Chapter 27 - 027 SKSD

"Apa maksudmu bicara begitu, hem? Itu bukan namanya norak. Tapi romantis! Apa kamu tidak bisa membedakannya dengan benar?"

Cibiran Badai mengimbangi tatapan sinisnya pada Anggun.

"Itu bukan romantis. Tapi, NORAK! Untuk apa coba? Rangga menunjukkan kelemahannya itu pada Mila? Dia ingin menunjukkan secara jelas betapa dia ingin menyembah manusia?"

Anggun tak kuat menghadapi kesintingan Badai.

"Hei! Kamu itu bodoh atau bagaimana sih? Masa hal mudah begini saja tidak kamu pahami? Apa yang dilakukan Rangga itu bukan menyembah manusia! Tapi menunjukkan ketulusannya pada Kak Mila! Dia ingin menunjukkan perasaan pada Kak Mila. Jadi benarkan ucapanmu!"

Anggun berdecak kesal. Setelah masih dongkol tentang masalah mereka sebelumnya.

"Aku sungguh tak habis pikir! Masa begini saja kamu tidak paham?! Memangnya kamu tidak pernah pacaran sebelumnya? Seorang laki-laki biasanya ingin menunjukkan ketulusannya pada lawan jenis secara nyata. Dia ingin memamerkan pada dunia betapa pasangannya itu berharga dan patut dihargai. Karena itu, dia memberikan kejutan yang indah dan sulit dilupakan."

Badai makin mencibir. Dia tak paham jalan pikiran Anggun. Rasa marah dan cemburu Anggun pun seolah menghilang. Berganti dengan rasa bangganya pada Rangga yang tak berani menunjukkan perasaanya secara terbuka di depan umum.

Anggun tanpa sengaja melihat duo senior menyebalkan yang mengusik mereka barusan

"Itu dia! Si Senior kita yang haus akan cemilan!!" Anggun menarik kantong hitam makanan yang Badai beli.

"Sini! Berikan padaku! Kita akhiri hubungan kita dengan mereka hanya sampai di sini!"

Anggun berlari menuju dua senior yang ikut menonton pertunjukkan sensasional antara Rangga dan Mila.

Bug!

Anggun melempar kantong plastik yang sudah dia ikat sempurna pada seniornya.

"Itu jajanan kalian. Lalu ini adalah yang terakhir kalinya! Jika kalian sekali lagi meminta junior kalian untuk membelikan kebutuhkan kalian, apapun itu! Aku Ang- maksudku, Badai! Tak akan membiarkan kalian lolos begitu saja!"

Anggun mengajak Badai pergi. Dia mengacuhkan tatapan tercengang dua seniornya. Tepat ketika samar-samar, Anggun dapat mendengar ucapan manis Rangga pada Mila dari kejauhan.

"Mila, mungkin aku memang tak sempurna. Mungkin aku hanya bisa membuatmu menunggu dan menunggu. Tapi cintaku padamu begitu tulus!"

Kata-kata sederhana itu bagaikan pisau belati yang sangat tajam menyayat hati Anggun tanpa pilih-pilih. Dia memalingkan wajahnya. Dia juga berusaha tak menoleh untuk mencari tahu apa lagi yang akan Rangga ucapkan pada Mila.

***

Suasana dalam kelas sudah ramai sebelum pelajaran berikutnya dimulai. Mereka punya kebiasaan, bercanda gurau sebentar sebelum tegang menghadapi pelajaran.

Suara bernada santai Maia mengusik Anggun berapa sering kalimat itu diucapkan secara mirip dan sengaja.

"Tak terbayang betapa beruntungnya Mila bisa memiliki Rangga di sisinya! Selain tampan, ramah dan terpelajar. Rangga juga memiliki banyak sisi baik dari sifat romantisnya. Dia berani nembak Mila di depan umum. Kini, dia juga berani menyatakan perasaannya sekali lagi pada Mila untuk membuatnya terbang ke langit ketujuh."

Hah...

Anggun mendesah.

