Chapter 25 - Anggrek

Ayaka tersenyum, lalu mulai memberikan sebuah pesan untuk anaknya. Katanya, "Jangan pernah menyesali apa yang telah kau lakukan. Kau telah memutuskan untuk datang kemari sejak lama dan kau harus tetap melakukannya hingga akhir. Kau harus tetap melangkah ke depan, jika memang ingin tinggal bersama Otou-san, kau harus bisa menerima keadaannya, sama seperti bunga edelweis."

Kaori membalas, "Edelweis? Bunga yang diharuskan menerima keadaan? Sudah enam tahun aku selalu berusaha menerima keadaan bahwa Okaa-san telah meninggalkan aku. Enam tahun juga aku berusaha tinggal bersama orang lain yang tak bisa aku dekati. Sudah enam tahun lamanya aku bersabar untuk menghadapi hidupku yang tak tentu arah ini. Lalu apa yang harus aku lakukan lagi, Okaa-san? Aku tak ingin menjadi edelweis yang selalu menerima keadaannya. Dia tidak bisa pergi kemanapun dan memang harus menerima takdirnya, sedangkan aku, aku masih bisa mengubah apa yang terjadi, tetapi aku tidak bisa setegar dan sesabar edelweis."

Ayaka terpaku mendengar pengakuan Kaori. Ia tak menyangka jika Kaori akan berkata seperti itu. Kemudian ia pun memeluk anaknya dengan begitu erat sembari memberikan beberapa nasihat kepada anaknya yang mulai beranjak remaja. Ia meminta Kaori untuk selalu bersabar di dalam kondisi apapun. Ia tahu betul jika hidup seorang manusia memang tak bisa sesabar dan setegar bunga edelweis yang hidup di pegunungan, hanya saja ia ingin Kaori tetap berusaha bertahan di tengah sulitnya hidup ini. Tidak lama lagi, Kaori akan merasakan kesulitan lainnya dalam perjalanan menuju usia dewasa. Tentu akan banyak sekali masalah yang berdatangan. Ayaka ingin anaknya itu mampu melewati segala hal dengan sabar dan tenang, tak perlu gegabah ataupun memaksakan diri.

"Aku telah melewati berbagai hal selama tinggal di Fukushima. Banyak hal pula yang telah aku lakukan demi berusaha agar terlihat baik-baik saja walaupun sesungguhnya aku sangat ingin menyerah karena Okaa-san tak ada di sampingku. Entah bagaimana kehidupanku di masa depan, rasanya aku tak mau melanjutkan hidupku lagi." Lagi-lagi Kaori membalas ucapan ibunya dengan keluhan tentang apa yang telah ia jalani selama ini. Ayaka tak ingin melihat anaknya terus menerus mengeluh. Ia hanya ingin Kaori kembali bersemangat menjalani hidup walau tanpa dirinya. Ia tahu betul jika anaknya itu adalah anak yang hebat, tentu Kaori akan mampu melewati segala hal yang akan menghadang kehidupannya di masa depan nanti.

Setelah terdiam beberapa saat, Ayaka pun melepaskan pelukannya terhadap Kaori tadi. Kemudian ia menghadap ke arah anaknya dan memegang kedua pundak Kaori, lalu mulai membuka mulut. "Jangan terlalu banyak mengeluh, Kaori-chan," pintanya. "Aku tak ingin melihat kau seperti ini. Jika kau mengeluh terus, aku yakin kau tak akan bisa menikmati dan menjalani hidupmu dengan baik. Memangnya masa lalu yang sudah terlewati akan kembali terulang dan kau bisa memperbaikinya? Tentu saja tidak! Aku sangat yakin jika kau akan bisa tetap melanjutkan hidupmu karena kau adalah anak yang hebat. Jangan terlalu memikirkan aku. Kau tak perlu khawatir, aku tidak pernah meninggalkanmu dan akan selalu ada untukmu di sini."

Ayaka menunjuk bagian dada Kaori. Ia mencoba memberitahu anaknya jika ia akan selalu ada di dalam hati Kaori dan tak akan meninggalkannya. Mata Kaori mengarah kepada jari telunjuk ibunya yang kini menempel di dada. Ia terdiam beberapa saat, mencoba mencerna apa yang Ayaka katakan.

