan tersebut.
"Ya, lalu?" tanya Zoya.
"Ayo ikut aku!" Fahri menarik tangan istrinya. Wanita itu mencoba melepaskan genggaman tangan suaminya. Tetapi Fahri tidak peduli. Dia terus menarik tangan wanita tersebut dan membawanya pergi dari sana.
"Hey, kemana kamu akan membawaku pergi?" sebuah pertanyaan yang sangat kasar menghentikan langkah kaki Fahri. Dia kembali ber istighfar di dalam hati sambil menatap wajah istrinya. Sepertinya dia masih membutuhkan kesabaran yang lebih banyak untuk menghadapi wanita itu.
"Diam, kata kamu akan kehilangan segalanya," ancam Fahri kepada istrinya.
Akhirnya wanita tersebut hanya bisa diam dan membiarkan suaminya membawa dirinya pergi begitu saja. Fahri membantu istrinya untuk duduk di dalam mobil kemudian dirinya beralih menuju kursi kamudi. Mobil itu melaju, wanita yang duduk di samping Fahri tidak mengetahui kemana mobil itu akan pergi. Dia hanya bisa memperhatikan wajah pria tersebut dengan penuh rasa tanya di dalam hatinya.
Tidak berapa lama mereka pun tiba di sebuah toko buku yang besar. Dengan merek ternama. Fahri turun dari dalam mobil kemudian membukakan pintu untuk istrinya. Zoya turun dan membiarkan dirinya mengikuti langkah suaminya karena dia tidak mampu memberontak. Fahri membawa wanita itu menuju barisan buku-buku islami yang tersusun rapi di sana. Dia mengambil beberapa buku lalu memberikannya kepada Zoya. Salah satu buku yang paling menarik adalah buku yang berjudul 'Haruskah orang istri taat kepada suaminya?' judul yang sangat menarik perhatian pasangan suami istri tersebut.