"Onee-chan!" panggil Misaki.
"Ada apa?" tanya Kaori tanpa menoleh ke arah adiknya yang kini berjongkok.
"Aku lelah, aku ingin pulang," kata Misaki sembari menarik-narik jaket yang Kaori gunakan.
"Diamlah, Misaki!" pinta Kaori. "Aku tengah menunggu Otou-san keluar dari sana."
Misaki pun terdiam mendengar apa yang Kaori katakan. Kini air matanya mengalir, ia sudah terlalu lelah bepergian jauh sedari tengah malam hingga menjelang malam lagi. Kakinya bergemetar, terlebih Kaori tak mengajaknya untuk makan makanan berat, hanya memberikan sebuah onigiri dan sebotol air mineral kepada adiknya tadi siang. Tentu satu onigiri dan sebotol air saja tak akan membuat perut kenyang. Namun ia tidak bisa melakukan banyak hal, ia harus tetap menuruti apa yang kakaknya perintahkan.
"Kau kenapa?" tanya Kaori yang menyadari jika adiknya sedang menangis.
"Aku lelah dan lapar," jawab Misaki sembari menatap ke arah kakaknya yang kini berjongkok juga.
Kaori terdiam, memikirkan apa yang bisa ia lakukan agar adiknya tak kelelahan lagi. Semua camilan dan minuman yang ia beli sudah habis. Ia ingin membeli lagi camilan dan minuman tetapi ia tak mau meninggalkan tempat itu karena takut Haru sudah keluar dari dalam gedung. Akhirnya ia hanya meminta sang adik untuk bersabar. Misaki yang tak mau Kaori marah hanya menuruti apa yang kakaknya inginkan. Kemudian Kaori kembali berdiri dan menatap ke arah gedung tadi. Tidak lama dari itu, seseorang yang sangat dikenalnya keluar dari dalam sana. Senyum Kaori mengembang saat melihat orang itu. Segeralah dia mengajak Misaki untuk ikut bersamanya.
"Otou-san!" teriak Kaori sembari berlari ke arah orang yang tadi dilihatnya. Ia juga menarik tangan Misaki agar ikut berlari juga.
Beberapa orang yang mendengar teriakan Kaori menoleh ke arah sumber suara, begitupun dengan orang yang tengah Kaori panggil itu. Ia terkejut melihat Kaori yang berlari ke arahnya. Ya, dia adalah Haru, ayah kandung Kaori yang telah pergi meninggalkan Kaori di kampung halaman yang cukup jauh dari kota besar ini. Haru yang masih tak percaya bisa melihat anaknya hanya terdiam saja. Ia terus menatap Kaori dan seorang anak kecil lagi yang berlari ke arahnya.
Kaori terus berlari hingga akhirnya ia dapat menghentikan langkah tepat di hadapan Haru yang tengah termenung menatapnya.
"Otou-san, aku merindukanmu!" ucap Kaori sembari memeluk sang ayah dengan erat. Haru yang masih kebingungan pun segera melepaskan pelukan Kaori, kemudian ia berlutut untuk menyamakan tinggi tubuhnya lalu menatap anak itu.
"A-apakah kau Kaori?" tanya Haru dengan penuh keraguan, ia hanya takut salah orang. Kaori menganggukkan kepalanya dengan begitu semangat sembari tersenyum. Haru terdiam beberapa menit, ia masih tak percaya bisa melihat anak perempuannya di tempat ini. Lalu tak lama pandangannya mengarah kepada seorang anak kecil yang sedari tadi berdiri di belakang Kaori.
"Siapa itu?" tanya Haru. Kaori menoleh ke arah pandangan ayahnya.
"Dia adalah adikku, Misaki," jawab Kaori. Ia meminta Misaki untuk mendekat ke arahnya, tentu Misaki menuruti apa yang Kaori inginkan. Haru terus menatap ke arah Misaki, bentuk hidung dan matanya sangat mirip dengan Ayaka. Lelaki itu masih ingat bagaimana wajah sang istri. Kemudian tiba-tiba saja ia memeluk kedua anaknya itu dengan erat.
