Tubuh gadis itu menjadi lemas saat mendengar berita buruk yang keluar dari lisan dokter. Dia tidak percaya jika satu-satunya orang yang ingin memiliki juga ikut meninggalkan dirinya. Kedua kaki Zoya seakan tidak mampu menahan berat tubuhnya sendiri. Dia pun hampir terjatuh ke lantai, untung saja Florida segera menangkap tubuh gadis itu. Disaat itu pula Zoya kehilangan kesadaran nya.
Wanita itu mencoba membuka kedua matanya yang terasa sangat berat. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum kedua matanya terpejam. Tiba-tiba ingatan nya bergerak menuju rumah sakit di mana dokter menyampaikan berita buruk kepada dirinya.
"Papa!" Sontak gadis itu merasa terkejut. Dia terduduk mencoba mencari keberadaan ayahnya. Dia baru menyadari bahwa ternyata dirinya sudah berada di dalam kamar di kediamannya. Wanita itu bahkan tidak menyadari semua hal yang telah terjadi kepadanya. Siapa yang salah membawanya pulang. Bagaimana dia sudah berada di dalam kamar.
Zoya turun dari tempat tidur, dia berjalan menuju pintu dengan satu tujuan sejarah berangkat ke rumah sakit. Karena dia harus bertemu dengan sang ayah. Wanita itu ingin memastikan bahwa semua ingatan nya salah. Dia membuka handal pintu kamarnya. Berjalan menuju tangga besar yang terdapat di rumahnya. Namun tiba-tiba saat dirinya berdiri tepat di atas tangga langkahnya berhenti. Karena pemandangan yang sangat menyayat hati terpampang di hadapannya.
Orang-orang mulai berkumpul di rumah Zoya. Mereka adalah para pelayat siang datang pingin berbela sungkawa atas musibah yang baru saja menimpa keluarga kaya raya itu. Pandangan Zoya tiba-tiba tertuju pada sesosok tubuh yang ter bujur kaku dikelilingi oleh beberapa orang yang sedang membacakan ayat suci. Zoya tidak ingin percaya, tetapi pikiran dan hatinya terus tertuju ke arah yang sama. Bahwa sosok yang sedang ter bujur kaku di ruang keluarga adalah ayahnya.
Sudut matanya mulai memanas, butiran butiran air mulai hadir tanpa diundang. Dia pun berjalan perlahan, langkahnya berat namun tak berhenti. Air matanya mengalir meski tak bersuara. Di harus memastikan bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk belaka. Di harus meyakinkan bahwa semua ini akan berlalu siring waktu. Namun semakin dia berusaha menghindari nya, semakin nyata kepedihan di hadapan matanya.
Florida membantu Zoya, untuk duduk di samping jenazah ayahnya. Tak berkedip sang putri menatap wajah pria yang telah memberikan dia jiwa. Wajah itu terlihat begitu pucat, namun sebuah senyuman menghiasi wajahnya. Senyuman yang sama yang ditunjukkan oleh sang ayah ketika Zoya bersedia mengikuti keinginannya. Hati gadis itu merintis dalam pertanyaan, apakah dia benar-benar ayahku? Apakah dia benar-benar pria yang sangat aku banggakan? Tetapi kenapa dia hanya dia membisu?
Zoya duduk di samping sosok sang ayah yang ter bujur kaku. Air matanya semakin membanjiri wajahnya yang sudah sembab. Dia men cubit dirinya sendiri agar segera terbangun dari mimpi. Namun bukan mimpi buruk yang menghilang, melainkan rasa sakit yang dia rasakan. Semua ini nyata, semua ini bukan mimpi buruk, semua ini adalah kenyataan pahit yang harus diterima.
