"Mii-chan, aku sangat mengkhawatirkanmu." Jirou mendekati Misaki sembari mengatakan hal itu, lalu ia memeluknya.
"Maafkan aku, Oji-san," balas Misaki. Keiko dan Jirou yang mendengar Misaki berbicara terkejut. Biasanya anak itu akan memanggil mereka dengan Okaa-san dan Otou-san, namun malam ini, ia tak memanggil mereka dengan sebutan itu.
Kaori menyadari raut wajah keduanya. Ia sendiri yang meminta Misaki untuk memanggil mereka seperti itu sejak kemarin. Ia hanya tak ingin Misaki memanggil mereka seperti memanggil orang tua kandung.
"Bolehkah malam ini kalian mengizinkan Misaki-chan tidur bersamaku?" tanya Kaori dengan tiba-tiba saja. Jirou melepaskan pelukannya terhadap Misaki lalu menatap anak perempuan itu.
Belum juga Keiko ataupun Jirou membalas, tiba-tiba saja Misaki berkata, "Aku ingin tidur bersama Onee-chan!"
Misaki nampak senang sekali, bahkan ia bersemangat untuk tidur bersama kakaknya. Melihat raut wajah senang Misaki membuat Keiko mengizinkannya untuk tidur dengan Kaori, Jirou pun mengatakan hal yang sama. Kemudian Kaori memberitahu mereka berdua jika ia dan Misaki akan segera tidur. Keiko dan Jirou akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar Kaori dan pergi ke kamar mereka.
Kaori segera mengambil futon miliknya yang ditaruh di dalam lemari. Futon yang biasa digunakan tidur oleh masyarakat Jepang memang tidak jauh berbeda dengan kasur lantai yang bisa dilipat dan dirapikan. Futon pun digelar di atas lantai tatami atau lantai tradisional Jepang. Satu set futon terdiri dari shikibuton dan kakebuton. Shikibuton sebagai alas tidur yang terbuat dari kapas dan serat sintetis. Sedangkan kakebuton sebagai selimut yang terbuat dari bahan yang sama seperti shikibuton dengan tambahan bulu burung dan bulu domba agar terasa lebih lembut.
Kaori menggelar futon miliknya. Setelah selesai, ia mempersilakan sang adik untuk menggunakan futon itu. Dengan segera, Misaki membaringkan tubuhnya di sana.
"Marilah tidur bersamaku, Onee-chan!" ajak Misaki.
"Aku belum mengantuk," tolak Kaori sembari kembali duduk di meja belajarnya.
Misaki bangun dari posisi berbaringnya, ia ingin melihat hal apa yang sedang Kaori kerjakan hingga belum mengantuk di jam malam seperti ini. Ia mengintip dari arah belakang tubuh Kaori yang sedang menulis sesuatu di sebuah buku. Nampak jelas sebuah coretan berbagai tulisan yang Misaki tidak tahu. Anak kecil itu belum bisa membaca, tentu ia tidak mengerti apa yang Kaori tulis di sana.
"Apa yang sedang Onee-chan kerjakan?" tanyanya penasaran. Kaori yang terkejut segera menutup buku itu lalu membalikkan badan untuk melihat ke arah Misaki.
"Kenapa kau tidak tidur saja, Misaki-chan?" Kaori balik bertanya dengan raut wajah marah dan nada bicara yang tinggi, ia tak suka jika adiknya ingin tahu hal apa yang ia kerjakan.
"Maafkan aku, Onee-chan. Aku hanya penasaran dengan apa yang kau kerjakan," balasnya sembari menundukkan kepala, merasa bersalah atas kelakuannya barusan. Ia sadar jika pertanyaannya tadi membuat Kaori terlihat kesal.
Kaori menarik napas, lalu menghembuskannya dengan kesal. Kini ia yang merasa bersalah karena telah membuat adiknya takut. Kemudian dengan nada bicara yang lebih lembut, ia mengajak adiknya untuk tidur. Ia juga bangkit dari posisi duduknya dan segera berbaring bersama Misaki di futon.
