Berbicara tentang OSIS, Gemma tiba-tiba saja jadi teringat oleh salah satu sahabatnya yang lain.
"Ndu, ini lagi rame-rame, berarti Tama ada di sekolah?" Gemma bertanya pada Randu yang kebetulan berjalan di sampingnya, Randu yang mendengar itu langsung menghela napas malas.
Bagaimana bisa gue betah temenan sama orang ini selama satu tahun? Mungkin begitu pikir Randu di dalam hatinya setelah mendengar pertanyaan Gemma tersebut.
"Lo pikir kita sebenernya di sini mau ngapain?" jawab Randu masih dengan nada malasnya.
Gemma mengernyit, masih tak paham.
Tolong jelaskan saja secara langsung, jangan memakai kode sindiran seperti itu karena akan percuma saja, sebab Gemma tidak akan paham meskipun Randu harus menyindirnya seratus kali.
"Tama minta bantuan dekor sekolah buat penutupan MOS karena beberapa anggotanya masih ada yang belum pulang liburan, dia butuh bantuan dan kita harus bantuin," ujar Randu memperjelas, ternyata laki-laki itu masih memiliki stok kesabaran untuk meladeni Gemma. "Lo pikir gue juga rela habisin hari minggu gue di sekolah? Dih, kalo bukan karena Tama minta tolong, gue juga nggak akan mau kali."
Sebetulnya memang bukan hanya Gemma saja yang merasa tak suka untuk datang ke sekolah hari ini, tetapi karena ini permintaan dari Tama yang jelas-jelas sahabat mereka sendiri, jadi mau tak mau mereka semua harus pergi.
Entahlah, padahal Tama juga tidak mengimi-ngimingi mereka dengan balasan apa pun. Tapi, seperti sudah menjadi kebiasaan saja bagi mereka untuk ikut membantu tiap kali Tama meminta, apalagi jika laki-laki itu sudah menggunakan kata tolong, maka tidak akan ada yang berani menolak kecuali jika pada hari yang sama mereka sedang ada kegiatan yang lain.
Anggap saja ini bagian dari solidaritas atau persahabatan yang memang sudah erat mereka berlima jalani.
Gemma yang baru tau langsung meringis meminta maaf. "Sorry, gue beneran nggak tahu apa tujuan kita dateng ke sini daritadi. Gue pikir lo semua mau ngajakin main aja biasa padahal gue pingin tiduran aja di kosan, tapi kalo Tama yang minta sih yaudah, mau gimana lagi."
"Lo dari semalem ngapain sih memangnya sampe enggak buka grup chat sama sekali?" tanya Randu sudah mulai emosi.
Gemma nyengir lebar, sudah tahu kalau sahabatnya itu sudah akan marah jika mendengar jawabannya yang satu ini, "Gue nggak buka grup semalem gara-gara begadang, main bareng sama yang lain."
"Siapa suruh lo begadang," balas Randu makin sewot.
"Eh, eh, eh, ada apa ini ribut-ribut kawan." Azka yang sejak tadi berjalan di depan mereka bersama Arjuna pun melangkah mundur untuk menyamakan langkahnya dengan Gemma dan juga Randu. "Jangan berantem mulu dong, ini yang satu emosian yang satunya agar lemot, mending lo berdua jangan jalan sampingan deh sebelum beneran bakal ribut," ujarnya selagi menengahi.
Dirangkulnya kedua sahabatnya itu di bagian kiri dan kanan, Arjuna yang melihat itu dari depan hanya bisa menggeleng kecil dan tetap fokus pada jalannya saja, tidak mau mempedulikan mereka bertiga di belakang sana.
"Lo berdua ngobrolin apa?" tanya Azka lagi.
"Gemma begadang lagi semalem makanya dia nggak ada muncul di grup karena asik main bareng sama temen-temen game-nya itu," kata Randu memberitahu.
Azka langsung menoleh ke arah Gemma, lalu Azka ikut-ikutan nimbrung berlagak menasehati Gemma. "Lo itu anak kos, Gemma. Orang tua lo jauh, jangan bikin mereka khawatir karena lo begadang tiap hari. Liburan ini lo nggak ada pulang kan ke rumah, jadi jangan bikin orangtua lo khawatir lah kalo sampai lo sakit."
"Siapa tuh yang begadang?"
Gemma, Azka dan juga Randu langsung menoleh ke sumber suara. Ada Aulia di depan mereka yang sedang melihat keduanya dengan raut penasaran. Ketiganya bahkan tidak sadar jika mereka sudah sampai di depan ruang Jurnalistik karena terlalu sibuk berbicara sejak tadi.
Arjuna sendiri sudah berada di dalam ruangan sembari melihat ketiganya.
"Kok pertanyaan gue nggak dijawab?" Aulia bertanya lagi kepada mereka, gadis berwajah kecil itu meneliti satu per satu wajah ketiganya. "Pasti Gemma, ya?" tebaknya langsung tepat sasaran.
Azka mengangguk, lalu mengompori, "Nasehatin nih, Aul. Biar kapok."