Dia tak tahu bagaimana bentuk langit ketujuh. Tapi, memang. Apapun rasanya akan menjadi indah bila dia yang berada di posisi Mila.

Maia yang sedari tadi menatap Badai penuh arti, menyenggol pinggang Badai yang tentu saja masih menjelma menjadi Badai karena ramuan sesat yang mereka minum.

Maia ternyata sudah berencana untuk menggoda sohibnya habis-habisan.

"Hei! Jangan bilang kamu cemburu? Kamu tak punya hak untuk cemburu loh, Gun. Mereka adalah pasangan kekasih. Jadi apa hakmu untuk cemburu setelah melihat kemesraan mereka?"

Badai mengerutkan kening. Dia tak cemburu sama sekali pada apa yang dia lihat di lapangan sekolah. Maka Badai jadi bertanya-tanya. Sebetulnya, darimana Maia melihat kalau dirinya begitu cemburu melihat duet couple senior mereka?

Badai diam-diam mencuri pandang ke arah belakang. Tepat ke mata sendu Anggun yang tak bersemangat sejak mereka pergi meninggalkan kerumunan di tengah lapangan luas sekolah Pelita Bumiraya.

Badai tak kuasa mendesah panjang kemudian memutar bola matanya.

"Hufh! Dunia memang serasa milik berdua. Sementara yang lain, hanya berstatus sebagai anak kost!"

Sindiran tak bertanggung jawab itu mendorong Anggun menusuk punggung Badai dari arah belakang.

"Hei, cupu! Kenapa kamu bersikap menyebalkan begitu di depan Maia?"

Badai tersenyum tipis sembari mengacuhkan Anggun. Dia awalnya memang kesal pada sikap keras kepala Anggun, terkait pembulian. Tapi diam-diam dia takjub pada sikap Anggun yang tetap tegas membela pujaan hatinya meski sudah disakiti secara tak langsung.

Badai sontak menggerakkan tangannya di depan wajah kosong Maia.

"Qda apa denganmu? Apa kamu melamun?"

Maia mengerjap setelah disadarkan oleh Badai.

"Ow, tidak! Kupikir, aku sedang berada di dunia lain. Aku mendengarmu bicara sarkas tentang Rangga." Maia menusuk pinggang Badai. Setelah berhasil mengembalikan ekspresi wajahnya ke netral.

"Oke! Abaikan masalah cinta sepihakmu itu sejenak! Karena ada hal penting yang membuatku lebih penasaran," Maia sembunyi-sembunyi menunjuk ke belakang, tepat ke arah Anggun, yang dia lihat sebagai Badai.

"Ada apa dengan kalian? Apa kalian baru saja habis bertengkar hebat? Karena itu tadi, aku sempat melihat kalian ribut di dekat lapangan basket!"

Anggun menguping pembicaraan ini lebih serius.

"Gun..." Maia terus mengorek informasi dari Badai, "Ada masalah apa antara kamu dan Badai? Apa kalian sedang marahan setelah sempat akur?"

Badai menolak asumsi menyimpang Maia.

"Wait. Apa maksud tatapanmu itu? Aku dan dia sejak awal tidak akrab! Hanya dia saja yang SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) padaku!"

Sanggahan ini mendorong Anggun jadi terperangah di kursinya.

Anggun bahkan siap meludah jika diizinkan.

Apa maksudnya dengan SKSD? Siapa? Dia? Anggun melempar tatapan mencemoohnya ke sembarang arah.

"Aw!"

Anggun tiba-tiba saja menyerang Badai dari belakang. Berkat itu, Badai dengan cepat mengubah persepsinya

"Maksudku! Kami tidak akrab sama sekali. Jadi jangan kotori hubungan netral kami!"

Anggun tak bisa berkutik. Dia lelah menghadapi pola pikir Badai yang kurang sejalan dengannya. Anggun kembali pura-pura sibuk belajar setelah menerima tatapan penuh rasa ingin tahu dari robby, teman sebangkunya selama hari-hari tertentu saja.

***