Mereka berdua berusaha memejamkan mata tanpa banyak berbicara lagi. Namun tiba-tiba saja Misaki memanggil Kaori dan memintanya untuk menceritakan tentang apa yang ia tahu mengenai kedua orang tua kandungnya. Dengan senang hati, Kaori mulai bercerita tentang bagaimana kehidupan Haru dan Ayaka ketika mereka masih tinggal bersama.
Masih teringat jelas di benak Kaori jika kedua orang tuanya selalu menuruti apa yang ia mau sejak dulu. Banyak hal yang sering kali Kaori pinta dari Haru seusai ayahnya pulang bekerja. Saat itu, Haru bekerja di sebuah penginapan kecil sebagai staf resepsionis. Upah yang didapatkan tidak terlalu besar, namun selalu mencukupi untuk menghidupi anak dan istrinya. Sedangkan Ayaka sendiri hanya ibu rumah tangga yang selalu mengurusi Kaori yang saat itu masih sangat kecil.
Banyak hal yang Kaori inginkan, mulai dari makanan manis, pakaian lucu hingga mainan tak penting dan Haru selalu membelikan apapun yang Kaori inginkan selama ia memiliki uang. Namun sejak Ayaka mengandung lagi, kebutuhan mereka meningkat. Terlebih Haru sudah harus memikirkan tentang biaya persalinan istrinya nanti. Hingga hal itu memaksa dia untuk pergi ke kota besar demi mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih besar. Kebetulan Haru merupakan lelaki yang pandai dan pintar, bahkan saat sekolah dulu ia selalu mendapatkan nilai akademis yang memuaskan, rasanya tidak sulit untuknya mendapatkan pekerjaan yang layak di kota sana.
Ayaka sempat melarang Haru untuk pergi, ia hanya tak ingin suaminya mengalami hal buruk. Jarak kota tempatnya tinggal cukup jauh dengan kota besar yang akan didatangi Haru. Namun Haru terus meyakinkan istrinya jika ia akan baik-baik saja selama tinggal di sana. Mau tidak mau, akhirnya Ayaka mengizinkan setelah Haru berjanji akan pulang satu bulan sekali dan akan selalu memberikan upah yang ia dapatkan nanti. Tetapi pada kenyataannya, Haru melanggar janji tersebut. Hingga beberapa bulan berlalu, ia tak kunjung pulang, bahkan sudah tak lagi memberikan uang untuk Ayaka. Ingin pergi menyusul sang suami ke kota besar rasanya cukup sulit untuk Ayaka yang kala itu tengah mengandung dan mengurusi Kaori yang nakal.
Kaori sendiri sudah tahu jika ayahnya tidak pulang. Ayaka selalu memberitahu Kaori jika ayahnya sedang bekerja di Tokyo. Sering kali Kaori menanyakan kapan ayahnya pulang, tentu Ayaka bingung harus menjawab apa karena ia pun tak tahu kapan Haru akan pulang ke rumah. Perlahan-lahan, Kaori mulai melupakan sang ayah dan sifat nakalnya selalu saja muncul. Kaori menyadari hal tersebut setelah ibunya telah tiada. Ia sadar jika dirinya sudah sangat nakal dan amat merepotkan Ayaka. Ia menceritakan hal itu kepada Misaki yang saat ini masih berbaring di sampingnya.
Misaki yang tidak terlalu mengerti dengan apa yang Kaori ceritakan hanya diam saja hingga akhirnya ia memejamkan mata tanpa tersadar. Kaori yang sudah tak mendengar adiknya berbicara pun menoleh, ia cukup terkejut saat melihat Misaki yang sudah tertidur. Senyumnya mulai mengembang melihat wajah lucu sang adik yang kini tidur di sampingnya. Tak lama ia kembali memandangi langit-langit kamar sembari membayangkan betapa beruntungnya ia ketika Haru masih ada dan Ayaka masih hidup. Sekarang ia tahu jika Misaki tak seberuntung dirinya. Mau sampai kapanpun, Misaki tak akan pernah bisa bertemu dengan sosok Ayaka yang sangat penyayang, namun Kaori berjanji kepada dirinya sendiri jika ia akan mempertemukan Misaki dengan Haru suatu saat nanti. Walaupun di sisi lain ia tidak yakin jika keinginannya itu bisa terwujud atau tidak, tetapi ia akan berusaha semampunya.
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa collect & comment. Karena collect & comment anda semua berarti untuk saya.