Badai mencoba bersikap setenang air yang sedang menggenang. Perilakunya mirip dengan ayahnya. Dia hanya bersugesti pada diri sendiri bahwa malam ini hanya akan menjadi makan malam biasa. Tak akan ada yang spesial. Atau menjadi buruk seperti yang dia alami akhir-akhir ini semejak dia bisa merasuki tubuh Anggun. Begitu pula sebaliknya
Seorang waiter mengantarkan mereka ke sebuah ruangan VIP yang sunyi. Dan sampai detik itu, Badai masih menunjukkan gelagat biasanya. Tanpa curiga. Atau was-was. Meski firasatnya mengatakan bahwa ini bukan makan malam biasa.
Dia, tanpa bermaksud untuk menunjukkan kegusarannya, sesekali mencuri pandang untuk melihat ekspresi wajah ayahnya. Karena dia ingin tahu apakah Anggun telah berakting dengan baik atau malah sebaliknya. Ayahnya ternyata tetap bersikap acuh seperti biasanya.
Badai mengumpat dalam hati.
Dasar bodoh!