"Harusnya kau tak disini hari ini." Lanjut Maria tak menggubris perkataan Kenric.
"Wah! Lihatlah dirimu, Kau sudah melatih diri untuk mengurus ku?!" jawab Kenric percaya diri.
"Tak ada waktu dalam hidupku untuk mengurus mu!" Tekan Maria.
"Lantas, mengapa kau tahu jadwalku? Tak perlu repot2 untuk memikirkannya Sayang, aku sudah memilki sekretaris pribadi yang mengatur jadwal pekerjaanku. Kau hanya cukup mengatur waktu untuk ku saja," goda Kenric sambil memegang dagu Maria.
Tentu tidak tinggal diam, Maria menepis tangan itu dengan cepat, " sekali lagi ku katakan, JANGAN PERNAH MENYENTUHKU SESUKA MU!" Lontar Maria sambil menatap Kenric dengan mata elangnya.
"Kau tak perlu senaif itu," ucap Kenric, melihat tangannya yang ditampis Maria kemudian menatap Maria dengan senyum sinis.
"SATU LAGI! JAGA UCAPANMU TERDHADAP KU!!" Tunjuk Maria kearah wajah kenric.
"JANGAN KAU SAMAKAN AKU DENGAN PARA JALANG YANG MUDAH JATUH KEDALAM KENDALI MURAHAN MU!!" Timpalnya, menekan intonasi emosi yang memuncak.
Kenric menatap lekat Maria dengan tatapan dari mata tajamnya. Dia hanya terpaku-terdiam tak menggubris ucapan Maria. Tapi, matanya terus menatap lekat mata Maria yang seakan ingin membunuhnya.
Maria tak setenang biasanya, kali ini, dia benar- benar menunjukkan emosionalnya terhadap lawan bicaranya.
"Tenanglah, kau tak perlu menghabiskan tenagamu untuk ku saat ini. Simpanlah energi mu untuk malam pertama kita." Kenric kembali menggoda.
"KAU!!!" Tunjuk Maria.
Tok…,tok..,tok…,
"Maaf nona, tuan…, saya tidak bermaksud mengganggu waktu nona dan tuan."ucap Laurent, tentu saja membuat perkataan Maria terhenti.
Kenric membalikakkan badan, melihat Laurent yang berdiri tepat di depan pintu.
jadwal pemotretan nona sudah harus segera dilaksanakan." Lapor Laurent.
"Mmm…maaf tuan, nona," suara bariton dari seorang pria tampan yang baru saja menghentikan langkahnya. Ia memberi penghormatan pada Maria dan Kenric.
Laurent langsung menoleh ke sumber suara disamping kanan dirinya. Jika dilihat dari penampilannya ia seperti seorang ajudan.
Pria itu juga menoleh, menatap Laurent disebelahnya dan menundukkan sedikit kepala, kemudian dengan sigap dia mengalihkan pandangannya kembali kearah Kenric.
"Tuan, jadwal pemotretan harus segera dilaksanakan." Lapornya.
Kenric menoleh menatap Maria yang masih menatap Laurent, "jaga mood mu sayang, agar kecantikanmu tetap berada ditempatnya. Aku akan menjadi orang pertama yang akan membaca edisi Maria Scott pada saat majalah ini dirilis," ucap Kenric. Lagi-lagi menggoda Maria.
Kenric melangkah setelah mengucapkan apa yang ingin diucapkannya. Meski dia tahu, uacapannya hanya akan membuat Maria semakin emosi dan tak suka padanya. Kenric meninggalkan ruangan yang kemudian disusul oleh pria sipemilik suara bariton..
Sementara Maria masih menekan emosi terhadapnya. "Berani-beraninya dia! Kau lihat saja, aku akan membalasmu dengan pernikahan ini." Dumel Maria.
"Nona, kamu baik-baik saja?" Tanya Laurent.
"Minumlah teh ini untuk mengembalikan mood mu nona," timpal Laurent menyodorkan gelas teh hijau.
Maria menyambutnya kemudian menyerut teh yang hampir saja dingin karena perdebatannya dengan Kenric. Tapi setidaknya dia sudah mulai meredam emosi yang menggulung hati dan pikirannya terhadap lelaki itu.
"Kau yakin harusnya hanya aku yang diwawancara hari ini?"
"Maaf nona, saya yakin."
"Jadi, kenapa lelaki gila itu berada disini? Tak salah bila ku bilang dia menguntit ku."
"Cari tahu tikus mana yang menjadi informan untuknya diperusahaan ini." Timpal Maria dengan perintahnya.
"Baik nona." Jawab Laurent sigap.
Maria melangkah menuju ruang wadrobe yang berada disisi lain ruangan transit vviv ini. Ruang yang menyusung warna full putih dengan interior mewah. Interior dan funiture yang tentu saja berasal dari product perusahaan Scott.
