Chereads / Pernikahan Gila Nona Arogant / Chapter 22 - Sisi Lain Yang Tak Diketahui

Chapter 22 - Sisi Lain Yang Tak Diketahui

Dia mencium bibir Kenric secara perlahan dan menggoyangkan pinggulnya secara lamban untuk menikmati hangatnya aliran didalam sana. Kenric seakan melayang atas kenikmatan permaianan ini.

"Aku mencintaimu, sayang," desah Belva.

"Sesuai dugaanku, kau akan sangat liar diranjangku, Maria." Celetuk Kenric.

Entah apa yang membuat Kenric mengucapkan hal itu. Mungkinkah sepanjang persenggamaan Kenric hanya membayangkan sosok, Maria, atau tak henti memikirkannya?

Belva terhentak. Namun, hentakannya kali ini bukan karena henjotan atas rangsangan yang diberi oleh Kenric, melainkan, ucapan yang baru saja dilontarkannya. Seketika Belva menghentikan ciuman dan goyangan yang sebenarnya masih ingin dinikmatinya sebelum batang itu dicabut oleh sipengendali kenikmatan.

Karena sebenarnya, zakar itu masih terasa keras meski sudah menyemburkan lahar dingin didalam liang merapi miliknya. Dia masih ingin menikmati aliran lahar dingin yang terasa hangat membalas rasa gatal di dinding rahim dan klitorisnya. Mengaharap cumbuan kasih-sayang setelah kegiatan bercinta yang sering dilakukan pasangan yang saling mencintai.

Tubuh yang serasa masih kuat kini kehilangan hasratnya, bagaimanapun, sakit rasanya bercinta dalam keadaan yang tak dianggap ada. Tubuhnya serasa lemas tak bertulang. Sementara, Kenric masih mendongakkan kepala keatas dan tersenyum puas.

"Maria…," gumamnya. Dia seperti orang dengan keadaan setengah sadar (teler).

Semenjak pertemuan Kenric dan Maria, Belva memang tak pernah disentuh bahkan digubris oleh Kenic. Entah apa yang mengganggu pikiran si iblis ini. Jatuh cinta? Tidak mungkin. Belva sangat mengenal Kenric yang tak mungkin bisa memandang wanita dengan perasaan cinta. Jika pun Kenric mencintai seseorang, itu sudah pasti adalah dirinya. Karena hanya dia yang bisa mengimbangi gairah bercinta iblis ranjang itu.

Dari semua wanita yang tidur bersama Kenric, memang hanya dialah yang bisa dengan bebas keluar-masuk apartemen Kenric untuk bercinta. Belva diberkan hak itu, maka, dia menganggap dirinya adalah wanita special yang Kenric miliki. Dan menganggap wanita lain hanyalah hibungan one night stand bersama Kenric.

Biasanya hampir setiap malam mereka selalu berhubungan, melampiaskan gairah satu sama lain dengan kobaran hasrat yang berapi-api. Bahkan, setelah orgasme pertama mereka sanggup melanjutkan ronde-ronde berikutnya sampai menguras energi dan terkulai lemas. Selama ini, Kenric juga tak pernah mengabaikannya untuk bercinta. Berbeda dengan akhir-akhir ini, Kenric selalu menghindarinya.

Tapi, Belva tidak pantang menyerah untuk menggodanya masuk kedalam dekapan selangkanya. Hingga kesempatan itu datang tepat dimalam ini. Malam dimana Kenric pulang sempoyongan dalam keadaan mabuk, namun, masih setengah sadar. Belva, tentu tidak akan melewatinya. Sebab, kerinduan hasrat yang harus segera dilampiaskan.

Meski gumaman itu membuatnya merasa sakit, tapi, dia segera sadar bahwa dia tak boleh terlalu larut dalam perasaan yang diciptakannya sendiri. Mengalihkan pikirian kalau Kenric seperti ini pasti karena baru saja bertemu dengan Maria.

'Mungkin wanita itu membuatnya merasa tak senang diacara makan malam tadi. Cih! Tuan, hanya aku yang mengerti ingin mu' umpatnya dalan pikiran.

Belva tentu tahu Kenric habis menghadirkan makan malam keluarga untuk membicarakan tentang pernikahan Kenric dan Maria. Selain mengatur jadwal pekerjaan terkadang jadwal pribadi Kenric juga disusun olehnya agar tidak terbentur dengan jadwal-jadwal yang lain.

Dia mendekap tubuh Kenric dalam pelukannya, kembali menggoyangkan pinggul yang sejenak terhenti. Mengecup seluruh permukan wajah Kenric yang di topangnya, karena Kenric masih tenggelam dalam khayalnya. Dia merobohkan tubuh Kenric dan menggeliat perlahan diatasnya sambil mendekap Kenric.

Sesuatu dirasakannya lagi didalam sana, 'angghh.., Dia mengeras dan kembali hidup' desahan yang hanya tertahan dipikirannya.

