Laurent mengambil handphone dari saku jas. Lalu membuat panggilan, dan dia melanjutkan langkahnya menjauh dari ruangan Maria sambil menunggu teleponnya diangkat.
Nafas Maria masih terengah-engah. Mata tajam itu bak ujung belati yang siap menancap dileher lawan pandangnya, Kenric.
"Ini kah Si singa betina itu? Wanita angkuh yang tak tersentuh?! Ha ha ha ha, aku hanya melihat mu tak lebih dari seekor tupai kecil saat ini."ejek Kenric.
"Aaa…, kau hanya pantas dipanggil si tupai betina." Timpal Kenric dengan hinaannya.
Tenaga Maria tak cukup kuat untuk melepaskan dirinya dari cengkraman Kenric. Meski dia terlihat cukup tangguh,namun, dia tetaplah wanita yang tak berdaya dengan tekanan tenaga laki-laki. Apalagi, Kenric hoby berolahraga.
Maria masih terus berusaha melepaskan diri, tapi, Kenric hanya terlihat sangat santai menahan tenaga Maria yang memberontak. Kenric menarik sebelah bibir untuk tersenyum. Matanya perlahan turun menjalar kebawah. Melihat bentuk bibir Maria yang begitu menggairahkan, leher jenjangnya menambah hasrat yang tak tergoyahkan.
Hingga kebagian yang paling sempurna (bentuk dada Maria), "tak kusangka kau semakin terlihat sempurna dalam debaran yang tak berarah." Mata Kenric yang sudah melirik tepat dibelahan dada menikmati ritme degupan jantung Maria. Jika ada keringat yang mengalir disana, mungkin hasrat akan tak tertahankan.
"BAJINGAN. ALIHKAN PANDANGAN MU!!" Maria berucap sambil terengah dengan tatapan mematikan.
Engahannya bukan lagi berasal dari shock, namun, rasa emosi ingin membunuh seseorang yang tak tersampaikan. Bagaimana tidak, si singa, sedang berada didalam jeratan saat ini. Yang mengartikan bahwa dia sedang tak berdaya.
"Sttt, kau tak perlu berteriak. Orang-orang mu nanti akan membobol pintu ini. Dan akan menyaksikan pemandangan indah yang kita tawarkan." Kode kenric dengan melirik kearah Maria dan dirinya.
Maria diam menyadari bahwa apa yang dikatakan Kenric adalah benar. Bukan hal yang sulit untuk ajudannya membobol pintu. Jika hal itu terjadi disaat posisi dirinya dan Kenric seperti ini, maka dia akan kehilangan mukanya. Mereka pasti akan salah mengerti. Apalagi, si manusia rendah ini akan bisa memanipulasi keadaan dengan cepat (dalam pikiran Maria).
"Kau memang licik, hidup dengan selalu mencicipi wanita, apa kau sangat puas merasakan itu?! Benar-benar menjijikan." Maria membalas hinaan Kenric.
"Kau ingin tahu rasanya? Sini biar aku berikan." Goda Kenric sambil menekuk
Lehernya mengarah ke bibir Maria.
*
"Tuan kau sudah kembali?" Laurent berkata sambil sedikit menunduk.
"Hem. Ada yang harus aku sampai kan pada nona Maria."
"Maaf, tuan. Tapi nona ada tamu. Aku rasa kau bisa menyampaikannya nanti." Tegas Laurent.
Lelaki yang dihadapan Laurent mengangguk. Menyetujui ucapan sekretaris pribadi Maria. Ia adalah Axton, seseorang yang berkedudukan sebagai manejer diperusahaan ini. Ia baru saja tiba dari perjalanannya keluar kota mengunjungi salah satu anak perusahaan mereka.
"Argghhh…," suara erangan Kenric. Sebenarnya suara ini terdengar ambigu. Erangan kesakitan, atau…,
Sontak membuat langkah Axton yang baru saja ingin beranjak dari meja Laurent terhenti. Ia langsung menoleh, menatap Laurent. Mata Laurent juga membulat, terkejut.
Ruangan Maria sebenarnya cukup besar untuk tidak menimbulkan bunyi, atau suara dari arah dalam yang terdengar sampai keluar. Mungkin, karena saat ini Kenric dan Maria sedang berada tepat dibalik pintu yang tentu saja tidak jauh dari meja Laurent (sebelah luar).
Tubuh tinggi itu terpaku sebentar, menatap Laurent heran. Seolah dia mempertanyakan 'ada apa?' Laurent, hanya terdiam. Dirinya terkunci dalam pikirannya sendiri.
