Chereads / Pernikahan Itu Indah / Chapter 6 - Meminta Petunjuk

Chapter 6 - Meminta Petunjuk

Seorang wanita cantik dengan pakaian terbuka menghampiri Bernard. Wanita cantik itu bernama Jessica, dia mendekati pria yang sedang duduk di pinggir pantai dan menikmati minuman segar.

"Siapa yang menghubungi dirimu, sayang?" wanita itu bertanya sambil merangkul kan kedua tangannya di leher Bernard.

"Biasa," ucapnya sambil mengangkat kedua bahu.

"Apa yang dia katakan?" tanya Jessica.

"Dia dipaksa menikah oleh papanya. Laki-laki tua itu juga mengancam jika dia tidak mau menikah maka dia akan menyumbangkan semua harta ke panti asuhan." Bernard menjelaskan.

"Lalu," lanjut Jessica.

"Tentu saja aku melarangnya. Tadinya dia berfikir akan meninggalkan semua harta itu dan datang kepadaku." pria bertubuh tinggi itu tertawa sinis. Disambut oleh tawa dari Jessica.

Bernard hanyalah seorang pria yang berusaha memanfaatkan Zoya. Dia dan Zoya sudah berpacaran sejak lama. Tetapi meski berpacaran wanita itu masih tetap menjaga dirinya. Zoya bahkan tidak pernah mengijinkan Bernard untuk menyentuh tubuhnya. Lambat laun Bernard mulai bosan dengan wanita itu. Dia pun mulai mencari wanita lain yaitu Jessica. Tetapi Bernard tidak berencana meninggalkan Zoya sebab wanita itu memiliki banyak harta kekayaan. Akhirnya Bernard dan Jessica bersatu untuk menjadikan Zoya sebagai target keduanya. Mereka berdua akan mengambil semua harta kekayaan milik wanita itu sementara Zoya tidak mengetahuinya.

Selama ini hubungan wanita itu dengan Bernard hanyalah hubungan palsu semata. Meski Zoya sangat mencintai pria tersebut tetapi dia tidak mengetahui jika pria itu memiliki wanita lain di belakangnya.

Zoya terduduk di atas ranjang. Tadinya dia berfikir untuk meninggalkan semuanya. Tidak peduli berapa banyak harta kekayaan milik ayahnya karena yang terpenting bagi Zoya adalah kekasihnya yaitu Bernard. Wanita cantik itu rela meninggalkan segalanya. Rela hidup sederhana yang penting bagi dirinya adalah dia bisa hidup bersama dengan Bernard. Tetapi Bernard melarang dirinya. Pria itu meminta agar Zoya melangsungkan pernikahan dengan Fahri. Pria itu meminta agar dirinya berpura-pura dalam pernikahannya. Zoya merasa bingung, apakah dia harus mengikuti kata hatinya meninggalkan semua harta kekayaan milik ayahnya dan pergi menuju Bernard yang merupakan kekasihnya ataukah dia tetap bertahan dalam pernikahan itu agar bisa menyelamatkan seluruh harta kekayaan mereka ayahnya.

***

Fahri tidak tahu kesalahan apa yang sudah dia berbuat hingga dirinya harus menikah dengan orang yang bahkan tidak pernah dia kenal. Pemuda tampan itu hanya mendapatkan sebuah foto dari ibunya. Mereka bahkan tidak pernah bertemu sama sekali. Wanita paruh baya itu juga menceritakan tentang keadaan dan juga kondisi Zoya, seorang wanita yang akan menjadi istrinya.

Saat berada di Kairo, Fahri memiliki impian menikah dengan wanita solehah yang akan melahirkan banyak anak sholeh dan sholehah. Dia selalu membayangkan memiliki istri yang dekat kepada Allah sehingga mereka bisa bersama-sama berjalan meraih ridho Nya. Dia pernah bermimpi memiliki kehidupan sederhana dengan memperbanyak ibadah kepada Tuhan yang maha esa.

Tetapi semua impian itu hancur di tengah jalan saat di harus mengambil keputusan untuk menikah dengan wanita lain. Wanita yang bahkan tidak mengenal islam. Wanita yang tidak menutup aurat nya. Fahri bahkan enggan untuk memperhatikan sebuah foto yang diberikan oleh ibunya kepada dirinya. Dari jauh sudah bisa dilihat bahwa wanita itu bahagia mengumbar aurat nya. Apakah wanita itu benar-benar akan menjadi istrinya. Pemuda tampan tersebut terus bertanya di dalam hatinya.