Jeritan, teriakan, tangisan mewakili perasaan luka yang begitu mendalam. Luka yang tak bisa terlukiskan. Luka yang menyisakan puing-puing kehancuran di dalam hati wanita itu. Dia begitu hancur ketika menyadari bahwa dirinya hanya memiliki seorang ayah. Ayahnya adalah satu-satunya sandaran bagi gadis cantik tersebut. Ayahnya adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki di dunia. Ayah adalah tempat mencurahkan segala isi hatinya. Meski tidak jarang terkadang pertengkaran terjadi diantara keduanya saat berselisih paham. Meski tidak jarang gadis itu menangis karena kata-kata kasar sang ayah. Meski tidak jarang, pria paruh baya itu juga menitikkan air mata saat hatinya tersayat karena luka yang tanpa sengaja ditorehkan oleh sang putri yang ia cinta. Namun, dibalik semua itu. Ada rasa lain yang menggelar di dalam dada. Rasa cinta dan kasih sayang yang hidup dan tumbuh di dalam hati mereka masing-masing. Sesungguhnya diantara ayah dan anak, terdapat kasih sayang yang luar biasa. Kasih sayang itulah yang membuat mereka saling mengikat satu sama lain. Sehingga melunturkan semua pertengkaran yang terjadi diantara keduanya. Tetapi kini, keadaan sudah berubah. Tidak akan ada lagi seorang ayah yang selalu bertengkar dengan putrinya. Tidak akan terdengar lagi keributan saat mereka menonton bola bersama. Tidak akan ada lagi suara tawa yang menghiasi rumah besar itu. Yang ada hanyalah kenangan yang tersisa di dalam lubuk hati seorang gadis yang baru saja kehilangan ayahnya.
"Bangunlah Papa!" pinta gadis itu di tengah-tengah isak tangisnya.
"Bangunlah Papa! Aku berjanji akan menuruti semua permintaan Papa. Aku berjanji tidak akan bertengkar lagi dengan Papa. Tetapi jangan tinggalkan aku seperti ini Papa! Bangunlah Pa." Suara gadis itu terdengar sangat menyayat hati. Permintaan itu berasal dari dalam lubuk hatinya. Permintaan agar Tuhan mengembalikan sang ayah kepada dirinya. Ini adalah permintaan pertama bagi gadis itu, sejak kecil dia tidak pernah meminta kepada Tuhan. Karena dia merasa bahwa ayahnya mampu memberikan segalanya kepada dirinya. Dia merasa tidak membutuhkan Tuhan, karena kehadiran sang ayah sudah cukup bagi dirinya.
Namun kenyataan berkata lain, meski dia terus menjerit, meski dia terus berdoa, meski dia terus meminta tetapi ayahnya tidak kembali juga. Meski dia mengucapkan ribuan janji, meski dia berkomitmen untuk menjadi anak yang baik hati, agar ayahnya kembali. Tetapi keadaan masih sama, ayahnya masih ter bujur kaku tak berdaya. Hingga akhirnya, wanita itu terpuruk dalam keputusasaan yang nyata.
'Tuhan, Engkau sangat tidak adil kepadaku! Selama ini aku tidak pernah meminta apapun kepadamu. Selama ini aku tidak pernah mengeluh kan apapun kepadamu. Aku mencoba bersabar saat Engkau mengambil ibuku tanpa persetujuan dari ku. Tapi kenapa Engkau begitu tidak adil kepadaku. Bukankah Engkau tahu, aku tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini. Hanya papa satu-satunya orang yang aku miliki. Tetapi ternyata, Engkau juga mengambilnya dengan paksa dariku, Engkau bener-bener tidak adil,' keluh Zoya di dalam hatinya.
***
"Bu, apa makna dari surat yang diberikan ayah kepadaku?" Di tempat yang berbeda seorang putra sedang bertanya kepada ibunya. Bertanya tentang sebuah surat yang ditinggalkan oleh sang ayah untuknya. Surat yang berisi permintaan untuk pernikahan yang tidak ia mengerti artinya.
"Maafkan Ibu, Nak! Ibu juga tidak tahu jika akhirnya akan seperti ini. Ibu tidak menyangka jika ada hutang budi yang harus dibalas atas kebaikan keluarga mereka. Maafkan ibu, Nak! Seandainya Ibu mampu, Ibu pasti akan membatalkan semuanya. Tetapi ibu tidak berdaya," ucap wanita paruh baya itu dengan penuh rasa menyesal. Menyesal karena dia tidak bisa berbuat banyak. Menyesal karena akhirnya putra kesayangannya yang harus menjadi korban.