Tak lama setelah itu, pintu kaca tebal terbuka. Kenric keluar dari sana. Dia melangkah keluar dari ruangan Maria. Tentu saja, dirinya dan Axton beradu pandang. Sebab Axton berdiri tepat mengarah ke pintu ruangan Maria.
Axton tentu terkejut melihat seorang Kenric Goldman B'group berada diperusahaannya. Meski MEIA Group adalaah perusahaan besar, namun, bila dibandingkan dengan perusahaan Goldman tentu masih jauh mengimbangi. Goldman B'group merupakan perusahaan yang berdiri sudah lebih dari empat puluh tahun. Jika dibandingkan dengan perusahaan mereka yang baru mencapai angka sepuluh tahun.
Kenric melirik Laurent dengan mata tajamnya sambil tersenyum sinis. Dia menyeka ujung bibir bawah dengan jempol kanannya. Entah apa arti dari pergerakan itu. Laurent, langsung mendunduk padannya. Sebenarnya ada rasa tak enak. Tanpa menghiraukan Axton, Kenric melangkah panjang dan berjalan dengan angkuhnya meninggalkan mereka.
Axton juga dengan spontan menundukkan kepalanya. Menghormati ceo besar yang telah datang berkunjung keperusahaan mereka.
Berkunjung? Apakah iya? Axton diam dalam pikiran.
'Dreeet' getaran handphone Laurent.
Laurent langsung mengangkat dalam sekali getaran.
"Hall…," tak sempat Laurent menghabiskan sapaannya. "Kosongkan jadwal ku dan aku tidak menerima siapapun hari ini." Tegas Maria dibalik telepon.
"Baik Nona." Jawab sigap Laurent.
Axton melanjutkan langkah menuju pintu Maria. "Tuan Axton. Nona tak ingin bertemu dengan siapapun, meski itu sangat mendesak." Laurent menyampaikan dengan tegas. Tentu, membuat langkah Axton terhenti. Axton menatap lekat kearah pintu Maria. Berdiri beberapa detik, lalu melangkah beranjak dari sana.
Laurent menoleh, melihat diam kearah pintu Maria. Pikirannya bergulat tak berarah. Mungkinkah Kenric berhasil membuat Laurent penasaran dengan apa yang terjadi didalam sana (ruangan Maria) dalam waktu beberapa menit tadi?
'Aggghhh…, tak mungkin terjadi sesuatu. Nona, orang yang sangat bisa menjaga dirinya. Tapi, jika memang tidak. Apa yang sebenarnya terjadi' gulatan pikiran Laurent.
'Suara itu, dan pergerakan tuan Kenric tadi, dia seolah-olah keluar sebagai pemenang. Apa nona kalah? Nona tak bisa mempertahankan…, Aghhhh…, apa yang ku pikirkan. Pikiran ku terlalu jauh. Itu sudah pasti tidak benar' pikiran Laurent terus berkecamuk tak henti.
Laurent sampai mengedipkan mata dan menekannya sambil menggelengkan kepala. Seakan ingin menyadari dirinya sendiri dari pikiran yang diciptakannya sendiri. Jika boleh, ingin rasanya dia masuk untuk memastikan langsung keadaan Maria saat ini.
Berada didalam ruangan bersama lelaki mesum, tentu, membuat siapa saja akan berpikir hal yang mencurigakan. Apalagi, dengan apa yang dilihat dan didengar oleh Laurent. Didukung dengan sikap Kenric yang seolah sudah berhak atas Maria dengan lebel sebagai calon istri.
Walau memang tak bisa dipungkiri bahwa, mereka adalah calon mempelai laki-laki dan mempelai wanita yang telah diumumkan secara resmi oleh tuan besar Scott. Keadaan Itu juga yang sebenarnya sebagai salah satu penyebab Laurent tak bisa memerintahkan untuk membuka paksa ruangan Maria. Karena akan sangat salah mencampuri urusan pribadi bosnya.
*
Axton menaikkan alis kanannya. Rahangnya mengeras. Dia diam dalam duduknya dibalik meja kerja dalam ruangan. Tangan mengepal diatas meja tanda ketidaksukaanya. Tak suka atas apa? Kedatangan Kenric sebagai pesaing perusahaan atau pesaing untuk Maria.
"Kenric Goldman." gumamnya.
Dia benar-benar terlihat sangat terganggu dengan nama itu. Sepertinya, bukan karena persaingan perusahaan. Namun, atas nona Maria.