Tetapi saat dia melihat ibunya yang sudah tua membesarkan kedua adik perempuannya hatinya kembali tertegun. Mereka bisa bertahan karena bantuan pria itu. Dia juga bisa meluluhkan kuliahnya karena bantuan pria itu. Andai saja waktu bisa berulang maka Fahri akan lebih memilih untuk meninggalkan studinya dan bekerja demi menopang kehidupan keluarganya. Tetapi semua tidak akan bisa diperbaiki. Waktu tidak akan pernah kembali. Semua kejadian tidak akan bisa dirubah kini pemuda tampan itu hanya bisa melanjutkan kehidupan dengan sikap terbaik yang harus dia putuskan.

Apakah dia harus menerima permintaan ayahnya. Tetapi kenyataan mengatakan bahwa dirinya juga tidak bisa menolak perintah itu. Perintah yang merupakan amanah terbesar dalam hidupnya. Fahri mencoba menceritakan semuanya kepada Allah. Karena hanya Tuhan yang mengetahui mengapa dia berada di pada takdir seperti ini. Hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya.

Pada malam itu pemuda tampan tersebut menghabiskan waktunya di atas sajadah. Dia terus melakukan sholat untuk meminta petunjuk kepada Tuhan. Tidak henti dia berdoa selanjutnya dia membaca alquran. Hingga tengah malam dia bahkan tidak tertidur karena terus beribadah sebab esok adalah hari yang penting bagi dirinya. Fahri melanjutkan ibadahnya dengan salat tahajud dan ditutup dengan salat witir. Semua aktivitas ibadahnya dia lakukan bahkan hingga subuh datang menyapa. Setelah subuh dia membaringkan tubuhnya yang telah di atas sajadah karena semalaman dia bahkan tidak memejamkan matanya sedikitpun.

***

"Fahri, bangun nak." suara seorang wanita paruh baya membangunkan Fahri dari tidurnya. Tadinya pria itu berharap bahwa pagi tidak akan muncul. Dia ingin terus tidur dan membiarkan dirinya hanya dalam mimpi. Ketika dia bangun dia justru berharap bahwa kejadian kemarin hanyalah mimpi buruk semata. Tetapi semua harapan harapan itu sirna ditelan kenyataan yang pahit.

"Nak, maafkan Ibu. Maafkan ibu karena sudah membuatmu dalam keadaan yang rumit. Jika saja ada yang bisa ibu lakukan." wanita itu mulai menangis di hadapan putranya. Putra kesayangannya yang dia besarkan dengan sepenuh hati. Putra kesayangannya yang dirindukan dengan sepenuh hati. Wanita paruh baya itu benar-benar merasa bersalah karena membuat putranya tak berdaya. Jika saja dia bisa melakukan sesuatu pasti sudah dia lakukan demi putranya. Tetapi wanita itu juga tidak bisa berbuat apa-apa. Karena semuanya sudah terlambat.

"Bu, kenapa ibu menangis?" pemuda tampan itu bertanya kepada sang ibu. Fahri menghapus air mata ibunya yang sudah membasahi wajah kusam wanita paruh baya tersebut. Terlalu banyak penderitaan yang telah dirasakan oleh wanita itu. Sebagai keluarga yang berada dari kelas menengah ke bawah, ekonomi adalah masalah yang paling besar yang harus mereka hadapi. Keluarga ini terlahir sebagai keluarga yang hidup susah. Jangankan untuk menikmati hidup dengan menghabiskan banyak uang, untuk kebutuhan sehari-hari saja mereka kesulitan.

Saat itu Fahri menolak menerima beasiswa untuk bersekolah di luar negeri. Tetapi ayah dan ibunya bersikeras. Kedua orang tua Fahri berharap agar pendidikan putra mereka bisa menaikkan derajat keluarga tersebut. Dengan menjual satu-satunya sawah yang mereka miliki akhirnya Fahri berangkat ke luar negeri. Setiap hari sang ayah terus bekerja keras untuk bisa menghasilkan uang agar bisa menghidupi kebutuhannya dan menyekolahkan dua adik Fahri juga memberikan sedikit uang saku untuk putranya.