Seperti yang diperintahkan oleh Fahri, meski wanita itu ingin menolak perintah tersebut tetapi dia tidak memiliki kuasa. Dia harus bisa berpura-pura menjadi istri yang baik dihadapan suaminya. Karena jika dia tidak melakukan itu pernikahannya akan kandas. Dengan wajah cemberut dia mulai bersiap. Mengenakan pakaian seadanya dan mengenakan make up.
Fahri memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh istrinya. Hatinya terasa sakit ketika melihat wanita itu mengenakan pakaian terbuka, mempertontonkan aurat nya kepada orang lain. Fahri berhenti di hadapan istrinya. Dia memandang sang istri dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia menyentuh kepala istrinya perlahan kemudian hidung dengan dan kakinya. Sementara wanita itu hanya diam saja sebab dia merasa heran dengan kelakuan suaminya.
"Tunggu di sini!" perintah Fahri. Wanita itu masih diam. Dia masih tak mengerti maksud dari kata-kata yang diucapkan oleh suaminya. Dia hanya berdiri di sana kemudian Fahri berjalan mencari pakaian yang bisa digunakan oleh istrinya. Fahri membongkar semua isi lemari. Dia mencoba mencari pakaian yang sedikit tertutup. Tetapi kenyataan berkata lain karena lemari besar itu hanya diisi oleh pakaian pakaian yang terbuka saja. Pemuda tampan itu hampir kehabisan akal. Akhirnya setelah berusaha beberapa lama dia pun menemukan pakaian yang sedikit tertutup namun sepertinya pakaian itu belum selesai dijahit karena terdapat belahan hingga di atas paha. Song pemuda tampan menggeleng. Dia membawa pakaian yang berwarna biru muda itu. Lalu dia memanggil seorang pelayan.
"Pelayan!"
"Ya tuan muda." seorang pelayan menghampiri Fahri. Sementara Zoya masih menunggu dengan tidak sabar. Apakah sebenarnya yang diinginkan oleh pria itu. Ingin rasanya wanita itu men cakar wajah Fahri karena tindakan yang dilakukannya tetapi dia masih memiliki akal sehat sehingga dia mengurungkan niatnya.
"Ambilkan jarum dan benang!" ucap Fahri.
"Ha?"
"Ha?" pelayan itu dan juga Zoya menanggapi kata-kata pemuda tampan tersebut secara bersamaan. Mereka tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Pelayan itu terdiam beberapa saat namun saat dia menyadarinya dia pun segera berlari meninggalkan kamar besar tersebut mencari apa yang diinginkan oleh majikannya. Sementara Zoya bingung dengan apa yang dilakukan oleh Fahri.
Tak berapa lama seorang pelayan kembali dengan membawa beberapa alat jahit menjahit. Fahri dengan cekatan mengambil jarum dan memasukkan benang ke dalam lubang jarum. Zoya bahkan melotot menatap pria itu dia benar-benar kagum dengan kemampuan yang dimiliki oleh Fahri. Sudah terbiasa tinggal di luar negeri sendirian, sudah terbiasa hidup tanpa kedua orang tua dan tanpa orang lain membuat Fahri menjadi pria yang mandiri. Tidak jarang dia melakukan semua pekerjaan sendirian seperti menjahit pakaian ataupun pekerjaan lainnya. Fahri sudah terbiasa melakukan itu.
Karena itu menjahit bukanlah sesuatu yang asing bagi pemuda itu. Setelah selesai memasukkan benang ke dalam jarum dia pun merapikan benang dan menggunting nya. Setelah itu pemuda tampan tersebut mulai menjahit gaun milik istrinya. Zoya terkejut melihat gerakan Fahri yang mulai memasukkan jarum ke dalam gaun dengan harga fantastis.
"Hey, apa yang kamu lakukan?" Zoya menarik gaun yang ada di tangan Fahri. Dia tidak akan terima jika pria itu merusak gaun kesayangannya. Gaun itu sangat mahal bukan hanya mahal tetapi gaun itu sama harganya dengan sebuah perumahan di pinggiran kota. Gaun itu berharga 150 juta. Zoya tidak akan terima jika Fahri berusaha merusaknya.
"Apa? Apakah kamu tidak melihat pakaian ini?" jawab Fahri.
