"Sayang."
"Heem…."
"Menurut mu sampai kapan Maria akan terus seperti ini?"
"Entahlah," jawab Diego sambil menaikkan bahu.
"Kau ini!" Jawab Sorenda kesal.
"Rumah besar ini semakin terasa sepi." Sindir Sorenda sambil melirik Diego.
Diego seolah tak mendengar keluhan Sorenda, karena dia tahu bila diladeni akan semkin panjang.
Setelah pengumuman itu diumumkan, Maria tak pernah pulang ke Mansion keluarga Scott. Dia lebih memilih untuk menenangkan diri di apartemen mewah miliknya. Hal itu yang membuat Sorenda semakin merasa bersalah, karena dia mengerti bahwa pernikahan ini adalah hal yang paling tak diinginkan oleh Maria.
Namun, berbanding terbalik dengan Diego. Dia terlihat lebih tenang dan santai, tak ada raut penyesalan. Karena baginya, ini adalah keputusan terbaik. Diego memang seorang yang tak pernah menyesali akan keputusan yang sudah diputuskan olehnya. Karena semuanya sudah melewati segala pertimbangan yang besar.
"Kau harus membiasakan diri untuk itu sayang," ucap Dieogo sambil tetap membaca bukunya.
"Maksud mu? Membiasakan diri untuk sikap Maria yang tak pulang-pulang ke rumah dan tak bertemu dengan ku?"
"Dia akan menikah sebentar lagi. Tentu, suaminya akan membawanya." Jawab Dieogo santai.
"Kau masih memikirkan pernikahan itu? Sementara anak perempuan mu sudah dua hari sejak pengumuman itu diumumkan memilih untuk tidak pulang?!"
"Aku yakin, dia pasti akan pulang." Jawab Diego.
"Percuma berdebat dengan mu," ucap Sorenda kesal.
"Tak ada yang harus kita perdebatkan sayang, kau harus mempercayai ku."
"Bukan aku tak mempercayai mu, hal ini berbeda dengan keputusan mu untuk perusahaan. Ini mengenai masa depan anak kita. Kita harus memikirkan tentang perasaannya." Jelas Sorenda yang sudah menaikkan sedikit suaranya.
"Mengenai perasaan, bukan kah dulu saat kita menikah kau juga tidak menyukai ku?" Goda Diego.
Sorenda tak lagi membantah. Dia terdiam sejenak.
"Tapi, aku dan Maria berbeda." Jawab Sorenda melemah.
"Tak ada bedanya. Wanita, tetap lah wanita sayang. Sekeras apapun hatinya terbentuk. Pasti, akan luluh jika ditangan yang tepat."
"Oh! Menurut mu Kenric lelaki yang tepat? Tidak kah kau tahu desas-desus tentang dirinya yang suka meniduri para wanita?"
Diego diam tak menjawab. Sementara Sorenda menatapnya lekat menunggu jawaban.
"Tapi, dia anak yang santun bukan? Ku rasa juga menyenangkan," jawab Diego berusha mengalihkan pemikiran Sorenda.
"Menyenangkan bagimu tapi tidak bagi Maria."
"Kau mengenal baik Bruno, belum tentu kau mengenal baik Kenric," timpal Sorenda mulai menekan.
"Sayang. Percayalah padaku." Bujuk Diego sambil menatap Sorenda.
Sorenda tetap berdiam dengan pendiriannya.
"aku seolah diragukan oleh mu kali ini," ucap Diego.
"Tidak, jika itu bukan persoalan tentang ini." Tegas Sorenda yang masih bulat dengan pendapatnya.
Sorenda meninggalkan Diego diruang keluarga. Mereka memang sering menghabiskan waktu berdua untuk duduk bersantai diruangan ini. Terkadang saling bersenda, membaca atau menikmati teh. Dari seluruh ruangan di mansion ini, bisa dikatakan ruang keluarga adalah tempat favorit keduanya.
"Aku mengenal Maria lebih dari siapa pun, sayangku,"ucap Dieogo dalam kesendiran nya sebelum dia menyeruput teh dari gelas batu yang terukir ilustrasi pohon bambu.
***
'Cetak' suara gesekan stick golf melempar bola golf yang menggelinding tepat memasuki lubang. Cara bermain yang tampak sudah sangat ahli. Tentu saja, ternyata tuan besar Goldman sedang menikmati sore harinya untuk menaklukan lapangan golf. Terlihat seorang laki-laki yang bertugas membantu pemain golf dilapangan berlari (pramugolf) mengambil bola.