Perusahaan Scott hampir mengisi seluruh perusahan-perusahann besar dengan product-product nya. Dan tak hanya perusahaan, gedung hitam, gedung-gedung pemerintahan, vila, rumah sakit, hotel bahkan sampai ke tempat hiburan pun menggunakan pruduct perusahaan Scott. Pasar perusahaan Scott sudah sangat luas dan mendunia.
Suara khas heels terdengar diruangan pemotretan ditengah-tengah kesibukan para photografer, team properti, staylist dan yang lain mempersiapkan segalanya khusus untuk Maria.
Semua menoleh kearahnya, siapa lagi yang bisa menghasilkan ketukan heels yang khas beritme kalau bukan si singa betina, Maria. Mereka tertegun melihat pesonanya. Setelan jas hitam yang terbelah membentuk V sampai pangkal perut dipadukan dengan manset rajut turtle neck maroon menggambarkan kepribadian Maria. Baju ini memang dibuatkan khusus untuknya sesuai dengan karakter yang dia miliki. Rambut coklat bergelombang digerai setengah kedepan dan kebelakang.
"Perfecto," ucap staylist tertegun.
"Selamat datang nona," timpal staylist menyambut, menundukkan kepala yang diikuti oleh seluruh team.
Maria mengangguk, "bisa langsung dimulai?"
"Oh. Tentu nona." Jawab staylist membuka jalan agar Maria bisa melanjutkan langkahnya menuju layar yang sudah disediakan.
Semua orang sangat hormat padanya diruangan ini, tak ada yang berani asal berbicara. Sebab mereka tahu, Maria bukanlah orang yang suka basa-basi atau terlalu banyak bicara. Tapi, mereka sangat enjoy dengan keadaan ini karena satu kebanggaan tersendiri bisa menjadi team yang mengurus pemotretan Sang singa yang tak mudah didekati.
"Nona, lama tidak bertemu." Sapa Pero si photograper.
Pero sudah beberapa kali mendapati kesempatan untuk mengambil gambar Maria.
Maria menarik senyum tipisnya dan dengan cepat senyum itu berubah menjadi datar saat dia melanjutkan langkahnya yang disambut oleh kru lain untuk memberi arahan tempat.
Pero mulai menyalakan music agar suasana menjadi relax. Semua team mengambil alih bagian pekerjaan mereka masing-masing. Beberpa bagaian lighting dihidupkan sesuai arahan. Maria semakin tersorot dengan sorotan lampu yang mengarah padanya. Bibir sexy yang dibalut lipsitik maroon mengikuti warna manset turtle neck membuat keagungan dan kecantikan Aprodite melekat padanya.
"Nona Maria, kita akan memulai dengan aba-aba yang saya berikan," ucap Pero.
Suara khas alat-alat pemotretan terdengar memenuhi ruangan ini. Flash membidik berulang kali setelah hitungan ketiga photografer. Tak jarang sesekali Pero berucap,"Sempurna, ok, iya, good." Kata-kata yang menandakan kepuasan pada objek yang tengah diambilnya.
Maria berpose dengan elgent namun menantang. Tangan kiri diletakkan memeluk bagian bawah dada sementara tagan kanan memegang pena yang diarahkannya kebagian bibir sexynya.
Mata hazel menatap camera dengan tajam hingga bulu mata tebal dan lentik miliknya tertangkap sempurna. Dalam waktu yang cepat dia mengubah pose-pose mematikannya.
Staylist berdiri tepat didepan laptop untuk melihat hasil jepretan yang langsung muncul dilayar 14 inch. Senyum puasnya sangat ketara melihat hasil jepretan pada look Maria. Maria, benar-benar sempurna dalam segala hal.
Bila didepan camera dia bagaikan seseorang yang terlahir sebagai model dunia. Entah karena kecantikannya atau memang wanita ini hoky dengan segala kepunyaannya.
"One more time nona, satu, dua, ti-ga." Jepretan layar berbunyi berulang kali dengan pose Maria yang cepat berganti.
"Ok, selesai. Terimakasih banyak atas kerjasamanya nona," Pero berucap sambil menunduk.
"Terimakasih kembali Pero." Jawab Maria santun pada pria setengah baya itu.
"Nona," panggil Laurent.
Laurent sedikit berbisik ditelinga Maria. Mata maria membulat terbelalak kemudian melangkah menuju pintu keluar. Benar saja, koki ternama dari restoran The King Chocolate sudah membentang gerai dibalik ruangan pemotretan dengan sajian bermacam-macam coklat panas.
'Drett' getara handphone Maria.
"Nona," Laurent memberikan handphone pada Maria.
Maria mengambilnya kemudian melihat new massage dilayar datar handphone. Segera dia membuka dan memicingkan mata mendapati nomor yang tak dikenalinya.
'Coklat panas untuk hati yang memanas. Semoga kau menikmatinya calon istriku'