Sembari dengan itu, Kenric menolak tubuhnya keatas, "KAU!" Lontar Kenric sambil memicingkan mata, berusaha sadar dari lenaan.

'BRAK' Kenric menghempas tubuh tanpa busana itu dan segera bagun untuk membersihkan diri. Wajahnya tampak tak senang dan dingin. Dia berjalan menuju bathroom.

Belva meringkuk sedih, tak berani berkata. 'Baru saja kau sangat liar padaku, kini berubah begitu kaku dan dingin' batin Belva.

Tak lama setelahnya Kenric sudah siap dengan pakaian lengkap. Kemeja hitam dimasukkan kedalam pinggang celana hitam, perpaduan yang menawan juga sexy. Melihat pergerakan tuannya, Belva menyadari bahwa Kenric akan pergi meninggalkannya. " Tuan, tidakkah kau harus beristirahat," ucapnya hati-hati. Namun, Kenric tak menggubris atau memandangnya walau sebentar.

Kenric mengambil jam tangan dinakas dan segera memakainya, "Segera bersiap dan tinggalkan tempat ini," cetus Kenric dingin tak berperasaan.

Dia melanjutkan langkah, meninggalkan Belva begitu saja diapartemen miliknya.

***

Pagi yang cerah, terlihat dari matahari yang membiasi sisi kamar mewah dengan desain dan funiture klasik eropa. Hordeng coklat keemasan yang dibuka secara lebar hingga menyisakan lapisan hordeng putihnya saja hingg bias matahari bisa menyetuh dan menerangi sisi kamar dengan hangat.

Maria megerutkan kening, dia duduk secara perlahan dibalik badcover tebal sambil memijit kening sambil menutup matanya.

"Selamat pagi nona. Nona sudah bangun." Sapa lembut pelayan muda yang cantik jelita. Siapalagi kalau bukan Chalondra.

Dia membawa nampan dorong yang diisi beberapa menu sarapan, roti, bubur, buah-buahan dan juga jus..

Maria masih memijit kening tanpa terlalu menggubris Chalondra. "Nona, sudah merasa lebih enakkan?" Tanya Chalondra lembut yang sekarang berada disamping, Maria.

"Hm," jawab Maria singkat sambil menaikkan kedua alisnya.

"Nona, aku membuatkan segala menu untuk menetralkan pengaruh alkohol ditubuh nona." Jelas Chalondra.

Chalondra, si pemilik wajah sendu dan teduh. Murah tersenyum dan selalu bersikap riang. Wajah dan sikap yang tidak sejalan. Jika hanya melihatnya saja tanpa mengenalnya, orang pasti akan mengira dia adalah anak yang pendiam dan penyendiri.

Maria meliriknya tajam, tatapan maut. Tapi, tenag saja. Maria bukan ingin memarahinya, tapi mengganggu dirinya. Ya, Maria tidak pernah sekalipun bersikap acuh atau dingin terhadap Chalondra.

"Ma... Maaf nona," Chalondra menunduk, 'sepertinya ucapanku salah lagi' batinnya.

Maria menarik ujung bibir, tersenyum tipis. Manis sekali senyum itu. Wajah dingin dan kaku itu ternyata bisa tersenyum, walau hanya tersenyum tipis. Wah, hebat sekali pelayan muda ini bisa membuat si singa menarik senyumnya.

Dia melirik ke menu-menu yang dibawakan oleh Chalondra. Smook asparagu wijen, roti bakar + madu, telur rebus, buah kaktus, anggur dan jus tomat. Ya, ini semua memang menu yang bisa menetralisir tubuh dari pengaruh alkohol yang tersisa setelah mabuk.

"Kau lupa membawa sesuatu." Ucap Maria lembut.

"Ha..," Chalondra mendongak dan menoleh nampan.

Melihat Chalondra yang mencari-cari apa yang tidak dibawa olehnya, Maria berkata, "air mineral."

"Oh. Maaf nona, saya, akan segera mengambinya."

"Sudahlah, tak perlu." Ucap lembut Maria.

Inikah sisi lain dari Maria. Seseorang yang sebenarnya mudah tersenyum, lembut dan sedikit jahil. Tapi, mengapa pada Chalondra? Yang hanya sekedar seorang pelayan pribadinya.

"Dari mana kau tahu semu ini?" Tanya Maria melirik keseluruh menu setelah meminum jus tomat segar.

"Hhmm.., tuan muda yang memberi tahu saya, kalau asparagus, roti, telur, madu, buah kaktus dan jus tomat adalah makanan yang bagus untuk seseorang yang habis mabuk." Jelasnya semangat.

"Aaa.., sebenarnya masih banyak lagi nona, ada biji gandum, pisang, dan air kelapa." Timpalnya tersenyum lebar.

"Tampaknya anak itu mengajari mu dengan baik," jawab Maria lembut dan tersenyum.

"Hmmm, dimana dia skrng?"

"Tuan muda sudah pergi pagi-pagi sekali nona,"