Belum juga Kaori membalas, tiba-tiba saja Ayaka berucap, "Di masa depan nanti, aku ingin melihat kau menjadi sesuatu yang indah seperti bunga anggrek. Apakah kau tahu makna dari sebuah bunga anggrek?"

Kaori menggelengkan kepalanya untuk membalas pertanyaan Ayaka. Kemudian Ayaka menjelaskan jika bunga anggrek adalah bunga yang berbeda dengan bunga lainnya. Ia membutuhkan waktu yang begitu lama untuk bisa menjadi bunga yang sangat indah. Selain itu, kesabaran dalam merawat bunga anggrek sangat diperlukan. Jika tidak sabar, maka anggrek yang diharapkan bisa menjadi bunga indah hanyalah angan-angan saja. Sama halnya dengan hidup, kesabaran dalam mencapai sesuatu yang diinginkan adalah kunci utama sebuah keindahan. Akan ada sebuah hasil yang terbaik dari segala proses yang dijalani. Meski harus menunggu hingga beberapa tahun lamanya, namun jika memang usaha telah dijalani dengan penuh kesabaran, tentu akan ada hasil memuaskan yang dapat diperoleh.

"Jadi, ku harap kau bisa menjadi sebuah bunga anggrek yang tumbuh indah di suatu hari nanti," ujar Ayaka sembari tersenyum.

"Aku tidak pernah melihat bagaimana keindahan bunga anggrek," balas Kaori. Sejak kecil hingga usianya 11 tahun ini, ia memang belum pernah melihat bunga-bunga yang dari dulu Ayaka katakan. Ayaka tidak pernah membawa anaknya ke kebun bunga ataupun tempat wisata yang memiliki banyak bunga di dalamnya. Ia hanya selalu memberitahu Kaori tentang makna sebuah bunga tanpa bisa menunjukkan bagaimana bentuk dari bunga yang disebutkan. Bahkan untuk melihat bunga sakura yang banyak ditanam di kampungnya saja Kaori tidak begitu memperhatikannya. Ia jarang sekali keluar rumah jika bukan ke sekolah dan tempatnya bekerja paruh waktu. Tak ada waktu untuknya mencari tahu tentang bunga-bunga yang ibunya ceritakan.

Ayaka menyarankan Kaori untuk bepergian ke sebuah tempat penjual bunga, ia yakin jika di sana akan ada banyak jenis bunga yang bisa Kaori lihat. Dengan penuh semangat Kaori meminta ibunya itu untuk mengantarnya ke sana, namun tentu saja Ayaka menolaknya.

"Tidak bisa, aku tidak bisa ikut denganmu," ucap Ayaka.

Tentu ucapannya membuat Kaori bertanya, "Memangnya kenapa?"

Alih-alih menjawab, Ayaka malah mengalihkan pembicaraan. Ia meminta Kaori untuk melihat wajah lucu Misaki yang tengah tertidur. Kaori melakukan apa yang Ayaka pinta, kepalanya menoleh ke arah Misaki. Lalu Ayaka memerintahkan Kaori untuk mengajak Misaki menemaninya pergi ke penjual bunga. Kaori menggelengkan kepala, tak menyetujui apa yang Ayaka katakan. Ia tak mau pergi ke sana dengan Misaki karena ia berpikir jika adiknya itu akan sangat merepotkan, tetapi Ayaka tetap meminta Kaori untuk mengajaknya ke sana jika memang ada waktu luang. Kaori terdiam sembari menundukkan kepalanya dan memasang wajah masam, ia tak suka dengan ucapan Ayaka yang memaksanya untuk pergi ke penjual bunga bersama Misaki. Ia hanya mau pergi ke sana jika bersama Ayaka.

Ketika ia hendak kembali berbicara dengan Ayaka, tiba-tiba saja wanita itu menghilang. Segeralah Kaori memanggil namanya dengan suara yang lantang. Karena ia tak kunjung menampakkan diri, akhirnya Kaori berdiri dari posisi duduknya dan bepergian ke sana kemari untuk mencari keberadaan Ayaka, tetapi ia tak bisa menemukannya.

"Okaa-san!" seru Kaori sembari matanya melihat ke sana kemari. Ia sangat berharap jika Ayaka masih ada di sana.

***

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa collect & comment. Karena collect & comment anda semua berarti untuk saya.