Breckson yang sedari tadi mendengarnya di depan pintu tak mampu menahan rasa sakitnya. Namun, ia tahu bahwa Freislor memerlukan waktu untuk sendiri. Sehingga, ia memilih untuk tidak mengganggunya. Ia pergi meninggalkan ruangan dan menemani Kreysa. Sementara itu, Freislor yang masih bertahan di ruangan melepas pelukannya.
"Terima kasih, diriku sendiri," ucapnya sembari menyunggingkan senyuman. Ia berusaha sabar dan tabah untuk melewati ini semua. Gadis yang berada di depannya mengulurkan tangannya tepat di pipinya. Menghapus tangisnya sembari berkata.
"Dengar, Freis. Meski kamu adalah gadis buangan dari suatu kaum. Aku tahu, hati dan rasamu itu suci. Dan aku tahu, kamu mencintainya dengan tulus. Itu sebabnya, kamu tidak pernah memaksanya untuk selalu di dekatmu. Aku juga tahu keberadaanmu sekarang, kita akan melewati ini bersama, wahai diriku," ucapnya sembari menepuk pundak Freislor. Gadis itu menganggukkan kepala sembari mengangguk pelan.