Namun di luar dugaan Aulia justru terkekeh kecil. "Wajar kali, gue juga anak kos sering begadang kok. Lo semua gak tau aja gimana rasanya jadi anak kos, gue paham banget lah kenapa Gemma sering begadang gitu." Gemma langsung tersenyum lebar mendengarnya seraya mengacungkan kedua ibu jarinya kepada Aulia tanda bahwa dia setuju dengan kalimat gadis itu.
Tapi, tentu hanya mereka berdua saja yang setuju dengan pernyataan tersebut, tidak dengan orang lain yang ada di sana. Termasuk dengan Arjuna yang tiba-tiba saja mendekat dan menyentil dahi Aulia, tentu saja tidak begitu kuat.
"Apaan sih, Jun?!" seru Aulia kesal tetap mengaduh karena sentilan itu terasa sakit di keningnya.
"Jangan ngajarin Gemma yang aneh-aneh," kata Arjuna tetap dengan suara dan ekspresi datarnya seperti biasa. "Tas kameranya di mana?" lanjut laki-laki itu memberikan pertanyaan.
Bibir Aulia mencebik kesal, tapi gadis itu tetap berbalik untuk kembali masuk ke ruang Jurnalistik dan mencari tas kamera yang sudah Arjuna tanyakan. Langkah Aulia diikuti oleh yang lainnya, sebab tujuan utama mereka datang ke ruang Jurnalistik memang untuk beristirahat bukan hanya untuk berdiri di depan pintunya saja.
"Aul, lo sendirian di sini?" tanya Randu setelah mengamati bahwa memang tak ada siapapun di ruangan ini selain mereka.
"Iya, anak Jurnalistik udah rapat kemarin buat bahas tugas penutupan," jawab Aulia selagi mengambilkan tas kamera yang Arjuna minta. "Gue ke sini karena nih anak yang maksa mau ambil kamera, padahal besok pagi juga bisa," sambungnya setengah kesal dan tak lupa menunjuk ke arah Arjuna.
"Hm, gitu ternyata."
Baik Randu, Azka maupun Gemma kompak berdeham mengerti. Dan tentu saja dehaman itu langsung mendapat pelototan tajam dari Arjuna.
Siapa sih dari anak-anak lima sekawan yang tidak tahu kalau sebenarnya Arjuna itu naksir berat sama Aulia? Tentu saja semuanya tahu, karena kentara jelas sekali dari bagaimana cara laki-laki itu menatap Aulia.
Selama satu tahun bersama Arjuna, mereka sudah bisa menyadari sejak kapan Arjuna menyukai gadis itu, namun sayang laki-laki itu tidak bisa mengungkapkannya dan tidak bisa memperjelas hubungan mereka karena sebuah alasan yang tentu saja sudah jelas sekali.
"Kenapa kalian kompak berdeham kayak gitu?" Aulia bertanya bingung.
"Enggak apa-apa, udah mereka jangan didengarin," Arjuna menyela cepat karena tak mau Aulia semakin penasaran. Untung saja Aulia hanya mengangguk saja dan tidak bertanya lebih lanjut.
"Eh, apaan nih?" Gemma mendatangi salah satu meja, beberapa tumpukan kertas dan foto-foto yang berserakan di sana menarik perhatiannya. Jika dilihat sepertinya wajah dalam foto-foto itu akan menjadi wajah baru di SMA Garda Muda.
Aulia mendekat ke arahnya untuk melihat apa yang Gemma temukan. "Ah, itu beberapa foto adik kelas yang bakal gue sama Arjuna wawancara besok, itu atas rekomendasi Tama sih. Kata Tama mereka pada aktif gitu anaknya makanya gue disuruh wawancara mereka aja," jelas Aulia. Besok dia dan Arjuna memang memiliki tugas yang sudah diberikan oleh Tama kepada mereka sebagai anggota Jurnalistik.
Gemma mengangguk mengerti, kedua matanya masih sibuk melihat foto-foto itu, sampai akhirnya ada satu foto yang menarik perhatiannya dan membuat laki-laki itu terdiam sejenak dengan isi kepala yang sibuk membenarkan praduga hatinya saat ini.
Wajah di dalam foto itu terlihat tak asing.
"Itu yang bakal gue wawancara yang sebelah kanan, namanya Oreana Gantari," beritahu Aulia ketika tak sengaja ikut melihat foto di genggaman Gemma.
"Aulia."
"Iya?"
Gemma menggigit bibir bawahnya, bingung harus bertanya atau tidak. Namun, Aulia yang melihat keresahan itu justru mengambil kesimpulan lain atas ekspresinya. Sambil tersenyum menggoda Aulia kembali menyahut.
"Alea Khairunnisa, itu namanya yang disebelah kiri. Kenapa? Lo kenal?"
Gemma langsung terdiam ketika sadar bahwa nama itu sama seperti nama yang sedang dia pikirkan. Ada beberapa kilasan masa lalu yang mendadak memenuhi isi kepalanya saat ini.
Alea Khairunnisa, ya.
Gemma tersenyum kecil, "Iya, gue kenal, dia adik kelas gue waktu Sekolah Menengah Pertama."