"Maaf tuan." Sapa seorang pria berjas serba hitam yang baru saja tiba.
"Ya. Bagaimana?" Tanya Bruno.
"Untuk pertama kalinya. Tuan muda tidak bersenang-senang dengan para wanita. Beliau hanya mabuk berat dan minum lebih banyak dari biasa, Tuan." Lapor pria tegap berjas itu.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha..," tawa Bruno. Bahagia.
"Apa karena itu dia tidak pergi ke kantor?"
"Benar, tuan."
"Dimana dia?"
"Tuan muda berada dikamarnya, berpesan tak ingin diganggu oleh siapa pun."
"Dia bukan peminum yang baik, ha ha ha ha ha ha..," celetuk Bruno lalu tertawa.
"Hm…, langkah awal yang baik."Timpal Bruno pada dirinya sendiri.
Sementara lelaki berjas serba hitam hanya menunduk hormat.
"Kau pastikan lagi setiap langkahnya. Dan hati-hati, jangan sampai terbaca." Perintah Bruno.
Dari perbincangan mereka, sudah bisa ditebak, bahwa, Bruno memata-matai Kenric. Dia hanya ingin mengawasi pergerakan anak simatawangnya. Yang tentu saja, sebagai pewaris tunggal Goldman B'group.
Sebenarnya, Bruno sudah mulai lelah dengan kebiasaan Kenric yang suka bersenang-senang dengan para wanita. Menurutnya, semua itu sudah cukup. Sekarang, saatnya Kenric harus melangkah ke kehidupan yang sesungguhnya. Dia hanya ingin yang terbaik untuk Kenric. Apalagi hanya Kenric yang dimilikinya semenjak hari itu.
Caddy golf (wanita) melangakah mendekati Bruno dan pria berjas, "maaf tuan. Ada telepon."
Bruno mengambil handphone nya dan tersenyum lebar melihat nama panggilan yang ada dilayar sentuh handphone nya. Dia sangat bersemangat.
"Hai Diego. Aku baru saja ingin menelepon mu," ucap Bruno semangat.
Pramugolf dan caddy golf melangkah membuat jarak untuk memberi ruang pada Bruno berbincang melalui handphone. Mereka memang sudah dilatih untuk tetap menjaga kenyamanan atau privacy para pemain golf, apalagi ini adalah tamu VVIV yang menggunakan kartu hitam.
Sementara, Bruno masih berbincang, sesekali juga tertawa. Entah apa yang diperbincangkan oleh teman baiknya yang sebentar lagi akan menjadi besan. Jika itu mungkin.
***
Pagi yang sangat cerah, terlihat dari sinar matahari yang menembus hordeng putih. Kamar serba hitam ini terlihat sangat hangat dalam balutan sinar menatari pagi.
Tempat tidur enam kaki bernuansa hitam ini juga tampak sangat rapi seperti belum ditiduri. Tak banyak hiasan dinding dikamar megah ini. Namun, terlihat ada beberapa patung imitatif. Diatas nakas kanan-kiri terdapat masing-masing patung putih yang hanya bagian dari kepala manuisa. Kemudian patung imitatif lainnya yang membentuk posse sesorang yang sedang menari.
Pahatan dari bentuk patung ini terlihat sangat detail. Mulai dari bentuk rambut yang sedikit panjang, namun, bergelombang, hingga, helaian kain yang menutup hanya dibagain paha atas patung itu.
Jika lebih diperhatikan, sepertinya, patung yang diwarnai dengan warna hitam matte ini memiliki kemiripan dengan wajah dewa ares. Tampaknya, patung ini ditempah khusus oleh si pemilik kamar. Yang tentunya dengan harga yang fantastis.
Suara langkah mulai terdengar dari arah lain. Arah bagian dalam dari sisi kanan bila dilihat dari kaki tempat tidur. Badan sexy itu benar-benat terlihat jelas saat ini, perut six-pack masih menyisakan butiran-butiran air, tentu, terlihat menggoda. Ya, Kenric baru saja selesai mandi. Saat inu dia masih memakai handuk putih yang diikat sebatas pinggul. Dia berjalan kearah tolet sembari mengusap-ngusap rambut basahnya agar lebih cepat mengering.
Rambut itu terlihat sangat acak sebelum ditata rapi olehnya, tapi, mengapa terasa pesona Kenric tetap bisa membuat menggoda. Dia mentap cermin dengan matam tajam nya, bibirnya tersenyum licik.
"Tunggu kedatangan ku," ucapnya.