"Kenapa?" tanya Zoya. Wanita itu merasa bahwa pakaiannya baik-baik saja. Tidak ada yang aneh dari pakaian yang ada di tangannya saat ini.
"Pakaian ini belum selesai dijahit. Apakah kamu tidak melihat ini?" Fahri mendekati Zoya kemudian dia menunjuk ke arah belahan yang terdapat di gaun kesayangan Zoya. Wanita itu memperhatikan sarah tangan suaminya. Sesaat kemudian dia pun tertawa terbahak-bahak. Dia tertawa bahkan sampai dia memegang perutnya.
"Ada apa? Kenapa kamu malah tertawa?" Fahri bertanya. Tetapi Zoya tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya sibuk memegangi perutnya. Wanita itu masih tertawa.
"Apakah, apakah kamu tidak tahu ini apa? Sebenarnya kamu hidup di dunia mana. Semua ini adalah desain. Semua ini adalah fashion. Bukan berarti belum siap dijahit. Kamu ada-ada saja," ucap Zoya.
"Aku tidak peduli. Bagiku pakaian ini hanyalah pakaian yang belum selesai dijahit. Sepertinya bukan jahit nya lupa. Aku akan membantu pekerjaannya. Biarkan aku yang menjahit nya." Fahri kembali menarik pakaian tersebut dari tangan Zoya.
"Tidak, apakah kamu tahu berapa harga pakaian ini. Bagaimana mungkin aku bisa membiarkan kamu merusak nya. Pakaian ini hanya ada satu satunya di dunia. Aku telah mengeluarkan banyak uang untuk bisa mendapatkan gaun termahal ini dan kamu ingin menghancurkan nya begitu saja." Zoya tidak terima. Dia kembali menarik pakaian tersebut dari tangan Fahri. Dia tak ingin dan tak mau jika pakaian kesayangannya dirusak oleh suaminya.
Mereka pun mulai bertengkar. Mereka berlari ke sana kemari untuk merebut pakaian itu dari tangan pasangan mereka. Pakaian itu berpindah tangan kembali kepada Zoya, tetapi Fahri tidak bisa menerimanya. Dia pun segera mengambil pakaian itu dan berlari menjauh dari Zoya. Peristiwa itu terus berlangsung hingga beberapa saat lamanya. Keduanya bahkan belum sarapan. Rasa lelah yang mereka rasakan membuat mereka harus menghentikan semua aktivitas mereka. Mereka berdua terduduk di atas ranjang sambil berusaha mengendalikan napas mereka yang memburu.
Mereka berdua kelelahan. Mereka bahkan tak sanggup lagi untuk berbicara satu sama lain. Mereka berdua hanya diam membiarkan gaun yang mereka perebutkan berada di sana tanpa ada yang menyentuhnya. Pasangan suami istri itu sedang berusaha mengumpulkan semua tenaga yang ada di dalam dirinya agar mereka bisa bernapas dengan baik.
"Apakah kamu tahu apa guna pakaian?" tiba-tiba Fahri mengajukan sebuah pertanyaan kepada istrinya.
"Pakaian?" Zoya bingung harus menjawab apa. Selama ini dia memang mengenakan pakaian yang mahal-mahal dan juga bermerek tetapi dia tidak tahu alasannya.
"Kenapa kamu tidak menjawabnya?" Fahri kembali bertanya.
"Untuk menutup tubuh. Agar terlihat cantik. Agar indah dipandang mata." jawab Zoya. Fahri tersenyum.
"Ya, kamu benar. Pakaian tercipta untuk menutupi tubuh. Untuk melindungi diri dari sesuatu yang bahaya di luar tubuh. Melindungi diri dari sengatan matahari. Melindungi diri dari hewan-hewan yang berbahaya. Dan melindungi diri dari niat jahat manusia." Zoya mengerutkan kening. Beberapa kata-kata yang diucapkan oleh Fahri benar adanya tetapi ada pendapat yang tidak disetujui yaitu tentang melindungi diri dari niat jahat manusia.
"Apa hubungannya pakaian dengan niat jahat manusia?" tanya Zoya.
"Jika di tempat umum ada seorang wanita dengan pakaian terbuka. Pakaiannya begitu mencolok hingga membuat beberapa mata memperhatikannya. Bukankah pakaian seperti itu bisa memancing orang jahat untuk melakukan niatan jahat kepada wanita itu?"