"Maafkan aku, Anak-anakku!" katanya pelan. Namun Kaori dan Misaki tak mendengarnya karena memang keadaan di sana cukup ramai dengan berlalu lalangnya beberapa orang yang baru saja keluar dari kantor.
Tidak lama dari itu, Haru memutuskan untuk mengajak kedua anak tadi ke sebuah restoran yang tidak jauh dari gedung kantornya. Ia memesan dua teishoku untuk anak-anaknya, sementara ia hanya memesan semangkuk kurume ramen. Teishoku merupakan makanan dalam satu set yang biasanya berisikan semangkuk nasi, sup miso, dan lauk lainnya. Haru memesan teishoku dengan lauk tonkatsu untuk Kaori dan teishoku dengan lauk karaage untuk Misaki.
"Apakah kalian datang kemari tanpa Okaa-san?" tanya Haru di tengah makan malam mereka.
Kaori yang semula sedang memakan tonkatsu langsung melihat ke arah sang ayah setelah ia mendengar pertanyaan itu. Kemudian ia menghentikan apa yang dia lakukan, lalu menjawab, "Okaa-san sudah pergi meninggalkan kami."
Ia menjawab dengan menundukkan kepala, merasa sedih jika harus mengingat tentang kematian Ayaka. Tentu saja apa yang Kaori ucapkan membuat Haru terkejut setengah mati. Ia tidak menyangka jika akan mendengar kabar buruk dari mulut anaknya sendiri. Ia mengira jika Kaori dan Misaki datang kemari bersama Ayaka, namun Ayaka tak ingin menemuinya hingga menunggu di tempat lain. Apa yang ia pikirkan tentu saja salah, Ayaka sudah tak lagi ada di dunia ini.
"Kapan Okaa-san kalian pergi?" tanya Haru.
"Tidak lama setelah melahirkan Misaki," jawab Kaori. Kini ia mulai menangis, ingatannya kembali kepada beberapa tahun silam ketika ia harus melihat jasad sang ibu terbaring di ranjang rumah sakit.
"Jangan menangis, Kaori-chan," pinta Haru.
"Aku melihat sendiri bagaimana kondisi terakhir Okaa-san. Wajahnya sangat pucat, tubuhnya pun dingin. Ketika itu aku selalu berpikir jika tak akan ada orang yang bisa menemaniku lagi." Tangisan Kaori semakin deras saja setelah ia mengatakan hal tersebut. Haru yang melihat itu segera mendekati anaknya dan memeluk Kaori dengan erat sembari berusaha menenangkannya. Misaki yang tak mengerti hanya menatap ke arah sang kakak dengan perasaan yang begitu khawatir. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi, namun ia ikut sedih melihat Kaori menangis.
Beberapa orang yang mendengar tangisan Kaori menoleh ke arah mereka, merasa terheran-heran dengan apa yang dilakukan sang ayah hingga anaknya menangis seperti itu. Bahkan seorang pelayan menghampiri mereka dan menanyakan apa yang terjadi. Ia melakukan hal tersebut hanya untuk membuat ketenangan di restorannya.
Haru memutuskan untuk membawa Kaori dan Misaki keluar dari sana walaupun makanan yang mereka makan tadi belum habis. Ia juga mengerti jika dirinya sudah membuat sedikit masalah di sana. Kemudian ia membawa kedua anaknya ke mobil miliknya yang terparkir tidak jauh dari gedung tempat ia bekerja. Kaori terus bertanya kemana ayahnya akan membawa mereka. Tanpa melihat ke arah Kaori, Haru menjawab jika dirinya akan membawa mereka berdua ke rumah. Tentu Kaori dan Misaki sangat senang mendengar hal itu. Kini Kaori menghapus air mata dan senyumnya mulai mengembang, ia sudah tidak sabar untuk melihat rumah Haru. Tanpa banyak berbicara, Haru melajukan mobilnya hingga menjauh dari tempat tadi.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja Haru meminta Kaori dan Misaki untuk tidak banyak bicara ketika sudah sampai di rumah. Kaori yang kebingungan pun menanyakan alasannya. Umur ia masih sangat muda, tentu tidak mengerti dengan permintaan Haru.
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa collect & comment. Karena collect & comment anda semua berarti untuk saya.